Ustad dan Imam Rohingya Target Utama Pembantaian Tentara Myanmar

9 Februari 2017 9:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Keadaan pengungsi Rohingya di Bangladesh (Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS)
Pembantaian warga Muslim Rohingya di Myanmar tidak terdeteksi lantaran ditutupi oleh militer negara itu. Laporan PBB berdasarkan kesaksian dan pengakuan pengungsi Rohingya menyebutkan pembunuhan terjadi secara massal di Rakhine, terutama yang diincar adalah para pemuka agama.
ADVERTISEMENT
Laporan Kantor Komisaris Tinggi HAM untuk PBB (OHCHR) seperti dikutip Reuters, Rabu (8/2), menyebutkan adanya "kebijakan teror yang terkalkulasi" terhadap Rohingya.
Pembunuhan massal terjadi setelah insiden penyerangan pos polisi perbatasan para Oktober lalu, diduga oleh militan Muslim. Sejak itu, penyisiran desa-desa Rohingya dilakukan, diwarnai pembunuhan dan perkosaan, dengan dalih mencari militan.
Keadaan pengungsi Rohingya di Bangladesh (Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS)
OHCHR mengatakan tentara menembaki warga Rohingya secara membabi buta, acak. Pembunuhan juga dilakukan dengan penembakan dari helikopter dan pengeboman dengan granat. Beberapa warga Rohingya dibunuh, digorok lehernya dengan pisau atau dikunci di dalam rumah yang dibakar.
Bukti-bukti banyak. OCHCHR mengatakan, banyak pengungsi Rohingya di Bangladesh memiliki bekas luka tembak atau sayatan pisau. Selain itu, citra satelit menunjukkan jelas desa-desa yang hancur atau terbakar.
ADVERTISEMENT
OHCHR menjelaskan salah satu target utama pembunuhan tentara Myanmar adalah imam dan ustad Rohingya. Khatun Hazera, wanita Rohingya berusia 35 tahun dari desa Kya Guang Taung, Rakhine, kepada Reuters mengatakan tentara Myanmar menembak mati suaminya, seorang ustad di sebuah madrasah.
Keadaan pengungsi Rohingya di Bangladesh (Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS)
Ustad itu ditembak di depan santri-santrinya sepulang dari mengajar. "Mereka menembak dia, lalu membalikkan tubuhnya, menyeretnya, menusuknya dengan pedang dan mengambil foto jasadnya," kata Hazera. Pengakuan yang sama disampaikan oleh mertua Hazera.
Seorang penyidik PBB yang ditemui Reuters di penampungan Cox Bazar, Bangladesh, mengatakan sebagian besar pengungsi Rohingya adalah wanita dan anak-anak, memicu pertanyaan soal apa yang terjadi kepada kaum pria.
"Jika Anda melihat kedatangan baru rombongan pengungsi, mayoritas adalah wanita, banyak dari mereka berbicara soal pembunuhan suami mereka, pembantaian paman atau saudara lelaki yang hilang. Kemana para pria?" kata seorang penyidik PBB yang enggan disebut namanya kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
Berdasar laporan PBB, pria dan pemuda Rohingya jadi sasaran utama pembunuhan atau penangkapan aparat.
Keadaan pengungsi Rohingya di Bangladesh (Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS)
"Pria dan pemuda antara usia 17 dan 45 tahun adalah target utama, karena mereka dianggap kuat dan berpotensi menjadi ancaman bagi tentara dan pemerintah," ujar laporan OHCHR.
Penyidik PBB memperkirakan pembantaian massal telah menewaskan 1.000 orang Rohingya. Salah satu kasus mencengangkan adalah pembunuhan bayi berusia 8 bulan oleh tentara Myanmar, sementara ibunya diperkosa massal.
PBB mengatakan ini hanyalah "puncak gunung es" dari penderitaan warga Rohingya. Pemerintah Aung San Suu Kyi menyatakan akan menyelidiki laporan PBB tersebut di lapangan.