AS Laporkan Kasus Kematian Kedua yang Diduga akibat Vape

6 September 2019 9:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rokok elektrik atau vape. Foto: Dok.Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rokok elektrik atau vape. Foto: Dok.Pixabay
ADVERTISEMENT
Pejabat Kesehatan Oregon, Amerika Serikat, sedang menyelidiki kematian satu orang warganya yang menderita penyakit pernapasan setelah menggunakan vape. Sebelumnya, Negara Bagian Illinois juga tengah melakukan penyelidikan pasca-meninggalnya seorang warga usai menggunakan produk rokok elektrik itu. Sebelum meninggal, seperti korban di Oregon, korban di Illinois ini juga sempat dirawat di rumah sakit dengan penyakit pernapasan parah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian Otoritas Kesehatan Oregon (Oregon Health Authority/OHA), korban meninggal pada bulan Juli 2019. Korban dilaporkan sebelumnya sempat menggunakan vape berisi ganja yang dibeli dari apotek ganja. Kasus yang ada di Oregon ini, hampir serupa dengan 200 kasus penyakit paru-paru misterius yang mempengaruhi remaja dan orang dewasa di 25 negara bagian Amerika.
"Kami belum tahu penyebab pasti dari penyakit ini. Apakah disebabkan oleh kontaminan, bahan dalam cairan, atau sesuatu yang lain, seperti perangkat itu sendiri," kata Dr Ann Thomas, dokter kesehatan masyarakat di Divisi Kesehatan Publik OHA, dalam pernyataan resminya seperti diberitakan IFL Science.
Ilustrasi Pengguna Rokok Elektrik. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sebelum peristiwa itu terjadi, OHA secara aktif ikut terlibat dalam memberikan peringatan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan dari produk vape. Mereka merinci bahaya vape bagi kesehatan dalam sebuah laporan dan menyatakan bahwa vape dapat menimbulkan kecanduan nikotin, paparan bahan kimia beracun, dan peningkatan tekanan darah.
ADVERTISEMENT
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) dan Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), melakukan investigasi gabungan untuk menemukan penyebab penyakit paru tersebut, yang ditandai dengan sesak napas, kelelahan, nyeri dada, batuk, dan penurunan berat badan.
Keduanya bekerja sama dengan otoritas negara setempat untuk menentukan nama, jenis produk, alat yang digunakan, dan di mana korban membeli vape. Kendati belum ada produk yang teridentifikasi, namun banyak pasien yang melapor bahwa mereka telah menggunakan produk vape dengan kandungan tetrahydrocannabinol (THC).
"Meskipun kasus-kasusnya tampak serupa, tidak jelas apakah kasus-kasus ini memiliki penyebab yang sama atau apakah penyakit yang berbeda dengan presentasi yang sama, itulah sebabnya penyelidikan sangat penting untuk dilakukan," tulis CDC dalam pernyataan resminya.
ADVERTISEMENT
Badan-badan federal AS kini sedang mengerahkan perwakilannya ke beberapa rumah sakit untuk memberikan rincian kasus korban vape agar dapat digunakan staf medis untuk membantu mengumpulkan dan melaporkan informasi tentang kasus-kasus terkait.
Para ahli menyarankan agar pengguna vape atau rokok elektrik senantiasa memantau kesehatan dirinya sendiri, dan segera mencari bantuan medis jika terjadi sesuatu terhadap tubuh mereka. Selain itu, para pengguna juga diperingatkan untuk tidak membeli produk di pedagang kaki lima. Hal ini untuk menghindari produk vape yang telah dimodifikasi atau ditambahkan dengan zat yang tidak disarankan.