Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Honda Jamin Suku Cadang Supra X Helm In dan Blade sampai 10 Tahun
10 Februari 2019 10:37 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
PT Astra Honda Motor (AHM) sudah resmi menyetop penjualan dua bebeknya Supra x 125 Helm In dan Blade. Keputusan menyuntik mati ini disebut karena tren perubahan selera konsumen, yang lebih memilih motor matik ketimbang bebek manual.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana nasib konsumen yang sudah membeli kedua model tersebut, terutama soal ketersediaan suku cadang dan servisnya di Indonesia?
Direktur Pemasaran PT AHM , Thomas Wijaya mengungkapkan, meskipun mereka sudah tak lagi memasarkan produk tersebut di dalam negeri. Produsen roda dua terbesar di Indonesia dan dunia itu, berjanji masih menjamin soal cuku cadangnya.
“Memang sudah tidak diproduksi dalam beberapa bulan terakhir ini. Namun, kami tetap menjamin kebutuhan perawatan dan suku cadangnya, 7 tahun sampai dengan 10 tahun ke depan,” ujar Thomas kepada kumparanOTO, Sabtu (9/2).
Dirinya tak memungkiri kalau segmen bebek semakin ditinggalkan. Thomas berharap konsumennya bisa beralih ke produk lain, yang masih disediakan oleh merek berlambang sayap kepak tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat bahwa saat ini terjadi pergeseran konsumen dan tren, sehingga untuk motor-motor tersebut tidak kami lanjutkan lagi. Kami harap konsumen bisa beralih ke berbagai line up produk yang kami tawarkan,” kata Thomas.
Dengan diberhentikannya penjualan dua produk tersebut, Honda Indonesia saat ini hanya memiliki empat pasukan bebek, mulai dari Revo X, Supra X 125 FI, Supra GTR 150, dan bebek retro-modern paling mahal mereka Super Cub C125.
Memang ketika melihat fakta datanya, mengacu pada Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), 2009 menjadi tahun terakhir segmen underbone (bebek) menguasai pasar otomotif roda dua dalam negeri, dengan porsi 51,7 persen.
Kemudian di tahun berikutnya, menjadi awal mula merosotnya kejayaan si bebek, yang hanya terserap pasar 45,1 persen, dan menurun di tahun berikutnya 2011 ke 37,6 persen, hingga sampai di 2018 porsinya hanya tinggal 7,9 persen.
ADVERTISEMENT