news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengapa Universitas di Jerman Memiliki Peringkat yang Rendah?

23 Juli 2018 5:05 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustari Bendera Jerman (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustari Bendera Jerman (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
ADVERTISEMENT
Kuliah di luar negeri merupakan impian bagi banyak anak muda di Indonesia saat ini. Selain karena ingin merasakan pengalaman hidup yang berbeda di negara asing, alasan lainnya adalah karena kampus-kampus di luar negeri banyak yang memiliki kualitas lebih tinggi dari kampus di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tentu saja disini kita berbicara tentang Amerika Serikat, Australia, Eropa, Jepang, Singapura, dan negara maju lainnya.
Cara yang paling mudah untuk melihat kualitas sebuah kampus adalah dengan melihat peringkat universitas tersebut melalui lembaga ranking universitas internasional seperti World University Ranking oleh Times Higher Education, Academic Ranking of World Universities oleh Universitas Shanghai, dan QS World University Rankings oleh TopUniversities.
Pemberian peringkat ini pun dilakukan dengan melihat berbagai macam aspek seperti reputasi akademik dan pengajar, banyaknya jurnal ilmiah yang dihasilkan berikut dengan kutipannya, karir para alumni, kesetaraan gender, dan lain sebagainya. Sistem pemeringkatan tersebut melontarkan beberapa nama kampus ke ranking teratas dan menjadikan universitas tersebut sekolah favorit di negaranya.
Sebut saja di Amerika Serikat ada Massachusetts Institute of Technology, Stanford, Harvard dan kampus Ivy League lain yang menempati posisi teratas di negara tersebut.
Ilustari Bendera Jerman (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustari Bendera Jerman (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
Jika kita berbicara tentang Inggris, ada Oxford dan Cambridge. Swiss memiliki ETH Zurich dan Singapura memiliki National University of Singapore dan Nanyang Technological University of Singapore. Ke semua universitas yang disebutkan di atas berhasil menembus peringkat 50 besar sebagai universitas terbaik di dunia.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan Jerman?
Ternyata tidak ada satu pun universitas di Jerman yang berhasil menembus peringkat 30 besar dalam sistem ranking manapun. Berdasarkan QS World University Ranking 2018, TU Munchen menempati posisi teratas sebagai kampus terbaik di Jerman dan hanya menempati posisi ke 64.
Sementara menurut peringkat dari Shanghai, Universitas Heidelberg menempati posisi ke 42. Terakhir, menurut Times Higher Education, LMU Munchen menempati posisi ke 34. Ketiga universitas tersebut pun juga kalah populer dengan universitas-universitas terbaik di negara lain. Mereka tidak menjadi trademark pendidikan di Jerman.
Lalu apakah ini berarti Jerman, negara yang sering menjadi kiblat inovasi teknologi ini memiliki sistem pendidikan tinggi yang kurang baik? Padahal Albert Einstein, Max Planck, dan Alexander Von Humboldt adalah lulusan-lulusan Jerman.
ADVERTISEMENT
Nyatanya, universitas-universitas di Jerman tidak terlalu peduli dengan sistem pemeringkatan tersebut. Ada beberapa alasan. Yang pertama, mari kita akui bahwa kampus seperti MIT, Harvard, dan Columbia memiliki biaya kuliah yang sangat mahal.
Jika kamu tidak sangat pintar untuk mendapatkan beasiswa, kamu harus berasal dari keluarga yang kaya untuk bisa membayar biaya kuliahmu atau mengambil pinjaman dari bank. Di sini kita lihat bahwa pendidikan di Amerika masih merupakan barang mahal dan target pasarnya adalah kelompok elite saja.
Hal ini berbeda dengan Jerman yang melihat pendidikan sebagai investasi publik sehingga siapa saja bisa kuliah gratis, termasuk mahasiswa internasional. Bukan berarti karena harga yang murah sehingga kampus di Jerman memiliki kualitas yang rendah, tapi institusi di Jerman tidak menginvestasikan uangnya hanya untuk melakukan aktivitas yang bisa meningkatkan ranking kampus mereka di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Malahan mereka menolak sumber dana yang berasal dari pihak ketiga yang dapat mengganggu kemandirian dan ketidakberpihakkan institusi pendidikan. Dan kalau pun mereka mulai memikirkan reputasinya dari sekarang, mereka butuh waktu yang lama untuk bisa mengalahkan Harvard.
Jika Amerika punya Harvard, Australia punya Monash, dan Prancis punya Sorbonne sebagai kampus yang memiliki peringkat tinggi di negara masing-masing, maka agak susah untuk menyebutkan kampus terbaik di Jerman. Karena hampir semua kampus di Jerman itu berkualitas dan tidak ada perbedaan yang mencolok antara satu kampus dengan kampus yang lainnya.
Mari kita katakan begini: bahkan kampus yang ada di desa-desa kecil pun berkualitas. Ambil contoh Universitas Göttingen di Göttingen yang penduduknya hanya 100 ribu orang, tidak kalah dengan Humboldt University di Berlin yang penduduknya lebih dari 3 juta orang.
ADVERTISEMENT
Göttingen melahirkan 13 peraih Nobel sementara Berlin melahirkan 15 peraih Nobel. Sekali lagi hal tersebut karena Jerman melihat pendidikan sebagai investasi publik, sehingga orang desa ataupun kota harus memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas.
Alasan lainnya adalah riset yang dilakukan. Di Jerman, riset tidak hanya dilakukan oleh universitas, tapi juga oleh banyak lembaga riset dan badan pemerintah. Banyaknya pekerja yang bergelar doktor di lembaga-lembaga tersebut membuat pemerintah tidak perlu selalu bekerja sama dengan universitas untuk melakukan sebuah riset yang berkualitas.
Lembaga tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukan riset yang baik. Selain itu, meskipun trendnya berubah, masih banyak hasil riset yang dipublikasikan dalam Bahasa Jerman, sehingga membuat riset menjadi eksklusif untuk mereka yang mengerti Bahasa Jerman saja.
ADVERTISEMENT
Banyak mahasiswa di Jerman yang tidak peduli pada ranking universitas tempat mereka belajar. Mereka lebih melihat kualitas jurusan di kampus tersebut. Misalnya jika seseorang ingin belajar kedokteran maka mereka sebaiknya belajar di Charité Berlin. Jika ingin belajar hukum, tentu akan berbeda jika seseorang belajar di Munchen atau Rostock.
Pada akhirnya, ranking universitas adalah kontes kecantikkan dalam bidang akademik. Setiap lembaga ranking memiliki kriterianya masing-masing untuk memeringkatkan universitas yang ada.
Ada variabel-variabel yang dilihat, namun ada juga variabel penting yang tidak dilihat seperti misalnya seberapa banyak pengetahuan yang benar-benar mahasiswa dapatkan atau bagaimana dukungan emosional terhadap mahasiswa yang mengalami tekanan.
Kuliah di kampus yang memiliki nama besar tentulah membuat gengsi kita meningkat. Tapi selain gengsi, ada lagi faktor yang lebih penting ketika ingin belajar di universitas, yaitu kita harus suka apa yang kita pelajari.
ADVERTISEMENT