Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Nicolas Maduro Kembali Jadi Presiden Venezuela Meski Ditentang AS
11 Januari 2019 3:38 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Meski ditentang dan disebut telah menyebabkan kekacauan ekonomi serta menimbulkan krisis kemanusiaan oleh Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Amerika Latin, Nicolas Maduro tetap dilantik sebagai Presiden Venezuela . Pelantikan Maduro dilakukan di Mahkamah Agung bukan di hadapan kongres.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Jumat (11/1), Mahkamah Agung saat ini dipimpin oleh kelompok yang pro terhadap Maduro. Bahkan anggota Mahkamah Agung yang tadinya sempat dijalankan oleh oposisi kini sudah diambil alih oleh yang pro.
Saat Maduro diambil sumpah, para pendukungnya yang telah memenuhi Gedung Mahkamah Agung Venezuela mengibarkan bendera kebangsaannya. Pelantikan Maduro ini terjadi di tengah inflasi, kekurangan makanan, obat-obatan dan eksodus dari warga yang berusaha melarikan diri karena kesulitan.
Bahkan karena Maduro dilantik, beberapa negara mengancam memutus hubungan diplomatik dengan Venezuela seperti Paraguay. Dalam pidato pertamanya setelah dilantik, Maduro mengatakan dirinya menolak dikendalikan oleh satu negara.
"Sebuah dunia baru telah bangkit yang menolak untuk dikendalikan oleh perintah dari satu negara atau negara-negara lainnya," kata Maduro.
ADVERTISEMENT
"Itu seruan saya untuk revolusi kita kepada rakyat dan pemerintahan lain di dunia," lanjut dia.
Agenda pertama Maduro usai dilantik jadi presiden adalah mengunjungi Akademi Militer. Kunjungan ini sebagai tanda bahwa angkatan bersenjata sangat penting bagi kepemimpinannya.
Sebelumnya, indikator makroekonomi negara penghasil minyak ini luluh lantak, seperti meroketnya nilai inflasi . Ditulis Reuters, Selasa (9/10), inflasi di Venezuela pada akhir September menyentuh angka 488.865 persen (year-on-year).
Dalam bahasa sederhana, Venezuela telah mengalami hiperinflasi. Hal ini bisa dilihat oleh naiknya harga barang di luar garis normal. Ditulis the Guardian, pada bulan Agustus, harga 1 ekor ayam potong berbobot 2,4 kilogram (kg) dijual 14,6 juta bolivar atau setara USD 2,22.