Rahasia NH Dini dan Kedekatan dengan WS Rendra

4 Desember 2018 21:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
W.S. Rendra & N.H. Dini. (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
W.S. Rendra & N.H. Dini. (Foto: Wikipedia)
ADVERTISEMENT
Willibrordus Surendra Broto Rendra masih menyebut-nyebut nama Nurhayati Sri Hardini (NH Dini) di akhir hayat. Hubungan keduanya begitu karib. Sudah lama Rendra bersurat dan berpuisi untuk Dini.
ADVERTISEMENT
“WS Rendra merupakan salah satu sastrawan yang dekat dan sering berinteraksi dengan NH Dini. Beberapa surat sangat intim dan erat"
Kira-kira begitu keterangan yang ditulis di bawah foto-foto puisi Rendra untuk Dini yang diabadikan dalam ruang pameran karya-karya Dini, dikutip kumparan dalam tulisan Wenri Wanhar, 'Rahasia Dini', yang dimuat di Historia.id.
Rendra, 'Sang Burung Merak' yang kerap menyuarakan penderitaan rakyat melalui karyanya, sering menjadikan karya-karya Dini sebagai bahan latihan di Bengkel Teaternya. Dulu, sebelum berlokasi di Cipayung, Depok, Jawa Barat, Bengkel Teater Rendra sempat bermarkas di Yogyakarta.
“Kata Rendra, naskah Bu Dini kuat sekali. Dijadikan bahan latihan, karena, salah membacakannya, maka salah artinya,” ujar Ken, istri WS Rendra menceritakan kekaguman suaminya kepada Dini, dalam acara puncak Apresiasi & Peluncuran Karya Nh Dini di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, 28 Februari 2014 --masih mengutip Historia.
ADVERTISEMENT
Ken tak segan memuji. Dia tak heran mengapa suaminya begitu mengagumi sosok novelis perempuan itu. Dini yang menjadi bintang acara juga tak kuasa menahan sipu.
“Tenang, Bu Dini. Tidak akan saya ceritakan di sini (kedekatannya dengan Rendra),” kelakar Ken ke Dini. “Saya tidak sehebat Bu Dini. Tidak juga kenal dekat, meski saya sudah sering dengar nama Nh Dini waktu remaja. Barangkali saya diminta bicara di sini karena saya istri Rendra yang paling lama.”
Sembilan tahun berselang, Dini kini menyusul Rendra. Kecelakaan lalu-lintas yang menimpanya pada Selasa (4/12) pagi di ruas Tol KM 10 Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebabkan Dini berpulang ke pangkuan ilahi.
W.S. Rendra. (Foto: Wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
W.S. Rendra. (Foto: Wikimedia)
Karya-karya Dini kebanyakan tak lepas dari sudut pandang perempuan. Pada Sebuah Kapal (1972) misalnya, menjadi salah satu karyanya yang memikat. Tajuk 'Penari' dan 'Pelaut' yang dikisahkan di dalam 300 halaman itu mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan dalam membangun biduk rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Pada Sebuah Kapal kerap disangkut-pautkan dengan kisah nyata Dini yang pernah menikah dengan seorang Diplomat Prancis, Yves Coffin, pada 1960. Dari hasil pernikahannya, ia dikaruniai dua orang anak, Marie Claire Lintang dan Pierre Louis.
Namun, hal ini membuat teman dekatnya, Sutan Takdir Alisjahbana yang juga seorang sastrawan, termenung heran. Sebab, Dini mengaku adalah orang yang 'patriotis'.
"Mana patriotis, kok, kawin sama orang Prancis?" kenang Dini menirukan gaya bicara Takdir.
Pertemuan Dini dengan Takdir saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia pada 1960 lah yang menjadi musababnya. Saat itu, Takdir ingin mengajak Dini ke Malaysia, namun ia menolak. Lalu, protes itu dijawab Dini dalam novelnya, Jepun Negerinya Hiroko.
N. H Dini (Foto: Instagram/@indonesiaartdocumentary )
zoom-in-whitePerbesar
N. H Dini (Foto: Instagram/@indonesiaartdocumentary )
“Bagiku kemanusiaan tidak dibatasi oleh kebangsaan atau pun negeri. Kecintaanku kepada tanah air lebih mengakar pada kemanusiaannya. Dengan berganti kertas administrasi berupa paspor, tidak berarti aku melupakan bahwa aku adalah orang Jawa, satu bagian dari bangsa Nusantara. Aku tetap mencintai tumpah darahku dan manusia Indonesia.”
ADVERTISEMENT
Selain Rendra, Takdir menjadi salah satu pria yang juga dekat dengan Dini. "Takdir itu bagi saya seperti Mochtar Lubis, melindungi dan menganggap anak,” ujar Dini. "Bahkan, saking dekatnya, Takdir hampir selalu memberinya uang bila bertemu".
Kendati dekat dengan Rendra dan Takdir, Dini menegaskan hubungan dengan kedua penyair itu tak pernah berpengaruh terhadap karya-karyanya.
Semasa hidupnya, NH Dini sempat mengalami kesulitan ekonomi dan menderita penyakit Hepatitis B dan batu empedu. Dia lalu mengabdikan hidupnya di pondok baca anak-anak di Sekayu, Semarang.
NH Dini telah berpulang, mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Elizabeth, Semarang, Selasa (4/12) sekitar pukul 16.00 WIB.