Sindiran Para Paslon Menuju 2019: Politik Genderuwo, Tampang Boyolali

10 November 2018 7:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keakraban Jokowi dan Prabowo di Monas. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keakraban Jokowi dan Prabowo di Monas. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Para paslon Pilpres 2019 baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo-Sandi kerap mengungkapkan istilah sindirian. Tak jarang, sindiran tersebut menimbulkan perdebatan.
ADVERTISEMENT
Masih hangat di benak masyarakat istilah 'Politik Genderuwo' Jokowi. Capres nomor urut satu itu, menyebut bahwa saat ini banyak politikus yang banyak mempengaruhi tapi tak beretika.
Tak cuma Jokowi saja, Ma'ruf Amin, Prabowo hingga Sandiaga pun pernah melontarkan sindiran seperti Jokowi. Apa saja?
1. Politik Genderuwo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan di Istana Negara. (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan di Istana Negara. (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Capres Joko Widodo mengatakan ada beberapa politisi yang menurutnya hanya menakuti rakyat. Mereka banyak mempengaruhi tapi tak beretika. Para politikus ini tak mempunyai sopan santun politik yang baik.
Jokowi heran mengapa politikus tersebut justru membuat masyarakatnya takut. Bukan sebaliknya, memberikan ketenangan kepada masyarakat.
"Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? Itu sering saya sampaikan, itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," ucap Jokowi di Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11).
ADVERTISEMENT
2. Politikus Sontoloyo (Jokowi)
Jokowi di Kompleks Istana Merdeka. (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi di Kompleks Istana Merdeka. (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
Kalimat 'Politikus Sontoloyo' itu dilontarkannya pada saat membagikan sertifikat tanah kepada 5.000 warga dari 18 kelurahan di Jakarta Selatan. Ia menyinggung soal dana kelurahan yang ramai diperbincangkan.
Jokowi heran, belum lama diluncurkan, dana kelurahan sudah terlanjur menjadi polemik di masyarakat. Jokowi menuding, hal tersebut tak lain karena ulah politikus yang hendak mempengaruhi masyarakat.
"Itulah kepandaian politikus untuk mempengaruhi masyarakat, hati-hati, banyak politikus baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo," kata Jokowi.
3. Tampang Boyolali (Prabowo Subianto)
Prabowo Subianto memberikan sambutan di Rakernas LDII 2018. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto memberikan sambutan di Rakernas LDII 2018. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Pidato Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto viral, karena ucapannya yang menyebut warga Boyolali yang tak pernah masuk hotel mewah di Jakarta. Ia mengatakan, warga Boyolali mungkin akan diusir jika masuk hotel mewah, karena bukan tampang orang kaya.
ADVERTISEMENT
Berikut ini penggalan kalimat yang diucapkan oleh Prabowo dalam video pidatonya di Boyolali:
"Hotel-hotel mewah sebut saja hotel di dunia yang paling mahal ada di Jakarta, ada Ritz Charlton, ada Waldorf Astoria. Namanya saja kalian enggak bisa sebut, dan macam-macam itu semua saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut. Betul (betul jawab peserta), dan kalau masuk, mungkin kalian diusir, mungkin tampang-tampang kalian tidak tampang orang kaya. Tampang-tampang kalian tampang Boyolali ini," kata Prabowo dalam pidatonya.
4. Tempe Setipis ATM (Sandiaga Uno)
Sandiaga Uno pamer tempe berukuran HP jadul. (Foto: Instagram/@sandiagauno , 	Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno pamer tempe berukuran HP jadul. (Foto: Instagram/@sandiagauno , Wikimedia Commons)
Cawapres 02 ini sempat menghabiskan waktu ke sejumlah daaerah menemui masyarakat. Di setiap kunjungannya ke daerah, masyarakat yang ditemuinya sering mengeluh terkait harga kebutuhan sehari-hari yang terus melambung tinggi.
ADVERTISEMENT
Sandi mengatakan, akibat harga-harga melambung tinggi, tempe dikecilkan dan tipisnya setipis kartu ATM.
"Tempe katanya sudah dikecilkan dan tipisnya sudah hampir sama dengan kartu ATM. Tahu Ibu Yuli di Duren Sawit kemarin jualan tahunya dikecilin ukurannya karena dia tidak bisa menaikan harganya karena tidak akan laku karena daya belinya. Ini yang jadi kekhawatiran kita," tuturnya.
5. Al Makiyyun (Ma’ruf Amin)
Ma'ruf Amin di acara Konser Nasyid dan Sholawat untuk Kerukunan Bangsa di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/10/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak )
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin di acara Konser Nasyid dan Sholawat untuk Kerukunan Bangsa di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/10/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak )
Cawapres Ma'ruf Amin membuka soft launching posko pemenangan Rumah Aspirasi Rakyat 01 di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (4/11). Seperti biasa, Ma'ruf datang dengan sarung, jas dan peci hitam.
Dalam acara itu, Ma''ruf menyinggung banyak pihak menjadi Al-Makiyyun. Bukan ahli Makkah melainkan ahli maki-maki.
"Di Indonesia ini banyak Al-Makiyyun, bukan Ahli Makkah ya, tapi ahli maki-maki. Kita (ingin) ubah menjadi yang santun, dan mewujudkan itu di rumah aspirasi ini, saya kira itu, semoga jadi pencerahan ke depan," ucapnya di lokasi.
ADVERTISEMENT