Polisi Kesulitan Cari Saksi Terkait Perusakan Sedekah Laut di Bantul

14 Oktober 2018 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Baru, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta (Foto: Tugu Jogja)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Baru, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta (Foto: Tugu Jogja)
ADVERTISEMENT
Polisi masih mendalami kasus perusakan properti saat sedekah laut di Pantai Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Sanden, Bantul. Hingga kini, polisi belum menetapkan tersangka dalam perusakan ini.
ADVERTISEMENT
Kapolres Bantul AKBP Sahat M Hasibuan menjelaskan, saat ini baru ada 9 saksi yang diperiksa polisi. Tak hanya itu, ada sejumlah CCTV yang diperiksa untuk mengetahui tersangka perusakan properti.
"Kita masih kesulitan mencari saksi dari warga. Karena itu kita penetapan tersangka juga belum," kata Sahat saat dihubungi, Minggu (14/10).
Kapolres Bantul, AKBP Sahat M Hasibuan saat ditanya wartawan terkait tersangka keributan Derby DIY kemungkinan bisa bertambah. (Foto: Ahmad Romadoni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Bantul, AKBP Sahat M Hasibuan saat ditanya wartawan terkait tersangka keributan Derby DIY kemungkinan bisa bertambah. (Foto: Ahmad Romadoni/kumparan)
Sahat menjelaskan, sampai saat ini polisi belum mendapatkan kronologi lengkap terkait kejadian itu. Untuk itu, polisi masih perlu mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi dan barang bukti lainnya.
"Supaya ceritanya jelas, kita butuh periksa saksi. Kita masih minim periksa saksi. Baru (keterangan) orang yang kita periksa amankan (itu) masih sebatas saksi," imbuh dia.
Sahat belum bisa memastikan 9 orang saksi ini merupakan bagian dari kelompok yang merusak properti sedekah laut atau bukan. Mereka rata-rata berasal dari Solo.
ADVERTISEMENT
"Jadi 6 orang berasal dari Solo. Saat ribut-ribut itu mereka kabur diikuti oleh petugas yang diamankan untuk dimintai keterangan," ucap dia.
Perusakan terjadi saat prosesi sedekah laut di Pantai Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (13/10). Menurut penuturan warga, 50-an orang tiba-tiba saja merangsek masuk dan merusak semua properti sedekah laut.
Puluhan massa yang merusak properti tersebut juga memasang spanduk yang menyatakan tradisi tersebut syirik. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, warga memutuskan untuk membatalkan pelaksanaan tradisi tersebut, terutama untuk labuhan dan arak-arakan atau kirab budaya.
Pelaksanaannya hanya disederhanakan dengan menampilkan kesenian Jathilan. Sementara 700 nasi takhir yang sudah dipersiapkan sebelumnya tetap dibagikan kepada pengunjung pantai tersebut.
ADVERTISEMENT