Resep Sukses Yoga Anak TKI asal Tulungagung yang Dapat Beasiswa ke AS

8 Juli 2018 11:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Enam tahun lalu tak pernah terpikir oleh Yoga bahwa dirinya akan bertualang jauh hingga ke Amerika Serikat (AS). Dia hanyalah anak seorang TKI dari desa terpencil di Tulungagung, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Ekonomi keluarganya pun tak stabil sehingga ibunya harus banting tulang menjadi TKI di Singapura. Sementara, sang ayah pergi meninggalkan Yoga saat usianya masih 3 bulan di kandungan.
Saat usia dua tahun, Yoga dititipkan pada paman dan bibinya. Mereka menyayangi Yoga seperti anak sendiri.
Yoga saat SD (Foto: Dokumentasi Yoga)
Meski hidup tanpa asuhan orang tua, Yoga berhasil tumbuh menjadi pemuda yang sukses dan bertabur prestasi. Ajaran sang paman untuk terus belajar menjadi pegangan Yoga sampai saat ini.
“Kamu harus belajar yang rajin. Ngerjain semua tugas yang dikasih guru. Berprestasilah pokoknya,” Yoga menirukan sang paman saat berbincang dengan kumparan, Minggu (1/7).
Kata-kata itu terus digenggam oleh Yoga. Prestasi adalah satu hadiah pasti untuk sang ibu sebagai balas budi.
ADVERTISEMENT
Anak desa tak boleh hilang mimpi
Ketika memasuki jenjang SMA, Yoga memilih sekolah tempat pamannya bekerja sebagai satpam. Memang tak begitu favorit, tapi dia berpikir akan mampu menekan pengeluaran.
“Jadi pulang pergi saya bisa bareng paman,” ucap Yoga.
Saat kelas satu SMA Yoga rajin mengikuti perlombaan. Hatinya jatuh pada bahasa Inggris. Hingga pada akhirnya raupan prestasi berhasil didekapnya. Dia menang piala Bupati Tulungagung, lomba Bahasa Inggris se-eks Karesidenan Kediri, hingga menjadi finalis Olimpiade Bahasa Inggris tingkat nasional.
Piala Yoga (Foto: Dokumentasi Yoga)
Bekal prestasi itu membuat Yoga mantap mendaftar di Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN Undangan. Namun, guru-gurunya menahannya karena kecil kemungkinannya Yoga akan diterima. Di SMA Yoga, tak pernah ada alumninya yang berhasil menembus UI, sekali pun yang paling cerdas. Gurunya dihantui rasa takut bila Yoga akan sedih ketika tidak diterima nantinya.
ADVERTISEMENT
Tapi, kekuatan keyakinan membalikkan rasa ragu itu. Yoga yang notabene anak desa itu tetap mendaftar ke UI dan Tuhan menghendaki dia diterima.
“Dan itu mengubah pemikiran mereka tentang anak Desa. Tentang anak desa yang sekolah di sebuah sekolah yang alumninya tidak pernah ada yang masuk UI,” kata Yoga.
Cari nilai bagus demi beasiswa
Berlatar belakang dari keluarga yang tak begitu mampu, membuat Yoga terus memutar otak agar dirinya bisa terus mendapat pendidikan yang terbaik.
“Selama kuliah saya selalu berusaha mendapatkan nilai bagus karena saya rasa itu adalah kunci untuk mendapatkan beasiswa. Untuk membantu meringankan beban orang tua saya gitu,” tutur Yoga.
Dari semester awal di UI hingga lulus, Yoga selalu mendapatkan indeks prestasi cumlaude. Dengan nilai bagus yang konsisten, Yoga berhasil meraih apa yang diimpikan. Dia mendapat dua beasiswa, yaitu dari Lotte Foundation dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
Yoga dan ibunya (Foto: Dokumentasi Yoga)
Bantuan beasiswa tersebut membuat Yoga tak perlu risau lagi dengan studinya.
ADVERTISEMENT
Kerjakan tugas sebaik mungkin dan jadilah yang terbaik
Di awal kuliah, Yoga mengaku sangat minder dengan teman-temannya. Dia merasa bingung bagaimana cara beradaptasi.
“Karena dari kampung dari sekolah di tengah sawah terus saya harus berhadapan dengan orang-orang kota, orang Jakarta. Sastra Inggris 70 persen lebih orang orang Jakarta dari sekolah bonafide,” Yoga berujar.
Tapi, Yoga tak mau berlama-lama bergulat dengan rasa minder.
“Waktu mata kuliah pengenalan sastra, saya mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Dan dapat nilai terbaik di kelas,” sebut Yoga.
Yoga saat pertukaran pelajar ke Amerika Serikat (Foto: Dokumentasi Yoga)
Mendapat nilai terbaik di kelasnya adalah kebanggan yang luar biasa bagi Yoga. Itu adalah pondasi awal yang baik untuk menjalani masa-masa kuliah ke depannya.
ADVERTISEMENT
“Wah kalau belajar ya bisa saja, walau kamu anak kampung, SMA kamu jauh kualitasnya dengan SMA teman-teman kamu. Kalau belajar giat ya tetap bisa,” pikir Yoga.