Siapa Tertarik Jadi Mitra Diler Esemka?

10 September 2019 19:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) mengamati salah satu produk mobil keluaran pabrik mobil Esemka. Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) mengamati salah satu produk mobil keluaran pabrik mobil Esemka. Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
ADVERTISEMENT
PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) atau biasa dikenal dengan nama Esemka, resmi mengoperasikan pabrik mereka di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Fasilitas tersebut akan digunakan untuk memproduksi deretan mobil Esemka, salah satunya yaitu yang baru diperkenalkan pikap Bima 1.2L dan 1.3L.
Namun, perjalanan Esemka belum berhenti sampai situ tentunya. Masih banyak rentetan PR lagi yang harus dilakukan, mulai dari promosi, pemasaran sampai ke garansi dan jaminan aftersales, termasuk servis serta suku cadangnya.
Presiden Jokowi saat mencoba salah satu mobil Esemka. Foto: Dok. Agus Suparto
Ya, perlu diingat, pengoperasian pabrik hanya satu dari rantai bisnis mereka di Tanah Air. Pertarungan sesungguhnya adalah pada proses pemasaran dan jaminan pasca penjualan.
Di situ Esemka kemungkinan besar memerlukan mitra diler. Namun siapa yang kemudian bersedia gelontorkan investasi untuk itu?
Dari empat pebisnis diler otomotif brand-brand besar, seperti Bintang Oto, Nusantara Group, Bintraco dan Tunas Ridean, hanya satu saja yang memberikan tanggapan.
Pabrik esemka di Boyolali. Foto: kumparan
"Kami melihat ada beberapa perbedaan yang mendasar antara mobil dari pabrikan yang sudah ada sekarang ini dengan mobil Esemka, perbedaan yang paling mendasar yang pasti dari proses produksi mobil nya," ucap Arief Andi, Dirut Bintang Oto salah satu rekanan diler mobil Honda.
ADVERTISEMENT
Arief melanjutkan, mobil-mobil yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia tentunya sudah melalui proses riset dan development yang sudah sangat ketat. Tentunya untuk menyesuaikan dengan permintaan market di Indonesia.
"Dan mobil Esemka menurut pandangan saya belum melakukan hal tersebut dan masih cenderung dipaksakan produksi karena kepentingan politik. Sehingga untuk melakukan investasi diler mobil Esemka, kami masih harus mengkaji lagi mungkin 2-5 tahun ke depan," katanya.
Pabrik esemka di Boyolali. Foto: kumparan

Biar masyarakat memilih

Keterbukaan informasi global yang sangat masif, kata Arief, membuat masyarakat Indonesia saat ini jauh lebih pintar. Terutama menentukan pilihan mobil yang sesuai dengan kebutuhan, dan budget yang mereka miliki.
Sehingga mobil Esemka harus benar-benar bisa bersaing di bisnis ini, dengan kualitas produk yang pasti sudah harus tinggi, serta pelayanan aftersales yang harus sudah siap dari segala aspek.
ADVERTISEMENT
"Kalau menurut saya kesempatan akan selalu terbuka untuk semua industri, buat bersaing di dalam negeri. Paling utama, produsen harus mampu memahami kebutuhan konsumen, dan bisa menciptakan produk-produk yang menjadi terobosan baru, misal saat ini lagi tren mobil bertenaga listrik," ujarnya.
Pekerja merakit mesin mobil di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Kelengkapan fasilitas produksi

Disebut sebagai prinsipal otomotif nasional, saat ini PT SMK telah memiliki fasilitas produksi yang telah siap beroperasi, mulai dari lini pengecatan body, perakitan mobil tipe monokok, chassis, mesin bensin, diesel, transmisi dan axle.
Ada juga lini penyambungan transmisi motor diesel dan motor bensin, pengujian kendaraan statik atau elektronik, pengujian jalan, perbaikan kendaraan pascauji, area stock yard, show room, dan fasilitas pendukung lainnya.
Pada tahun pertama Esemka akan memproduksi sebanyak 3.500 unit pikap Bima, dengan kapasitas produksi total sebesar 12.000 unit per tahun.
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian Airlangga memastikan, peresmian pabrik senantiasa memberikan efek berganda bagi perekonomian, seperti membuka lapangan kerja baru.
“Pada tahap awal akan menyerap 300 tenaga kerja untuk satu shift. Kalau kapasitasnya nanti bertambah, tentu bertambah juga jumlah tenaga kerjanya. Ini untuk tenaga kerja lokal,” tuturnya.