Mereka yang Melukis Dalam Keterbatasan Fisik

21 Februari 2018 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Difabel pandai melukis (Foto: Instagram@art_rodhi, Instagram/@riss_kei, 	Facebook/Fauzan Mukrim)
zoom-in-whitePerbesar
Difabel pandai melukis (Foto: Instagram@art_rodhi, Instagram/@riss_kei, Facebook/Fauzan Mukrim)
ADVERTISEMENT
Seni merupakan wujud ekspresi seseorang dalam menumpahkan imajinasi berisi cerita, keindahan, serta curahan hati untuk menghasilkan sebuah karya. Seni bisa diciptakan oleh siapa saja, tak memandang status dan kondisi fisik seseorang.
ADVERTISEMENT
Termasuk bagi mereka yang menyandang disabilitas. Keterbatasan bukanlah halangan bagi mereka untuk berkarya. Salah satunya Rodhi, penyandang disabilitas yang sukses menghasilkan banyak karya lukis dan sketsa foto wajah realistis hingga menggelar pameran ke Jepang.
Berikut kumparan (kumparan.com) merangkum para penyandang disabilitas yang pandai di bidang kesenian lukis.
1. Windi, difabel asal Pekalongan pandai gambar desain baju
Windi, difabel yang pandai mendesain baju (Foto: Facebook/Fauzan Mukrim)
zoom-in-whitePerbesar
Windi, difabel yang pandai mendesain baju (Foto: Facebook/Fauzan Mukrim)
Windi Setyoningsih (23), perempuan penyandang disabilitas intelektual asal Pekalongan, Jawa Tengah. Dia memiliki kemampuan nalar lemah, tetapi pandai menggambar desain baju.
Kisah Windi dibagikan oleh pemilik akun Facebook @FauzanMukrim, pada Jumat (26/1) lalu. Dalam unggahan tersebut Fauzan mengaku foto Windi diabadikan oleh Nurul atau pemilik akun Facebook @AkhirNurulFairyda.
Saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Minggu (28/1), Nurul yang bekerja sebagai perawat di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) Kartini, Temanggung, Jawa Tengah mengaku bertemu Windi ketika ia sedang melakukan tugas merekrut anak-anak penyandang disabilitas di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Setelah sampai di rumah Windi yang berlokasi di Dusun Blandong, Desa Purworejo, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada Kamis (25/1), Nurul meminta Windi untuk menunjukkan buku gambarnya.
Merasa tak percaya gambar tersebut hasil karya Windi, Nurul kemudian kembali merayunya agar mau menggambar secara langsung di hadapannya. Tak ingin melewatkan momen luar biasa itu, Nurul pun mengabadikannya lewat foto dan video. Nurul dibuat terkejut karena hasil gambar tersebut sangat memukau.
"Windi menggambar tanpa penghapus, kanan-kirinya simetris, tanpa mikir, mengalir begitu saja, dan menggambar tanpa melihat contoh desain apapun. Bikin bengong kalau liat cara gambarnya," ujar Nurul saat dihubungi kumparan.
Diakui Nurul, Windi memang sudah hobi menggambar sejak kecil, tetapi gemar menggambar desain baju baru lima tahun belakang ini.
ADVERTISEMENT
Windi diberhentikan dari sekolah, tepatnya kelas 4 SD lantaran pihak sekolah menganggapnya tidak mampu mengikuti pelajaran. Windi hanya mampu menghitung angka 1 sampai 20 dan berhitung penjumlahan sederhana. Meski ia tak bisa membaca, tetapi ia bisa menulis namanya sendiri karena hafalan.
Kisah tersebut dibagikan oleh pemilik akun Facebook @FauzanMukrim dengan harapan bisa mempertemukan Windi dengan orang yang tertarik pada bakatnya. Atau mungkin ada yang ingin mengirimkan buku-buku dan peralatan menggambar untuk Windi agar bisa terus berkarya.
Tak disangka,kisah Windi sampai di telinga Ivan Gunawan, presenter sekaligus perancang busana. Ia mengundang gadis berusia 23 tahun itu untuk datang ke Jakarta dan menjadi bintang tamu acara 'Brownis'. Pada Kamis (1/2), mereka akhirnya bertemu dalam acara yang dipandu oleh Igun tersebut.
ADVERTISEMENT
"Aku sudah lihat karya-karyanya. Seru banget. Sedih juga, sih. Saya pribadi senang aja bahwa ada anak muda yang berprestasi, punya karya yang bagus walaupun ada kekurangan gitu. Saya melihat karyanya tuh bagus apabila bisa dikembangkan," ujarnya.
Igun juga meminta Windi merancang 5 hijab. Hasil rancangannya kemudian akan diproduksi dan dipasarkan oleh Mandjha Hijab by Ivan Gunawan.
2. Rodhi, pelukis difabel asal Kendal
Art Rodhi. (Foto: Instagram@art_rodhi)
zoom-in-whitePerbesar
Art Rodhi. (Foto: Instagram@art_rodhi)
Rodhi Mahfur atau yang lebih dikenal dengan Art Rodhi, pria asal Kendal ini sukses menghasilkan banyak karya lukis dan sketsa foto wajah realistis hingga menggelar pameran ke Jepang.
Rodhi merupakan penyandang disabilitas, kedua kakinya tak mampu lagi menyanggah tubuhnya setelah insiden kecelakaan yang terjadi 2003 silam, saat berusia 14 tahun, tepatnya kelas 3 SMP. Peristiwa itu mengakibatkan kedua tangan, bagian punggung belakang, dan kedua kakinya mengalami patah tulang.
ADVERTISEMENT
"Karena aku harus ganti rugi banyak, kondisi keuangan sulit saat itu. Sampai tidak ada uang untuk aku operasi patah tulang dan akhirnya lari ke alternatif," ujar Rodhi saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Minggu (18/2).
Rodhi tak ingin merepotkan orang dan bertekad mengembalikan ekonomi kelurga yang sempat jatuh usai insiden itu. Pria 28 tahun itu juga mengaku sudah gemar menggambar sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Pada Januari 2012, setelah kedua tangannya sembuh dari rasa ngilu, ia mulai melukis dengan media cat besi, 2 kuas, dan kertas karton. Ia kemudian memulai dengan melukis seekor burung. Pria 28 tahun itu kemudian bertahap melukis menggunakan kanvas. Enam hasil lukisan pemandangan yang ia buat diikutsertakan oleh temannya dalam pameran di Pendopo Kendal. Tak disangka, enam karya lukisnya itu semuanya laku terjual dan hasilnya ia belikan laptop.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, Rodhi mulai membuat akun Facebook untuk mengunggah hasil karya lukisnya. Sampai akhirnya ada orang dari luar negeri yang menguhubungi teman Rodhi melalui Facebook, ia menyampaikan pesan ingin memberikan uang untuk Rodhi, agar dibelikan keperluan melukis.
Tak hanya itu, pada 25 November 2014 lalu, tepatnya di hari ulang tahun Rodhi, ada seorang pengusaha meneleponnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Yang lebih mengejutkan, orang tersebut mengatakan akan menyewakan rumah di daerah BSD, Tangerang Selatan untuk ditinggali Rodhi dan keluarga.
Setelah beberapa bulan tinggal di BSD, Rodhi melakukan operasi pada pusarnya akibat insiden kecelakaan lalu. Selama dua bulan dirawat di rumah sakit, ia membuat sketsa wajah anak perawat untuk menghilangkan rasa bosan. Hasil sketsa itu dinggah di akun Instagramnya, yang akhirnya membuat ia banyak dikenal.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, saat ini berhasil memasarkan karya lukis dan sketsa wajah melalui akun Instagram. Rodhi mengaku, untuk sketsa wajah berkuran kertas A4, ia beri tarif Rp 140 ribu.
3. Ahmad Rizki, difabel asal Banyuwangi yang jago lukis
Ahmad Rizki Fauzi (Foto: Instagram/@riss_kei)
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Rizki Fauzi (Foto: Instagram/@riss_kei)
Ahmad Rizki Fauzi, Pria asal Banyuwangi, Jawa Timur dengan keterbatasan fisiknya mampu melawan rasa keputusasaan hidup dengan kreativitas. Berangkat dari hobinya menggambar, Rizki akhrinya memutuskan untuk berkarier sebagai pelukis. Hobi melukis ini sudah ditekuni Rizki sejak Sekolah Dasar (SD), meski awalnya sempat membuat dia putus asa karena tidak percaya diri dengan keahlian serta kondisi fisiknya.
Kini dengan keterbatasannya ia mampu menggambar unik dengan metode doodle art. Ia mendirikan komunitas doodle art yang terdiri dari 75 anggota sejak 2015. Komunitas ini merupakan wadah bagi generasi muda untuk meluapkan ekspresi dan juga peduli dengan gerakan sosial.
ADVERTISEMENT
"Saya membuat komunitas ini dengan tujuan anak-anak Banyuwangi yang memiliki kemampuan menggambar nggak merasa minder dan percaya diri. Pokoknya komunitas ini dalam satu tahun harus menargetkan untuk dapat membantu sebuah organisasi. Seperti tahun lalu bantu TK yang yang sudah jelek, lalu saya dan komunitas patungan untuk membuat TK itu menjadi lebih layak, salah satunya dengan memural TK tersebut," ucap Rizki saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Kamis (30/11).
Tidak hanya mendirikan sebuah komunitas, Rizki terus mengembangkan potensinya dengan menerima tawaran job menggambar dinding kafe, mural, lukisan sketsa atau pun doodle art. Harga yang dipatok Rizki pun bersahabat, yaitu dimulai dari harga Rp 75.000 untuk sebuah lukisan sketsa hingga Rp 700.000 untuk sebuah karya mural. Karya tersebut sudah banyak dikenal dan melalang buana di berbagai daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT