Akibat Perubahan Iklim, Es Abadi di Puncak Jaya Papua Mulai Menghilang

21 Agustus 2019 7:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puncak Jaya, Papua. Sumber: Instagram/Travel.indo.trip
zoom-in-whitePerbesar
Puncak Jaya, Papua. Sumber: Instagram/Travel.indo.trip
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meski terletak di khatulistiwa, Indonesia juga memiliki gletser. Gletser itu berada di Puncak Jaya, alias Carstensz Pyramid, yakni gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Puncak Jaya berdiri tegak di Papua dan merupakan salah satu dari tujuh puncak dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, lapisan es mini itu mulai menghilang dengan cepat. Menghilangnya gletser ini menjadi pertanda yang sangat penting bagi kita. Kondisi itu memperlihatkan ancaman nyata perubahan iklim yang kian mengancam. Padahal, keberadaan gletser di Puncak Jaya bisa dibilang sebagai harta karun geografis.
Kehadiran gletser di daerah tropis seperti Indonesia memberikan limpasan berharga bagi petani dan masyarakat sekitarnya. Gletser ini mengalirkan sungai abadi yang aliran airnya akan terus ada sampai gletser itu sendiri hilang.
Kondisi parah gletser di Puncak Jaya diungkap Tim Jarvis, petualang dan pelestari alam asal Australia. Jarvis, telah mengunjungi gletser di Puncak Jaya. Huffington Post melaporkan bahwa temperatur global telah mulai meningkat sejak 1880. Selain itu, Jarvis memaparkan bahwa berdasarkan foto dan catatan sebelumnya, gletser di Puncak Jaya memiliki ukuran yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Jarvis memimpin proyek bernama 25zero yang memetakan menghilangnya gletser di enam negara khatulistiwa. Di antaranya adalah Ekuador, Kolombia, Tanzania, Uganda, Kenya, dan Indonesia. Semua negara ini memiliki pegunungan yang cukup tinggi untuk gletser bersemayam di puncaknya. Namun, sebagian besar gletser di negara-negara tersebut diprediksi akan menghilang dalam kurun waktu 25 tahun.
“Memperlihatkan gletser yang mencair di ekuator adalah cara terbaik untuk membicarakan perubahan iklim,” kata Jarvis kepada Huffington Post Australia. "Di khatulistiwa, di mana ada 25 gunung dengan gletser yang dihadapkan pada perubahan iklim akibat manusia. Kita akan mendapatkan cerita menarik untuk membicarakan perubahan iklim," lanjut dia.
Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya (Foto: Instagram @kopasusofficial)
Jarvis menceritakan bahwa proyeknya ini mengungkap pencairan gletser di tempat-tempat tropis. Menurutnya, pencairan gletser atau es abadi di daerah tropis akan membuat banyak orang memahami dampak perubahan iklim. Jarvis menambahkan bahwa gletser tropis biasanya memiliki catatan lengkap yang bisa digunakan untuk mempelajari dampak perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa pencairan gletser di daerah tropis akan berdampak pada daerah lokal. Jarvis mencontohkan ibukota Ekuador, Quito, yang memiliki populasi 2,67 juta. 25 persen asupan air minum kota itu berasal dari sungai abadi dari gletser.
“Gletser adalah sebuah metrik yang menunjukkan apa yang telah kita perbuat pada iklim dunia,” kata Jarvis.