Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengulik Teknologi EQ Boost Mercedes-Benz: Bikin Irit dan Bertenaga
26 Januari 2019 9:12 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) secara resmi memperkenalkan varian baru E 350 dengan dukungan teknologi EQ Boost. Setelah sebelumnya turut disertakan pada CLS 350 dan C 250, sebenarnya apa kelebihan EQ Boost?
ADVERTISEMENT
EQ Boost lahir dari proyek kendaraan listrik Mercedes-Benz yang pertama kali di perkenalkan di Paris Motor Show 2016. Dalam strategi elektrifikasi, pabrikan memiliki tiga jalur, yakni EQ Boost, EQ Power (merujuk untuk teknologi hybrid), dan EQ (listrik penuh).
Nah, khusus EQ Boost, fungsinya sebagai peningkat performa dari Internal Combustion Engine (ICE) atau mesin konvensional. Pada Mercedes-Benz E 350 EQ Boost ditanamkan baterai berkapasitas 48 volt.
Department Manager Product and Pricing PT MBDI, Radite Erlangga, menjelaskan, hadirnya teknologi EQ Boost tidak serta merta mengategorikan E 350 EQ Boost sebagai model hybrid. Sebab, dalam pakem pabrikan, istilah hybrid hanya dialamatkan pada model yang mengombinasikan mesin pembakaran internal dan motor listrik --EQ Power.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bila dilihat kegunaannya, teknologi EQ Boost ini fungsinya sama dengan teknologi Suzuki Ertiga Diesel. Hanya saja, pabrikan Jepang itu menggunakan bahasa pemasaran mild-hybrid.
Manfaat EQ Boost
Integrasi sistem kelistrikan 48 V on-board ini ternyata tak cuma gimmick marketing saja. Dorongan EQ Boost, diklaim meringankan kerja mesin untuk kondisi-kondisi tertentu seperti ketika menyalakan mesin yang butuh power besar. Selain itu beberapa kebutuhan listrik untuk komponen pendingin udara (AC) dan pompa air juga dialokasikan dari sana.
Tak hanya sebatas itu, sistem tersebut juga bisa mendongkrak tenaga mobil dengan tambahan power mencapai 13-14 dk (10 kw). Pun dengan torsinya yang bisa naik 150 Nm. Bahkan dengan mesin yang menggunakan turbo, adanya sistem kelistrikan 48 V on-board ini bisa mengatasi gejala 'turbo lag'.
ADVERTISEMENT
Ujungnya, bila mesin tak terbebani dengan kerja yang berat, konsumsi bahan bakar menjadi lebih efisien. Bahkan dari hitung-hitungan Mercedes-Benz, varian EQ Boost lebih irit 6,7-6,9 liter per 100 kilometer dibandingkan model tanpa teknologi itu.
“Artinya konsumsi sendiri bisa di 1 liter untuk 14 kilometer atau sampai ke 15 kilometer. Namun kembali lagi, karakter pengemudi menjadi salah satu faktor lain terkait konsumsi bahan bakar,” kata Radite.
Selain mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi CO2, penambahan EQ Boost juga meningkatkan aspek kenyamanan berkendara. Sebab bantuan power dari generator untuk menghidupkan mesin dan kondisi iddle lebih halus. Secara otomatis, hal ini membantu mengatasi isu NVH (noise, vibration, harshness) pada mobil.
Indikator EQ Boost
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Mercedes-Benz merancang agar pengendara bisa mengetahui fungsi EQ Boost ini berjalan atau tidak dengan penambahan indikator pada panel instrumen. Di situ terdapat tulisan EQ yang diapit oleh Power dan Charge.
Jadi ketika mesin mendapat dorongan tenaga dari EQ Boost saat pedal gas diinjak, indikator Power akan bergerak ke kiri. Sementara ketika baterai sedang mengisi, indikator Charge yang menyala.
Deputy Director, Sales Operation & Product Management PT MBDI, Kariyanto Hardjoseomarto, menambahkan hadirnya varian EQ Boost pada sejumlah model merupakan langkah awal sebelum mereka meniagakan kendaraan hybrid.