Waspada, 3 Titik Buta saat Berkendara

14 Mei 2018 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berkendara motor (Foto: christels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berkendara motor (Foto: christels)
ADVERTISEMENT
Keterampilan berkendara menjadi modal penting untuk setiap pengguna jalan. Selain aspek keselamatan dapat ditingkatkan, aspek keamanan serta kenyamanan selama di perjalanan juga dapat dirasakan dengan terampil berkendara.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, pengguna jalan juga harus memahami istilah penting dalam berkendara yang juga tidak kalah penting, yakni titik buta atau blind spot.
Menurut Head of Road Safety & Motorsport Committee Widjang Djendrawan, blind spot adalah area pandang yang tidak dapat dilihat oleh mata pengemudi perlu diminalisir untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Ditambahkan pula, ada tiga jenis blind spot yang umumnya ditemui pengendara. Apa saja? Simak ulasannya berikut ini.
1. Blind Spot Pengguna
Titik buta pertama adalah berasal dari si pengguna kendaraan itu sendiri. Khususnya pengendara sepeda motor, helm yang terlalu kecil atau kaca helm full face yang terlalu sempit dapat meningkatkan area blind spot. Beda dari helm open face, visibilitas masih dapat terjaga dengan meilirikan mata, beda dengan full face yang sampai harus menoleh.
Com-Helm SNI (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com-Helm SNI (Foto: Thinkstocks)
"Pertama blind spot si pelaku, misal helm yang kacanya terlalu kecil jadi visibilitasnya minim, sehingga harus menoleh, nah menoleh itu sudah termasuk dengan gangguan berkendara dan menjadi sumber kecelakaan," ujar Widjang.
ADVERTISEMENT
Untuk itu Widjang menyarankan pengendara menggunakan helm yang memiliki visibilitas yang baik. Menurutnya baik helm full face atau open face memiliki kesamaan fungsi yaitu melindungi kepala, jadi bijak lah memilih helm sesuai kegunaannya.
2. Blind Spot Kendaraan
Kedua adalah titik buta yang berasal dari kendaraan yang sedang dikendarai. Seperti pada mobil, visibilitas secara diagonal akan terhalang pilar A atau pengelihatan ke depan juga terhalang kap mesin.
"Kemudian blind spot selanjutnya itu ada di kendaraan yang kita pakai, kalau motor hampir tidak ada blind spot-nya seperti mobil kan ada pilar A, kecuali bawa anak kecil di depan (duduk di jok depan motor) itu blind spot yang sangat parah menurut saya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Widjang menambahkan, untuk titik buta ini, dibutuhkan adaptasi yang lebih pada kendaraan untuk mengetahui titik atau area mana saja yang menjadi wilayah yang tidak dapat dilihat saat mengemudi, sehingga pengemudi dapat mengukur blind spot dan meminimalisir senggolan dengan pengendara lain.
3. Blind Spot Lingkungan
Terakhir adalah titik buta yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti jalanan yang menikung, menanjak, wilayah padat bangunan, wilayah perumahan, serta kendaraan lain yang terparkir di pinggir jalan atau yang tengah melintas termasuk blind spot lingkungan.
"Terakhir itu blind spot dari sisi lingkungan, kita lupa kalau jalan raya itu fasilitas umum jadi terkadang tanpa perhitungan yang pasti dan belum memberi isyarat main belok atau main salip aja kan, " tuturnya.
Tanjakan Jalur Nagreg. (Foto: Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Tanjakan Jalur Nagreg. (Foto: Google Maps)
Menurut Widjang untuk mengatasi blind spot lingkungan, selalu taati batas maksimum di jalan tersebut, terlebih saat hendak menyalip truk besar atau bus yang memiliki blind spot terbanyak, ada baiknya selalu berada di belakangnya sambil memberikan isyarat. Namun apabila memungkinkan untuk menyalip, pastikan keadaan sekitar aman untuk menyalip, lihat spion tengah dan samping, setelahnya berikan isyarat dengan dim, klakson atau lampu sen bahwa kamu ingin menyalip.
ADVERTISEMENT