Tilang CCTV di Jalur TransJakarta Dianggap Efektif Cegah Penerobosan
ADVERTISEMENT
PT Transjakarta dan Ditlantas Polda Metro Jaya bekerja sama memasang CCTV yang terintegrasi sistem Electronic Traffic Law Enforcement (E-TLE) atau tilang CCTV di jalur Transjakarta. Kebijakan ini dianggap efektif mengurangi pengendara yang sering nekat menerobos jalur Transjakarta.
ADVERTISEMENT
"Tetap efektif, paling tidak bila ada CCTV di jalur BRT (Bus Rapid Transit/Transjakarta) pengendara motor dan mobil akan berpikir 2 kali untuk berjalan di jalur BRT," jelas peneliti dari Institute Studi Transportasi, Deddy Herlambang, saat dikonfirmasi, Senin (9/9) malam.
Deddy mengatakan, tilang CCTV dianggap memberikan efek jera kepada pelanggar lalu lintas. "Kalau (si pelanggar) normal, ya bisa jera, paling tidak ada rasa malu," ungkap Deddy.
Menurut Deddy, sistem tilang CCTV di jalur TransJakarta bisa diterapkan seperti penerapan sistem tilang CCTV di sejumlah ruas jalan umum. Deddy mengatakan, tujuan utama dari sistem tilang adalah menjadikan pengguna jalan tertib berlalu lintas.
"Seperti penerapan E-TLE di Thamrin (perempatan Sarinah) terbukti semua pengendara tertib bila berhenti di lampu merah, roda kendaraan tidak ada yang melewati garis APILL ((Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu Lintas) dan zebra cross steril (dari kendaraan)," terangnya.
Saat ini, pihak Ditlantas Polda Metro Jaya bersama PT Transjakarta tengah membahas mengenai mekanisme penindakan terhadap pengemudi yang menerobos jalur TransJakarta sesuai rekaman CCTV.
ADVERTISEMENT
“Jadi ini sudah kita laksanakan MoU secara teknis dan sebagainya peralatan ya seperti apa dan sebagainya, kemudian teknis penindakan dan sebagainya sudah kita bicarakan. Secara teknis nanti ada tim teknis sendiri yang nanti akan merumuskan itu,” ucap Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusuf, di Mapolda Metro Jaya, Senin (9/9).
Sementara itu, Dirut PT Transjakarta, Agung Wicaksono, ingin jalur Transjakarta bisa steril dari jenis kendaraan lain. Ia mengatakan sejauh ini tingkat sterilisasi jalur Transjakarta mengalami penurunan dikarenakan semakin padatnya arus lalu lintas di Jakarta.
“Kami dapat banyak masukan yang paling penting adalah jalur itu steril supaya diketahui dengan akurat kapan bus datang dan kapan tiba di tempat. Data menunjukan dari tahun 2016 sampai 2018 sayangnya karena jalur makin padat, lalin padat, tingkat sterilisasi mengalami penurunan,” kata Agung.
ADVERTISEMENT