BNPB Jabarkan Potensi Bencana di Ibu Kota Baru Indonesia

30 Agustus 2019 18:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rancangan konsep Ibu Kota baru di Kalimantan. Foto: Dok. Kementerian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan konsep Ibu Kota baru di Kalimantan. Foto: Dok. Kementerian PUPR
ADVERTISEMENT
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur telah terpilih akan menjadi lokasi ibu kota baru Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemudian menyoroti sejumlah potensi bencana di kedua kabupaten tersebut. Menurut Bernardus Wisnu Widjaja, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, potensi bencana di wilayah ibu kota baru Indonesia terbilang rendah.
Namun Wisnu menegaskan, risiko bencana di setiap wilayah Indonesia terbilang dinamis. “Begitu orang banyak masuk ke sana, risiko bisa berkembang menjadi lebih tinggi. Yang terpenting adalah analisis risiko, kemudian tata ruang juga harus berbasis risiko bencana,” terang Wisnu kepada awak media usai menggelar konferensi pers di lantai 15 Gedung Serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (30/8).
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Wisnu Widjaja (kanan). Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
Wisnu menjelaskan risiko utama yang bakal dihadapi ibu kota baru Indonesia adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir. Sementara untuk tsunami, kata Wisnu, skala potensinya bisa rendah hingga sedang.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Wisnu juga mengingatkan bahwa persoalan bencana hidrometeorologi ini erat kaitannya dengan masalah lingkungan. “Kalau lingkungannya dirusak, akan semakin banyak daerah banjirnya,” terang Wisnu. Itu sebabnya, ia menekankan pentingnya pemberian edukasi kepada masyarakat agar berperilaku ramah terhadap lingkungan.
Foto aerial proyek pembangunan jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang melintasi wilayah Samboja di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (28/8). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Adapun terkait potensi tsunami di wilayah ibu kota baru Indonesia, Wisnu mengatakan risiko bencananya dapat kita cegah. “Tsunami adalah fenomena alam. Sementara bencananya bisa kita cegah asal manusianya tidak tinggal di daerah yang diindikasikan berpotensi terjadi tsunami. Ini bertujuan agar mereka tidak terkena langsung dengan proses alam tadi,” ujarnya.
Soal potensi bencana tsunami yang rendah diamini pula oleh Widjo Kongko, peneliti senior tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Widjo mengungkapkan ancaman tsunami di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara bersumber dari sesar bawah laut namun potensinya tergolong rendah.
ADVERTISEMENT