Lebih dari 20 Orang di Eropa Tewas akibat Gelombang Panas

29 Juli 2019 12:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
gelomWarga mendinginkan badan di air mancur Trocadero dekat Menara Eiffel, Paris, efek dari gelombang panas. Foto: Pascal Rossignol/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
gelomWarga mendinginkan badan di air mancur Trocadero dekat Menara Eiffel, Paris, efek dari gelombang panas. Foto: Pascal Rossignol/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dua bulan terakhir, beberapa wilayah di Eropa diterjang gelombang panas yang sangat ekstrem. Wilayah Jerman, Belgia, dan Belanda mengalami suhu tertinggi sepanjang sejarah mereka. Begitupun dengan Prancis dan Spanyol yang mengalami cuaca panas di setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Gelombang panas yang menghantam ibu kota Prancis membuat orang-orang yang ada di sana melompat ke air mancur Trocadero yang ada di dekat menara Eiffel. Ini tak lain karena termometer di wilayah tersebut telah mencapai 42,6 derajat Celsius.
Belgia juga mengalami cuaca panas yang ekstrem. Suhu udara di negara tersebut mencapai 40,5 derajat Celsius. Sementara untuk pertama kalinya, suhu udara di Belanda mencapai 40 derajat Celsius.
Selama bulan Juli 2019, lebih dari 10 orang di Eropa dikabarkan tewas akibat gelombang panas ini. Sedangkan pada bulan Juni kemarin, gelombang panas telah merenggut sedikitnya 12 nyawa manusia.
Orang-orang berjemur dan bermain di dekat air mancur Trocadero saat gelombang panas menghantam Paris, Prancis. Foto: Bertrand Guay/AFP
Badan cuaca nasional Prancis memperkirakan, gelombang panas di negara tersebut bertambah dua kali lipat lebih parah dalam 34 tahun terakhir, dan akan berlipat ganda pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
“Peningkatan panas ekstrem ini sama seperti yang diperkirakan dalam ilmu iklim sebagai konsekuensi dari pemanasan global,” ujar Stefan Rahmstorf, dari Potsdam Institute for Climate Impact Research kepada Associated Press, seperti dikutip dari Business Insider. “Dengan kata lain, ya, musim panas ekstrem yang mematikan ini adalah bagian dari tren, dan itu hanya akan menjadi lebih buruk.”
Pemanasan global terjadi akibat efek gas rumah kaca yang dipancarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara. Gas-gas yang memenuhi atmosfer ini telah menjebak panas dari Matahari di permukaan Bumi sehingga membuat suhu permukaan planet ini naik.
Karena Bumi menghangat, hari-hari yang lebih panas pun akan sering terjadi. Selain itu, kebakaran hutan juga memperparah kondisi yang ada. Pada Rabu (14/7) misalnya, Pierre Markuse, ahli fotografi satelit, membagikan gambar secara online yang menampilkan kebakaran hutan yang terjadi di Arktik. Kepulan asap tinggi terlihat dari ruang angkasa di atas Rusia, Alaska, dan Greenland.
ADVERTISEMENT
Copernicus Atmosphere Monitoring Service mengatakan, sejak awal Juni timnya telah mengamati lebih dari 100 kebakaran yang terjadi begitu intens dan bertahan cukup lama di sekitar wilayah Kutub Utara. Para ilmuwan sepakat, satu-satunya cara untuk memerangi perubahan iklim secara efektif adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Ini adalah krisis kemanusiaan terbesar yang pernah dihadapi. Pertama-tama kita harus menyadari hal ini, dan kemudian secepat mungkin melakukan sesuatu untuk menghentikan emisi dan mencoba menyelamatkan apa yang bisa kita selamatkan,” papar Greta Thunberg, aktivitas iklim berusia 16 tahun, kepada Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.