Mahasiswi Universitas Brawijaya Sulap Limbah Pertanian Menjadi Kertas

26 Juli 2019 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) Malang berhasil menyulap biomassa limbah pertanian menjadi bubur kertas (pulp) dan kertas. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dua mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) Malang berhasil menyulap biomassa limbah pertanian menjadi bubur kertas (pulp) dan kertas. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) Malang berhasil menyulap biomassa limbah pertanian menjadi bubur kertas (pulp) dan kertas. Kedua mahasiswa itu bernama Sakinah Hilya dan Khodijah Adrebi.
ADVERTISEMENT
Keduanya menyulap biomassa dari sisa kegiatan pertanian menjadi kertas dengan menggunakan alat Cellulose from Biomass Waste (C-BOMS). Dengan menggunakan C-BOMS, mereka meyakini, kertas yang dihasilkan dari limbah pertanian ini jadi lebih berkualitas. Selain itu, karena berasal dari limbah dan tak perlu menebang pohon, kertas ini jelas lebih ramah lingkungan.
C-BOMS sendiri merupakan alat pembuat pulp dan kertas dengan menggunakan teknologi Pulsed Electric Field. C-BOMS memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode kimiawi yang banyak diterapkan di industri pulp dan kertas saat ini.
Kelebihan pembuatan kertas dengan C-BOMS antara lain lebih ramah lingkungan, waktu proses jauh lebih singkat, dan tidak membutuhkan proses thermal yang dapat mendegradasi selulosa.
Ilustrasi pabrik kertas. Foto: Shutter stock
Khodijah Adrebi menjelaskan, C-BOMS memadukan treatment fisik Pulsed Electric Field dengan memberikan kejut listrik yang akan meningkatkan permeabilitas membran dengan memperbesar pori-pori pada sel, dan treatment Natrium Hidroksida untuk mencapai seluruh bagian sel dan melarutkan lignin maupun zat pengotor lain.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, katanya, akan terjadi proses yang dinamakan delignifikasi. Dari proses tersebut, kandungan selulosa akan terpisah dari ikatan lignoselulosa dan lignin akan terlarut. Sehingga, kandungan selulosa pada produk bubur kertas yang dihasilkan akan meningkat.
"Selulosa inilah yang menjadi suatu indikasi penting dalam produksi bubur kertas (pulp) dan kertas. Semakin tinggi kadar selulosa dalam pulp, akan menghasilkan kertas dengan kualitas yang lebih baik," jelas Khodijah, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (25/7).
Menurut Khodijah, hasil produk dari C-BOMS ini telah diuji menggunakan alat scanning electron microscope dan colorimeter. “Harapan kami dengan adanya C-BOMS ini, dapat membantu mewujudkan visi industri hijau yang terintegrasi dengan Industri 4.0 sekaligus menyejahterakan petani dengan tetap meningkatkan proses produksi yang selaras dengan penjagaan terhadap lingkungan."
ADVERTISEMENT
Khodijah menuturkan, selama ini untuk membuat kertas, bahan baku utama yang digunakan adalah kayu hutan. “Dan untuk memproduksi satu rim kertas, dibutuhkan satu pohon berusia lima tahun," ujarnya.
Ia mengemukakan pada 2016 konsumsi kertas dunia mencapai 394 juta ton dan diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun 2020. "Kami menggunakan limbah biomassa sebagai bahan baku kertas," kata Khodijah.
Sebab, lanjutnya, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2014) jumlah limbah biomassa, khususnya dari sektor pertanian dan perkebunan yang tidak didayagunakan mencapai 20 juta ton dalam setahun. Padahal di dalamnya terkandung selulosa dengan kadar yang tinggi.