news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mari Bahas Daun Kratom yang BNN Usulkan Masuk Daftar Narkotika

26 Juli 2019 15:54 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daun Kratom. Foto: AFP/LOUIS ANDERSON
zoom-in-whitePerbesar
Daun Kratom. Foto: AFP/LOUIS ANDERSON
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Badan Narkotika Nasional (BNN) meminta agar Kementerian Kesehatan menetapkan daun kratom atau Mitragyna speciosa sebagai narkotika golongan I. BNN menganggap daun kratom itu memiliki efek psikotropika yang bisa mempengaruhi mental dan perilaku pemakainya.
ADVERTISEMENT
“Saat ini kami sedang meminta Kemenkes untuk memasukkannya ke golongan I. Bahayanya 10 kali lipat dari kokain atau ganja,” kata Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Yunis Farida Oktoris Triana, di Denpasar, Kamis (25/7).
Lantas, apa itu kratom? Benarkah daun ini lebih berbahaya dari kokain dan ganja? Mari kita mengenal kratom dan membahasnya berdasarkan hasil sejumlah riset.
Kratom adalah tumbuhan asli Asia Tenggara. Ia tumbuh alami di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Papua Nugini.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia sudah memasukkan kratom sebagai tanaman endemik. Di Kalimantan Barat, kratom membantu menahan abrasi sungai.
Daun Kratom. Foto: Wikimedia commons
Daun pohon ini mengandung psikotropika. Biasanya, daun kratom dikeringkan dan dihaluskan sebelum dikonsumsi. Ada yang mengisapnya seperti rokok, diseduh menjadi teh, atau memasukkannya ke dalam kapsul.
ADVERTISEMENT
Marc Swogger, profesor psikiatri di University of Rochester Medical Center, New York, Amerika Serikat, pernah melakukan riset atas daun kratom. Risetnya telah dipublikasikan di J Psychoactive Drugs pada November 2015. Ia menjelaskan, bahwa alasan utama orang menggunakan daun kratom adalah untuk membantu menghilangkan rasa sakit.
Menurut Swogger, kratom mungkin memiliki kemampuan analgesik dan penghilang rasa sakit yang baik. Ia menambahkan, banyak orang menggunakan kratom untuk membantu mereka berhenti menggunakan obat-obatan terlarang lainnya, terutama opium.
"Ada orang-orang yang mengaku menggunakan kratom untuk meringankan simtom berhenti pakai opium, dan banyak yang mengindikasikan bahwa mereka sukses berhenti memakai opium," jelas Swogger, seperti dilansir Live Science.
Dalam risetnya, ia menemukan laporan penggunaan kratom untuk menangani post-traumatic stress disorder (PTSD). Ia berpendapat bahwa meski kratom bisa menyebabkan orang merasa giting, tidak banyak yang menggunakannya untuk hal itu.
ADVERTISEMENT
Dampaknya pada tubuh
Swogger sendiri mengaku belum mengetahui secara pasti dampak kratom pada tubuh manusia. Ia berkata, kratom bukan zat candu, tapi senyawa dari kratom mengikat reseptor candu di tubuh konsumennya.
Sebuah riset lain yang dipublikasikan di jurnal Life Sciences menemukan bahwa kratom tidak menyebabkan candu. Tapi, riset ini baru mempelajari efek kratom pada tikus.
Adapun Penegak Hukum Narkoba Pemerintah AS atau Drug Enforcement Administration (DEA) menyatakan, kratom memiliki sifat adiktif.
Riset Swogger menemukan satu dari 10 responden dalam risetnya melaporkan adanya simtom withdrawal, setelah pemakaian berat kratom yang diselingi dengan satu hari tanpa kratom.
Daun Kratom. Foto: AFP/LOUIS ANDERSON
Swogger mengatakan, kratom memberikan efek berbeda dengan candu lain. Pada dosis rendah kratom diduga memberikan efek stimulasi pada tubuh, sementara efek menenangkan pada dosis yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, orang-orang yang menggunakan kratom melaporkan bahwa mereka merasakan efek penghilang rasa sakit yang tidak membuat mereka kehilangan kesadaran.
Tetapi, senyawa 7-hydroxymitragine yang ditemukan pada kratom ternyata adalah penghilang rasa sakit yang lebih kuat dibanding morfin. Artinya, jika digunakan berlebihan, maka ada potensi berbahaya bagi tubuh.
Risiko penggunaan
Menurut riset Swogger, kratom memberikan efek samping serupa dengan penggunaan zat candu lainnya. Efek samping seperti sakit perut, muntah-muntah, gatal, dan sedasi ringan, bisa dirasakan penggunanya.
Namun, dampak itu dijelaskan Swogger masih lebih ringan, jika dibandingkan dengan efek samping dari penggunaan zat candu lainnya.