Penjelasan soal Lumpur yang Amblaskan Bangunan Usai Gempa Donggala

30 September 2018 8:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gempa di Kabupaten Sigi. (Foto: Dok. SAR INDONESIA)
zoom-in-whitePerbesar
Gempa di Kabupaten Sigi. (Foto: Dok. SAR INDONESIA)
ADVERTISEMENT
Pascagempa dan tsunami yang menerjang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, tanah di Kabupaten Sigi berubah menjadi lumpur. Kabupaten Sigi lokasinya berdekatan dengan Kota Palu dan Kabupaten Donggala.
ADVERTISEMENT
Dari video yang diterima kumparan, Minggu (30/9), lumpur tersebut menyeret puluhan rumah warga dan tower telekomunikasi di Kabupaten Sigi. Fenomena alam tersebut diabadikan seorang warga Kabupaten Sigi yang berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konfrensi pers terkait bencana Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konfrensi pers terkait bencana Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Merespons hal itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, fenomena alam tersebut muncul akibat adanya gempa. Ia mengatakan, tanah berubah menjadi lumpur dalam bahasa ilmiah disebut likuifaksi.
“Munculnya lumpur dari permukaan tanah yang menyebabkan amblasnya bangunan dan pohon di Kabupaten Sigi dekat perbatasan Palu akibat gempa 7,4 SR adalah fenomena likuifaksi (liquefaction),” kata Sutopo melalui keterangannya.
“Likuifaksi adalah tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatan,” lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya BNPB mencatat jumlah korban meninggal di Palu sebanyak 384 orang. Sedangkan korban meninggal yang berada di Donggala belum dapat terindentifikasi karena BNPB belum dapat melakukan komunikasi.
Berdasarkan analisis BMKG, gempa di zona sesar tersebut mempunyai kedalaman yang dangkal, 0-60 kilometer. Hal itu menyebabkan Palu menjadi lokasi rawan tsunami.