Apa Arti Tanggal Kedaluwarsa di Kemasan Obat-obatan?

26 Maret 2019 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berbagai macam obat. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbagai macam obat. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak tahun 1979 Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) telah mewajibkan semua perusahaan farmasi untuk memberikan tanggal kedaluwarsa pada obat-obatan yang diresepkan dan dijual bebas. Tapi kenapa harus ada tanggal kedaluwarsa untuk obat-obatan? Apa arti dari tanggal tersebut?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, tanggal yang tercetak pada botol obat-obatan adalah batas waktu yang dijamin oleh produsen obat bahwa sampai tanggal tersebut, obat yang mereka produksi masih memiliki keamanan dan khasiat penuh. Namun berapa lama suatu obat tetap aman dan efektif, sampai kini masih sering menjadi bahan perdebatan.
Live Science melansir, beberapa obat seperti insulin, nitrogliserin, dan antibiotik cair memang memiliki bahan aktif yang diketahui kurang stabil seiring bertambahnya waktu. Akan tetapi banyak juga obat yang mungkin memiliki umur simpan jauh lebih lama daripada yang disarankan di kemasannya.
Namun tidak semua orang tahu mengenai hal ini. Bahkan banyak orang berpikir bahwa obat yang kedaluwarsa adalah seperti makanan yang sudah kedaluwarsa, misalnya macam susu bayi atau makanan basi lainnya yang bisa beracun.
Ilustrasi amoxicillin. Foto: Brett_Hondow via Pixabay.
Lee Cantrell, direktur Divisi San Diego dari California Poison Control System, mengatakan bahwa pusat-pusat pengendalian racun di AS sering kali mendapat telepon dari orang-orang yang melaporkan bahwa mereka tidak sengaja telah meminum obat yang sudah kedaluwarsa.
ADVERTISEMENT
"Terakhir kali saya cek, saya belum melihat dokumentasi ilmiah yang menyebut bahwa obat kedaluwarsa menyebabkan masalah pada seseorang," kata Cantrell kepada Live Science.
Menurutnya, efektivitas atau keampuhan obat-obatan dalam menyebutkan penyakit memang dapat menurun seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, ada beberapa hasil studi menarik mengenai masalah ini.
Misalnya adalah hasil studi yang dilakukan Cantrell dan para koleganya pada beberapa tahun lalu. Kala itu mereka memeriksa beberapa obat-obatan lama yang disimpan di ruang belakang apotek, antara lain obat antihistamin, penghilang rasa sakit, dan pil diet.
"Kami menemukan bahwa obat-obatan itu, beberapa di antaranya setidaknya telah berumur 40 tahun setelah tanggal pembuatannya, masih mempertahankan potensi penuh," kata Cantrell. Hasil studi itu telah dipublikasikan di jurnal JAMA Internal Medicine pada 2012.
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Unsplash
Cantrell juga telah menerbitkan hasil riset lain pada tahun 2017 yang menunjukkan bahwa EpiPen --auto-injector mahal yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang mengancam jiwa-- ternyata bisa mempertahankan 84 persen potensi keampuhan mereka selama lebih dari empat tahun setelah tanggal kedaluwarsa mereka. Hal ini, menurut Cantrell, menunjukkan bahwa dalam keadaan darurat, EpiPen yang kedaluwarsa akan lebih baik untuk digunakan daripada tidak ada sama sekali.
ADVERTISEMENT
Menurut Cantrell lagi, pemerintah sebaiknya bisa mempelajari umur simpan obat. Hal ini bertujuan untuk memangkas alias menghemat biaya penggantian obat-obatan yang dianggap sudah kedaluwarsa dan biaya penyediaan obat baru.
Sebenarnya hal semacam ini pernah dilakukan oleh Departemen Pertahanan AS. Pada tahun 1986, Departemen Pertahanan AS bersama FDA telah mulai menggalakkan Shelf-Life Extension Program (SLEP), program untuk menghemat biaya penggantian obat kedaluwarsa dalam persediaan obat mereka.
Hasil sebuah studi SLEP pada tahun 2006 telah berhasil memperpanjang tanggal kedaluwarsa sebagian besar obat dari 122 jenis obat berbeda di tempat penyimpanan obat Departemen Pertahanan AS. Rata-rata umur obat-obatan ini diperpanjang sekitar 4 tahun.
Ilustrasi obat. Foto: Shutter stock
ProPublica melansir, Departemen Pertahanan AS melaporkan bahwa pada tahun 2016 SLEP telah membantu menghemat 2,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 29,8 triliun yang bisa habis hanya untuk mengganti obat yang sudah kedaluwarsa.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, meski program SLEP ini dilakukan oleh Departemen Pertahanan AS bersama FDA, FDA masih sangat memperingatkan konsumen agar tidak minum obat yang sudah kedaluwarsa.
"Obat-obatan tertentu yang kedaluwarsa berisiko mengalami pertumbuhan bakteri dan antibiotik sub-poten yang dapat gagal untuk mengobati infeksi, yang mengarah pada penyakit yang lebih serius dan resistensi antibiotik," kata FDA itu di situs web resminya.
Jadi, meski sebagian obat-obatan tampaknya masih aman dipakai saat telah melewati tanggal kedaluwarsa, Anda sebaiknya berkonsultasi lebih dulu secara spesifik kepada apoteker atau dokter Anda mengenai penggunaan obat Anda yang sudah kedaluwarsa.