10 Years Challenge: Melihat Kondisi Kesehatan Masyarakat Indonesia

18 Januari 2019 8:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah sakit yang memasang spanduk menolak penggunaan BPJS. (Foto: Twitter/@rasyid1_)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah sakit yang memasang spanduk menolak penggunaan BPJS. (Foto: Twitter/@rasyid1_)
ADVERTISEMENT
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) merupakan riset skala nasional yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana kesehatan masyarakat Indonesia, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.
ADVERTISEMENT
Riskesdas pertama kali dilakukan pada tahun 2007, kemudian dilakukan lagi tahun 2010, 2013, dan yang terbaru tahun 2018. Data riskesdas meliputi kondisi kesehatan masyarakat dari berbagai usia, jenis kelamin, penyakit, serta gaya hidup.
Dalam 10 years challenge ini, kita akan melihat bagaimana perubahan kondisi kesehatan Indonesia melalui data riskesdas. Berikut hasilnya.
1. Angka obesitas
Titi Wati (kiri), wanita tergemuk di Kalimantan Tengah bersama Herlina (kanan) anak kandungnya saat beraktivitas sehari-hari di kediamannya. (Foto: Antara Kalteng/Adi Wibowo)
zoom-in-whitePerbesar
Titi Wati (kiri), wanita tergemuk di Kalimantan Tengah bersama Herlina (kanan) anak kandungnya saat beraktivitas sehari-hari di kediamannya. (Foto: Antara Kalteng/Adi Wibowo)
Angka obesitas pada orang dewasa di atas 18 tahun di Indonesia terlihat meningkat dari tahun ke tahun. Dalam data Riskesdas, orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 25,0 hingga 27,0 dikategorikan memiliki berat badan lebih (overweight), sementara yang dikategorikan obesitas adalah orang yang memiliki IMT 27,0. IMT adalah perbandingan antara berat badan (kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (meter kuadrat).
ADVERTISEMENT
Dalam data Riskesdas tahun-tahun di atas terlihat bahwa angka orang dewasa yang mengalami overweight dan obesitas di Indonesia terus mengalami peningkatan. Angka overweight di tahun 2007 mencapai 8,6 persen, 10,0 persen pada tahun 2010, 11,5 persen tahun 2013, dan naik menjadi 13,6 persen pada 2018.
Adapun angka obesitas mengalami peningkatan lebih tinggi lagi. Pada 2007, angka obesitas mencapai 10,5 persen, kemudian naik menjadi 11,7 persen pada 2010, 14,8 persen pada 2013, dan meningkat tajam menjadi 21,8 persen pada 2018.
2. Konsumsi tembakau
Siswa merokok di kelas (Foto: Instagram/neng_jepret)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa merokok di kelas (Foto: Instagram/neng_jepret)
Angka konsumsi tembakau, baik dengan cara diisap ataupun dikunyah mengalami perubahan antara tahun 2007 hingga 2018. Berdasarkan data Riskesdas, angka konsumsi tembakau oleh pria mencapai 65,6 persen pada 2007, naik sedikit di tahun 2010 menjadi 65,8 persen, 66 persen pada 2013, dan mengalami penurunan tahun 2018 menjadi 62,9 persen.
ADVERTISEMENT
Untuk wanita, angka konsumsi tembakau memang berbeda sangat jauh bila dibandingkan pria. Pada 2007 tercatat 5,2 persen wanita yang merokok. Angka tersebut turun menjadi 4,1 persen pada 2010, naik menjadi 6,7 persen pada 2013, dan mengalami penurunan lagi menjadi 4,8 persen pada 2018.
Secara keseluruhan, penduduk Indonesia yang mengonsumsi tembakau cenderung menurun di tahun 2018. Pada 2007 34,2 persen penduduk mengonsumsi tembakau, 34,3 persen pada 2010, 36,3 persen pada 2013, dan turun menjadi 33,8 persen pada 2018.
3. Prevalensi kanker
Zainal, Perokok aktif yang terkena Kanker Laring (Foto: Dok. Zainul Abidin)
zoom-in-whitePerbesar
Zainal, Perokok aktif yang terkena Kanker Laring (Foto: Dok. Zainul Abidin)
Prevalensi kanker di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam data riskesdas tahun 2007, 2013, dan 2018. Pada 2007 prevalensi tumor/kanker adalah sebesar 0,4 persen, lalu naik menjadi 1,4 persen pada 2013, dan naik lagi menjadi 1,8 persen pada 2018.
ADVERTISEMENT
4. Prevalensi diabetes
Muhammad Fachroni berjuang melawan diabetes. (Foto: Dok. Instagram @ronio2n)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Fachroni berjuang melawan diabetes. (Foto: Dok. Instagram @ronio2n)
Prevalensi diabetes melitus pada orang dewasa berusia di atas 15 tahun di Indonesia juga mengalami peningkatan antara tahun 2007 hingga 2018. Di tahun 2007 prevalensi diabetes adalah 1,1 persen, lalu naik menjadi 1,5 persen pada 2013, dan naik lagi menjadi 2,0 persen pada 2018. Provinsi dengan prevalensi diabetes tertinggi pada 2018 adalah DKI Jakarta yang mencapai 3,4 persen.
5. Prevalensi hipertensi
Hipertensi harus dideteksi sebelum kehamilan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Hipertensi harus dideteksi sebelum kehamilan. (Foto: Thinkstock)
Menurut data Riskesdas, angka prevalensi hipertensi di Indonesia pada 2007 adalah 31,7 persen. Angka ini kemudian turun menjadi 25,8 persen pada 2013, tapi kemudian naik lagi menjadi 34,1 persen pada 2018.
6. Gizi buruk dan gizi kurang
ilustrasi 'stunting' (Foto: unicef indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi 'stunting' (Foto: unicef indonesia)
Berdasarkan data Riskesdas, angka gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia pada 2007 adalah 18,4 persen. Angka ini kemudian naik pada 2013 menjadi 18,6 persen dan kemudian turun pada 2018 menjadi 17,7 persen.
ADVERTISEMENT
Saat mengisi kuliah umum di Universitas Indonesia pada 2017 lalu, Menteri Kesehatan Nila Juwita F. Moeloek pernah menjabarkan kondisi dunia kesehatan di Indonesia. Menurutnya, banyak masalah kesehatan di Indonesia bermula dari masalah ekonomi.
Menkes memberi sambutan di Hari Anak Nasional. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Menkes memberi sambutan di Hari Anak Nasional. (Foto: Dok. Istimewa)
“Kemiskinan menyebabkan asupan gizi bagi anak tidak dapat dipenuhi. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan seperti stunting (terhambatnya pertumbuhan akibat masalah kurang gizi kronis) pada anak dan kebodohan,” jelasnya, sebagaimana dikutip dari laman Universitas Indonesia.
Selain masalah ekonomi, Nila juga menekankan soal bahaya dari gaya hidup yang salah seperti merokok, pola makan sembarangan, dan malas berolahraga atau malas gerak (mager) alias sedentari. Gaya hidup yang salah seperti ini bisa menimbulkan banyak penyakit seperti kanker, jantung, diabetes, dan hipertensi.
ADVERTISEMENT