Argentina Semakin Dekat untuk Melegalkan Aborsi

17 September 2018 8:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis anti-aborsi saat mereka memberikan suara anti legalisasi aborsi di Argentina (8/8). (Foto: REUTERS/Agustin Marcarian)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis anti-aborsi saat mereka memberikan suara anti legalisasi aborsi di Argentina (8/8). (Foto: REUTERS/Agustin Marcarian)
ADVERTISEMENT
Di Argentina, aborsi masih merupakan tindakan yang ilegal dan hanya boleh dilakukan apabila kondisi kehamilan tersebut membahayakan si wanita yang mengandungnya atau kehamilan itu terjadi akibat pemerkosaan. Namun gerakan terus-menerus yang meminta agar pilihan aborsi dibolehkan di Argentina terlihat semakin mendekatkan pada pelegalan tindakan aborsi di Negeri Tango itu.
ADVERTISEMENT
Pada 8 Agustus 2018, 38 dari 72 senator di Argentina membuat keputusan bahwa mereka menolak Rancangan Undang-Undang yang melegalkan aborsi. Hal tersebut memang telah memutus sementara harapan orang-orang yang ingin aborsi dilegalkan.
Akan tetapi ini bukan pertama kalinya pengajuan pelegalan aborsi ke Kongres dilakukan di negara Lionel Messi itu, jadi tampaknya usul ini masih akan terus diajukan lagi dan lagi ke depannya.
Dikutip dari Science Nordic, perjalanan untuk melegalkan aborsi di Argentina telah dimulai setidaknya sejak 2007 ketika proposal untuk melegalkan aborsi diajukan kepada Kongres. Saat itu, proposal meminta agar aborsi dilegalkan hingga minggu ke-12 kehamilan.
Dukungan kepada proposal ini pada saat itu masih lemah. Namun akhirnya, dukungan politik pun mengalir pada proposal ini dan pada 2011 untuk pertama kalinya Departemen Kehakiman melakukan pembahasan pada isu ini meski belum ada hasil yang dicapai.
ADVERTISEMENT
“Strategi hukum yang dilakukan gerakan feminis telah berkembang selama beberapa tahun. Gerakan ini telah mendekati dan mempengaruhi berbagai partai politik, dan perdebatan mengenai aborsi telah terjadi pada tingkat politik yang tinggi, ” kata Camila Gianella, peneliti di Christian Michelsen Institute yang telah melakukan penelitian pada pergerakan HAM dan hak kesehatan serta seksual di Amerika Latin, kepada Science Nordic.
Aktivis anti-aborsi saat mereka memberikan suara anti legalisasi aborsi di Argentina (8/8). (Foto: AFP/ALBERTO RAGGIO )
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis anti-aborsi saat mereka memberikan suara anti legalisasi aborsi di Argentina (8/8). (Foto: AFP/ALBERTO RAGGIO )
National Campaign for the Right to Legal, Safe and Free Abortion dan berbagai gerakan feminis di Argentina berusaha keras untuk melegalkan aborsi. Pada 2011, Mahkamah Agung (MA) di Argentina mengizinkan aborsi dilakukan hanya bila kehamilan merupakan hasil dari pemerkosaan atau bila kehamilan tersebut membahayakan.
Keputusan ini dikeluarkan bersamaan dengan kasus yang menimpa seorang anak berusia 15 tahun yang melakukan aborsi setelah diperkosa oleh ayah tirinya. Kelompok anti-aborsi mencoba untuk menggugat anak ini, namun, MA memutuskan bahwa aborsi yang ia lakukan sah.
ADVERTISEMENT
Gerakan feminis untuk mendukung legalisasi terhadap aborsi pun semakin meluas. Setiap kali berkumpul untuk mengkampanyekan legalisasi aborsi, para pendukungnya akan berkumpul dengan menggunakan skarf berwarna hijau. Gerakan ini kemudian disebut panuelazos yang berarti lautan hijau.
Dari tidak mendapat dukungan, setelah 11 tahun berlalu, gerakan panuelazos berhasil mengumpulkan 2 juta pendukung aborsi pada 8 Agustus 2018, saat senat memutuskan apakah tindakan ini legal atau tidak.
Semakin keras usaha gerakan pro aborsi untuk melegalkan aborsi, perlawanan pun semakin kencang. Salah satu penyebabnya adalah karena pengaruh Gereja Katolik yang masih sangat kuat di Argentina.
Aktivis anti-aborsi saat mereka memberikan suara anti legalisasi aborsi di Argentina (8/8). (Foto: AFP/EITAN ABRAMOVICH)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis anti-aborsi saat mereka memberikan suara anti legalisasi aborsi di Argentina (8/8). (Foto: AFP/EITAN ABRAMOVICH)
Meskipun aborsi dalam kasus tertentu diperbolehkan, Gianella mengatakan, untuk melakukannya, para wanita harus melalui proses birokrasi yang rumit dan membawa bukti untuk agar aborsi dapat dilakukan.
ADVERTISEMENT
Meskipun senat pada tahun ini akhirnya menolak untuk melegalisasi aborsi, gerakan pro-aborsi tidak akan berhenti begitu saja. Gianella berpendapat, perjuangan untuk mendapatkan hak untuk melakukan aborsi akan terus berjalan.
“Sekarang mereka (anggota gerakan pro-aborsi) harus memutuskan apa yang akan mereka lakukan. Ini merupakan bukti bahwa perubahan itu mungkin, dan merupakan hal yang paling penting. Saya yakin mereka akan mencoba lagi, tetapi ini adalah proses yang membutuhkan waktu,” katanya.
"Meskipun mereka (para senat) yang melakukan voting tidak untuk kali ini mengatakan bahwa (pelegalan aborsi) itu tidak terjadi sekarang, aborsi akan disahkan pada waktu berikutnya," ujar Gianella mengungkapkan pendapatnya terhadap perjalanan gerakan pro-aborsi tersebut.