Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ITB Menguji 3 Faktor yang Bisa Pengaruhi Performa Mobil Hybrid
4 Juli 2018 17:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu universitas yang mendapat hibah mobil hybrid dari Toyota . Ia bersama Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM) diminta menguji sejumlah mobil hybrid, plug-in hybrid (PHEV), dan konvensional.
ADVERTISEMENT
Adapun, tiga universitas tersebut menjadi yang pertama (tahap 1) untuk menguji Prius hybrid, Prius PHEV, dan Corola Altis. Setelah itu, mobil itu akan digilir ke Universitas Negeri Surakarta (UNS), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Udaya (Udaya) untuk diuji dengan parameter yang sama di tahap 2.
Penelitian sendiri dari aspek teknis dan user friendly dijadwalkan selama tiga bulan. Pada aspek teknis, universitas diminta melakukan penelitian terkait jarak tempuh, emisi, infrastruktur. Sedangkan pada aspek user friendly difokuskan menguji kenyamanan berkendara dengan kondisi jalan di Indonesia.
Dalam proses pengujian, peneliti juga akan menganalisa data dari alat pelacak pada mobil.
Peneliti Teknik Tenaga Listrik ITB, Agus Purwadi, mengatakan bahwa waktu riset yang dibatasi selama tiga bulan sebenarnya kurang. Sebab, itu terlalu singkat untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya terkait kondisi berkendara di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kalau di China benchmark-nya (penelitian) 2 sampai 3 tahun, karena memang ingin mendapatkan pengalaman real big data,”
“Tapi kalau di Indonesia mungkin karena sudah mendesak ya 2 hingga 3 bulan ini sebetulnya kalau untuk sampel mungkin efektif, tapi kalau untuk detil ya mungkin perlu butuh waktu lebih ya, paling tidak kami bisa dapat gambaran nyata kira-kira penggunaannya itu cocok enggak dengan iklim di Indonesia," tambahnya.
3 Faktor
Pengujian kendaraan elektrifikasi — mobil berbasis listrik yang termasuk hybrid, plug-in hybrid, dan full listrik— memang dirasa perlu sebelum menjualnya secara komersil. Sebab, selain iklim Indonesia, kondisi lalu lintas, dan perilaku berkendara sangat mempengaruhi performa.
"Nah ini yang akan kami uji, cocok enggak di Indonesia, karena lingkungan kita beda, pertama tropis, kemudian kedua kondisi jalan kita sangat tidak bisa diprediksi terus stop and go, dan kemudian loading-nya juga enggak sama persis dengan kondisi di luar (Eropa). Kami sudah mendapatkan bayangan kira-kira di Indonesia performa konsumsi bahan bakarnya sedikit di bawah dibanding penggunaan di Eropa atau Jepang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, data dari penelitian universitas ini kemudian dianalisa dan disimpulkan, yang hasilnya diserahkan ke Kemenperin sebagai referensi. Tak cuma aspek teknis dan perilaku berkendara, penelitian ini juga dilakukan untuk mempelajari kebutuhan rantai pasok industri termasuk urusan ketenagakerjaan.