Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kena Sindrom ‘Rambut Tak Bisa Disisir’, Anak Ini Disebut Bayi Einstein
13 Juni 2018 14:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Percaya atau tidak, mutasi genetik dapat menyebabkan sebuah sindrom yang disebut sebagai Uncombable Hair Syndrome (UHS) atau sindrom rambut tak bisa disisir. Dikutip dari Science Alert , anda-tanda sindrom ini mulai muncul antara usia 3 bulan hingga 12 tahun.
Ada tiga gen dianggap bertanggung jawab sebagai penyebab UHS , yakni PADI3, TGM3, dan TCHH. Ketiganya merupakan kode gen untuk protein yang membantu pembentukan batang rambut. Ketika ketiga gen ini bermutasi, batang rambut tidak tumbuh secara normal.
Pemilik sindrom ini umumnya memiliki rambut berwarna perak atau pirang jerami. Rambut mereka akan terus berdiri meski sudah disisir dan tidak bisa diratakan. Rambut penderita UHS pun cenderung kering. Meski begitu, umumnya UHS tidak akan menyebabkan rambut mudah rontok. Kerontokan seringkali terjadi apabila rambut ditarik terlalu keras saat sedang disisir.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh dari kasus UHS terjadi pada Taylor McGowan, anak berusia 18 bulan. Rambutnya mengingatkan kita pada Albert Einstein, bahkan ia dijuluki sebagai Bayi Einstein 2.0.
Sekitar usia 4 hingga 6 bulan, rambut Taylor sudah terlihat terlihat berbeda, yakni seperti di-mohawk. Pada saat itu suster rumah sakit mengatakan rambut Taylor akan normal pada waktunya. Namun ternyata, rambutnya si bocah tetap saja berdiri.
Yang pertama kali menyadari adanya keanehan pada rambut Taylor adalah neneknya. Nenek Taylor sempat menemukan foto anak-anak lain yang mengidap UHS seperti Taylor. Awalnya, orang tua Taylor tidak percaya anaknya mengalami penyakit langka tersebut.
“Kami mentertawakannya. Kami pikir, tidak mungkin anak kami memiliki kondisi yang sangat langka yang hanya diderita 100 orang di seluruh dunia. Ternyata kami salah,” kata Cara McGowan, ibu dari Taylor.
Cara akhirnya memutuskan untuk menghubungi Regina Betz, ilmuwan Jerman yang menemukan gen PADI3. Ia kemudian mengirimkan sampel darah keluarganya untuk mengetahui apakah keluarganya menjadi pembawa mutasi gen tersebut.
ADVERTISEMENT
Dan hasilnya, Taylor memang merupakan salah satu dari sedikit orang di dunia yang mengalami UHS.
Meski kini masih berdiri dan sulit disisir, ada kemungkinan rambut Taylor akan menjadi normal pada saat dewasa. Karena rambut mereka masih mungkin akan berubah lagi saat dewasa inilah, banyak penderita UHS yang kemudian tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi langka akibat kelainan genetik itu.