Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Kalau Republik ini memanggil dan rakyat menghendaki sebagai presiden, saya siap menjadi presiden,” ujar mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, selang sehari setelah resmi purnabakti, Minggu (1/4).
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu, yang dilontarkan Gatot saat baru saja melepas seragam militer yang telah 36 tahun ia gunakan, meneguhkan berbagai dugaan akan ambisi politiknya yang terbaca setidaknya sejak 2016.
“Ketawa kan? Nggak punya partai tapi kok siap jadi presiden?” ujar Gatot sambil tersenyum pada awak media. Ia percaya, yang menentukan siapa presiden Indonesia di 2019 adalah Tuhan.
Maka, tak seperti Susilo Bambang Yudhoyono atau Prabowo yang merintis karier politik dengan mendirikan partai, Gatot--perlahan tapi pasti--memilih untuk menguasai massa lebih dulu.
Saat menjabat Panglima TNI, sosok Gatot hampir selalu ada di berbagai isu kontroversial dan populis. Namanya ada di pusaran perbincangan, misalnya saja soal isu hak politik bagi militer, juga pemutaran kembali film Pengkhianatan G30S/PKI.
Popularitas Gatot kian melambung tinggi saat tampil mendampingi Jokowi menemui massa Aksi 212 dengan mengenakan peci putih. Sejak saat itu, Gatot menjadi magnet bagi massa muslim. Mereka adalah ceruk suara andalannya.
ADVERTISEMENT
Gatot yang rajin memberi ceramah dari satu mimbar ke mimbar lain, juga dikenal dekat dengan para ulama dan ustaz. Arifin Ilham, salah satunya, memuji Gatot sebagai jenderal yang tak putus wudunya.
Mereka yang kagum padanya lantas mendeklarasikan dukungan atas pencalonan Gatot Nurmantyo sebagai presiden. Berbagai kelompok relawan lalu menjadi ‘pasukan’ baru bagi Gatot.
Dari Selendang Putih Nusantara hingga 10 Juta Mandat
“Selendang itu mengartikan kehormatan, putih itu suci, nusantara itu Indonesia. Jadi kehormatan suci untuk Pak Gatot kami selendangkan (padanya) untuk memimpin Indonesia,” ujar Rama Yumatha, Ketua Relawan Selendang Putih Nusantara (RSPN).
Rama yang berprofesi sebagai produser musik itu menuturkan, fondasi awal kelompok RSPN bermula dari komunitas pecinta seni yang sempat mendukung Abdurahman Wahid (Gus Dur) pada 1999.
ADVERTISEMENT
Kegelisahan akan situasi bangsa yang menurutnya tak kondusif, menggedor Rama dan kawan-kawan untuk kembali bergerak di 2017.
Maka, berawal dari percakapan di Facebook lalu menjelma obrolan warung kopi, terciptalah kesepakatan mendukung Gatot Nurmantyo. Kelompok relawan beserta posko-posko dukungan pun terbentuk resmi di awal Januari 2018.
Tak main-main, pasukan RSPN pun mendaftarkan diri dan disahkan Kementerian Hukum dan HAM sebagai organisasi kemasyarakatan pada 1 Maret 2018. Ia menjadi yang pertama dan barangkali yang terbesar dalam mengusung Gatot menuju RI 1.
Meski belum mendeklarasikan dukungan, RSPN telah melangkah lebih jauh ke taraf lobi dan komunikasi politik dengan partai-partai yang berpotensi mendukung Gatot.
Untuk mengenal lebih dekat relawan Gatot itu, kumparan menyambangi markas mereka di Jalan Wijaya Kusuma 1A, Klender, Jakarta Timur, Selasa (17/4).
ADVERTISEMENT
Bangunan dua lantai di deret pertokoan Perumnas Klender ini tampak biasa saja. Tak ada spanduk besar dengan wajah Gatot ataupun papan nama seperti lazimnya posko-posko relawan.
Di bagian dalam gedung bercat putih itu hanya ada satu meja dengan dua kursi. Selebihnya, karpet-karpet digelar di lantai dengan rapi, sengaja disiapkan untuk acara syukuran markas baru. Ya, mereka baru saja menempati kantor baru ini, pindah dari lokasi lama.
Markas baru itu, kata Rama, adalah pemberian seorang pengusaha yang menjadi anggota dan penasihat RSPN. Enggan menjelaskan lebih jauh, Rama hanya mengatakan si pemilik ruko adalah salah satu alumni Aksi 212 di tahun 2016.
“Dia merupakan penasihat kita, (dia) punya ruko dan ngomong kalau mau make, pake aja katanya. Jadi secara tidak sengaja anggota Selendang Putih itu pengikut 212,” ujar Rama. Berdasarkan catatannya, hampir setengah dari tiga juta anggota RSPN yang terdaftar adalah alumni Aksi 212.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi anggota RSPN, terbilang cukup mudah, yakni hanya dengan menyerahkan fotokopi KTP. Selain itu, pendaftaran tak terbatas di Jakarta. Sebab, klaim Rama, RSPN telah memiliki 100 Dewan Perwakilan Cabang di kecamatan dan 216 Dewan Perwakilan Daerah tingkat kabupaten/kota di 31 provinsi di seluruh Indonesia.
Humas Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Habib Novel Bamukmin mengatakan, hingga saat ini belum ada deklarasi dukungan resmi dari mereka terhadap salah satu calon untuk Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
“Itu klaim sepihak. Saya enggak pernah ikut relawan Gatot dan untuk alumni 212, tidak ada instruksi dari ulama, aktivis, serta pengurus PA 212 untuk dukung Gatot,” ujarnya. Novel mengatakan, untuk dukungan di Pilpres 2019, mereka masih menunggu arahan dari Rizieq Shihab selaku imam besar.
Alumni 212 atau bukan, yang jelas para relawan bergerak memperkenalkan Gatot Nurmantyo pada khalayak lebih luas. ‘Pasukan’ mereka di daerah bertugas mempromosikan Gatot melalui spanduk, poster, baliho, dan media sosial.
“Saya yang di DPP (Dewan Perwakilan Pusat) melobi-lobi partai politik, melobi kiai, ormas, forum-forum lintas agama, dan santri-santri,” ujar Rama.
Semua itu dilakukan secara mandiri, termasuk--katanya--dalam hal pembiayaan. “Sepeser pun enggak pernah ngasih. Pak Gatot cuma (mengatakan) ‘Terima kasih dan saya bangga’. Gitu aja ke kami. Ya udah, kami juga enggak masalah,” lanjut Rama.
ADVERTISEMENT
Bagi RSPN, sosok Gatot bisa menjadi pelipur rasa gelisah dan khawatir akan situasi bangsa.
“Saya memikirkan masa depan anak-anak saya, cucu-cucu saya ke depannya, kalau negara ini--ya mohon maaf--nggak kondusif, nggak memperhatikan rakyatnya, ya kita bagaimana nanti ke depannya.”
Sosok Gatot kemudian hadir sebagai seorang berlatar militer yang gagah, tegas, dan bisa menyatukan umat. Itulah Gatot yang mereka kenal dari televisi.
“Ngeh-nya pas dia mengungkap (isu pembelian lima ribu pucuk) senjata , terus (saat Aksi) 212 dia turun, terus dia ke ulama-ulama menyatukan ulama. Itu yang saya lihat,” tutur Rama menceritakan perkenalannya dengan sang jenderal bintang empat.
Menurut Rama, ia baru dua kali bertemu langsung dengan sang idola. Pertama, ketika Gatot mengisi acara ceramah di Masjid Al-Azhar pada awal Maret. Di situ, ia sengaja datang lalu memperkenalkan diri. Kedua, saat RSPN diperkenalkan kepada Gatot pada acara Mata Najwa edisi Siapa Berani Jadi Presiden .
ADVERTISEMENT
“Pak GN juga enggak tahu ada RSPN atau bagaimana. Tiba-tiba dia kaget Mata Najwa ngasih cuplikan tentang Selendang Putih. Udah, itu aja sih,” kata Rama.
Setelah itu banyak kelompok relawan lain bermunculan hingga mendeklarasikan dukungan untuk Gatot.
Di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, muncul deklarasi dukungan dari relawan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (GNR) pada Jumat (6/4).
“Deklarasi ini suntikan energi dari kami, masyarakat Indonesia, kepada Gatot untuk memantapkan langkahnya menuju Pilpres 2019,” kata Ketua Presidium Nasional GNR Dondi Rivaldi.
Ia meminta seluruh elemen masyarakat dari berbagai latar belakang bergabung dan saling bergandeng tangan untuk memenangkan Gatot.
“Gatot memiliki komitmen kuat untuk terus mengabdi dan membangun bangsa Indonesia lebih baik dan sejahtera,” kata Dondi.
ADVERTISEMENT
Deklarasi untuk Gatot yang berikutnya tak hanya memberi dukungan, tapi langsung menyodorkan pasangan calon. Kelompok bernama PRO1 yang mengatasnamakan massa arus bawah PKB ini mengusung duet Gatot Nurmantyo-Muhaimin Iskandar.
Sabtu (14/4) di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Ketua PRO1 Baihaqi Masin menyatakan, “Pasangan Gatot dan Muhaimin adalah pasangan ideal dengan perpaduan militer dan sipil.”
Meski belum menghubungi kedua tokoh yang diusung, Baihaqi percaya duet Gatot-Cak Imin akan didukung seluruh lapisan masyarakat. Alasannya, “Pak Gatot cukup religius, Pak Muhaimin dari santri, agamis juga.”
Selang sehari dari deklarasi oleh PRO1, di Solo, kelompok relawan bernama Jaringan Nasional Garda Depan (Jagad) juga mendeklarasikan mengusung Gatot sebagai calon presiden.
ADVERTISEMENT
“Pak Gatot merupakan salah satu putra terbaik bangsa. Tak ada salahnya jika Pak Gatot diberikan kesempatan untuk memimpin negeri ini,” kata Ketua Presidium Nasional Jagad Agus Yusuf di Karanganyar, Solo, Minggu (15/4).
Deklarasi itu, kata Agus, dihadiri ratusan relawan yang merupakan perwakilan dari 28 provinsi di seluruh Indonesia.
Dukungan belum berhenti. Tiga hari kemudian, deklarasi dukungan untuk Gatot datang dari Aliansi Pekerja Pelabuhan Nasional. Presidium APPN, Wasmat, menilai Gatot sebagai figur yang bersih dan memiliki rasa nasionalisme tinggi. Ia berharap Gatot bisa membawa dan memperjuangkan aspirasi buruh pelabuhan.
Terakhir, dukungan untuk Gatot dideklarasikan kelompok bernama Pengurus Pusat Generasi Muda Milenial Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (PP GMM-GNR) pada Minggu (22/4). Koordinator PP GMM-GNR, Liana Fitri, menilai Gatot menunjukkan karakter yang tegas dan peduli pada umat selama menjadi Panglima TNI.
ADVERTISEMENT
“Generasi Milenial siap berkorban, harta, pikiran dan lainnya, saya kira tiga poin itu,” kata Liana.
Tak hanya deklarasi secara offline, jagat Facebook pun heboh dengan Gerakan 10 Juta Like Mandat Rakyat untuk Gatot Nurmantyo . Kemunculan laman fanpage Facebook ini pun direspons oleh Gatot Nurmantyo melalui akun Twitter @Nurmantyo_Gatot.
Ia juga memberi ucapan terima kasih kepada para kelompok relawan, mulai GNR, RSPN, Militan GN, Jargon, Go Sakti, RJN, GNMP, dan lain-lain. Ucapan terima kasih itu ia tutup dengan pesan, “Lanjutkan perjuangan!”
Para Relawan Mencari Partai
Pernyataan siap dan deklarasi hingga 10 juta relawan pun tak akan cukup untuk membawa Gatot Nurmantyo melenggang ke arena Pilpres 2019. Meski Gatot percaya “yang menentukan Presiden Republik Indonesia 2019 bukan siapapun, tetapi Allah SWT”, ia tetap harus mengumpulkan dukungan partai politik.
ADVERTISEMENT
“Mereka (relawan) juga tahu Pak Gatot nggak punya partai, tapi mencoba untuk menyampaikan (keinginan) itu kepada, ya tentu, (pihak-pihak) yang ‘punya’ partai,” ucap Siti Zuhro.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, pengajuan calon presiden oleh partai politik atau gabungan parpol harus memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR (minimal 112 kursi) atau 25 persen suara sah nasional pada pemilu legislatif sebelumnya.
Menyadari hal itu, para relawan, terutama RSPN dan GNR, bergerilya mencari dukungan partai untuk Gatot. Setidaknya, dua partai sudah didatangi oleh RSPN, yakni PKS dan PBB. Sementara GNR baru menemui salah satu politisi PKS, Nasir Djamil.
ADVERTISEMENT
Dari kedua parpol tersebut, Rama menilai PKS memiliki kans besar untuk mengusung Gatot Nurmantyo di Pilpres 2019. Bahkan Rama optimistis Gatot akan diusung oleh koalisi PKS, PAN, Demokrat, PKB, dan PBB.
Kedatangan RSPN ke Kantor DPP PKS, Kamis (12/4), disambut baik. Ketua Bidang Pencapresan PKS Suhud Alynudin menyebut PKS menerima masukan dan aspirasi dari RSPN terkait usulan nama Gatot sebagai capres dari PKS.
“Saya kira politik itu dinamis ya. Karena tidak ada yang tidak mungkin dalam politik kan. Ini juga sebagai masukan bagi teman-teman Selendang Putih dan kita sampaikan ke pimpinan partai,” kata Suhud, Kamis (12/4).
Penasihat RSPN Reza Pahlevi menambahkan, RSPN hanya akan mendatangi partai-partai yang sejalan dengan pandangan mereka. Dalam waktu dekat, partai-partai lain juga akan mereka datangi.
ADVERTISEMENT
“Rencananya ke PAN, Demokrat. Sepanjang memang memungkinkan, kami akan datang,” kata dia.
Selain melobi partai politik, RSPN menyiapkan beberapa nama kandidat cawapres untuk dipertimbangkan oleh Gatot Nurmantyo. Nama-nama tersebut adalah Mahfud MD, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang, dan mantan ketua KPK Abraham Samad.
“Kami melihat dari track record mereka masing-masing. TGB banyak juga pendukungnya, Abraham Samad mantan ketua KPK, dan Pak Mahfud juga orang pintar. Kami hanya mengajukan, tapi keputusan ada di tangan Pak Gatot,” kata Reza.
ADVERTISEMENT
Keseriusan RSPN dalam mendukung Gatot hanya akan rubuh oleh satu hal: jika Gatot menjadi calon wakil presiden Joko Widodo.
“Pokoknya kalau (merapat) ke Jokowi, kami mundur,” tegas Rama.
Selebihnya, RSPN akan setia mendukung Gatot dan siap jika harus bertransformasi menjadi partai politik di kemudian hari.
“Kalau memang Pak GN mau (RSPN) dipartaikan, ya silakan,” ucap Rama.
‘Pasukan’ sudah siap tempur di Pilpres 2019. Mereka tinggal menanti komando dari Gatot Nurmantyo.
------------------------
Ikuti terus laporan mendalam Otot Gatot di Liputan Khusus kumparan.