Melacak Sejarah ITB Lewat Perubahan Kartu Tanda Mahasiswa

2 Mei 2018 13:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KTM ITB dari Masa ke Masa (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
KTM ITB dari Masa ke Masa (Foto: Dok. ITB)
ADVERTISEMENT
Sejak didirikan pada 1920, Institut Teknologi Bandung (ITB) telah mengalami banyak sekali perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
Salah satu jejak perubahan itu bisa dilacak dari perbedaan bentuk Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang dikeluarkan perguruan tinggi teknik tertua di Indonesia itu dari masa ke masa.
Berikut ini cerita dari Novriana Sumarti Ph.D, Lektor Kepala di FMIPA ITB yang menjadi salah seorang saksi sejarah dari evolusi KTM ITB tersebut.
Novriana Sumarti Ph.D, Lektor Kepala di FMIPA ITB (Foto: Dok. Novriana Sumarti)
zoom-in-whitePerbesar
Novriana Sumarti Ph.D, Lektor Kepala di FMIPA ITB (Foto: Dok. Novriana Sumarti)
Mengulik Sejarah dari KTM Sang Ayah
Novriana memiliki KTM ITB tahun 1950-an. Adalah ayah dari Novriana yang memiliki KTM ITB pada masa itu sebab sang ayah merupakan salah seorang mahasiswa ITB angkatan 1955. Sang ayah masuk ke Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (FIPA) dan mengambil bagian Apoteker (Farmasi) sebagaimana tertulis pada KTM tersebut.
KTM pada 1955 pada dasarnya merupakan kartu pembayaran biaya studi sehingga masih memuat kolom-kolom pembayaran uang kuliah.
ADVERTISEMENT
Tak sampai setahun kemudian, FIPA berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA). Dalam periode ini, seperti FIPIA, FIPA juga masih berada di bawah naungan Universitas Indonesia.
Bentuk KTM setelah FIPA menjadi FIPIA tidaklah berubah, baik secara isi maupun tata letak. Identitas terkait mahasiswa masih sebatas nama, jurusan, foto diri, dan tahun masuk. Sementara bagian sisanya berisikan catatan pembayaran studi selama satu tahun.
KTM ITB saat masih di bawah naungan UI (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
KTM ITB saat masih di bawah naungan UI (Foto: Dok. ITB)
ITB Resmi Berdiri
Sejarah kemudian mencatat Institut Teknologi Bandung resmi berdiri. Peresmian kampus teknik itu dilakukan langsung oleh Presiden Ir. Soekarno.
Dokumen rujukan terkait pendirian ITB diantaranya dapat dilihat pada Keputusan Rektor Institut Teknologi Bandung Nomor 267/SK/K01/OT/2008 tentang Pendirian dan Peresmian Nama Institut Teknologi Bandung.
ADVERTISEMENT
“Waktu perpindahan dari FIPIA UI ke ITB, bapak (alm.) sedang dalam pendidikan militer,” ungkap Novriana, dikutip dari siaran pers ITB yang diterima kumparan. Hal ini menjelaskan mengapa Novriana tidak memiliki arsip KTM sang ayah untuk tahun 1959 dan baru memiliki arsipnya lagi untuk tahun 1960.
KTM ITB 1960 (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
KTM ITB 1960 (Foto: Dok. ITB)
Uniknya, pada KTM sang ayah yang diterbitkan pada 1960 belum ditemukan lambang Ganesha. Lambang tersebut baru muncul pada KTM ITB tahun ajaran 1963/1964.
KTM ITB 1963 (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
KTM ITB 1963 (Foto: Dok. ITB)
Novriana memperlihatkan, Kartu Anggota Himpunan Mahasiswa Farmasi “Ars Pareparandi” tahun 1963 juga sudah memuat lambang ITB. Hal ini menunjukkan, penggunaan lambang ITB sudah cukup meluas pada tahun 1963.
KA Himpunan Mahasiswa Farmasi ITB 1963 (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
KA Himpunan Mahasiswa Farmasi ITB 1963 (Foto: Dok. ITB)
Asal Muasal Terbentuknya Lambang ITB
Dokumen rujukan yang dapat menjelaskan asal muasal lambang ITB antara lain adalah buku Aura Biru: Catatan Para Pelaku Sejarah ITB yang diterbitkan oleh ITB pada 2009, bertepatan dengan Dies Emas 50 Tahun ITB. Buku ini memuat cerita-cerita dari para civitas akademika ITB tempo dulu yang menjadi pelaku sejarah secara langsung di ITB.
ADVERTISEMENT
Cerita khusus terkait lambang ITB sendiri bisa ditemukan dalam tulisan yang berjudul “Nostalgia Kampus ITB, Dalam Lima Aura Warna” karya A.D. Pirous. Cerita ini beliau dapatkan dari (alm.) Ahmad Sadali, yang mendapatkan cerita tersebut dari (alm.) Prof. S. Soemardja, tokoh legenda Seni Rupa ITB dan Indonesia.
Pirous menceritakan saat itu sejumlah guru besar di ITB sedang berjalan-jalan di sekitar kampus untuk mencari ide untuk lambang ITB. Mereka di antaranya terdiri dari Prof. Ir. Soetedjo, Prof. S. Soemardja, Prof. Soemono, dan Prof. Ir. R.O. Kosasih.
Sayangnya, mereka tak kunjung mendapatkan inspirasi meskipun telah berkeliling dan memperhatikan satu demi satu bangunan yang sudah berdiri di kampus sambil mengkaji sejarah awal berdirinya kampus itu.
Gedung ITB (Foto: Facebook ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung ITB (Foto: Facebook ITB)
Sepasang Patung Ganesha Kecil di Gerbang ITB
ADVERTISEMENT
Inspirasi akhirnya datang dari dua buah patung Ganesha kecil yang dipasang di bawah jam gerbang kampus di sisi yang menghadap ke depan. Patung tersebut merupakan temuan dari penggalian di situs-situs candi di Jawa Tengah oleh para arkeolog asing beberapa tahun silam.
Konon, patung tersebut masih berada di kampus ITB kala itu karena belum ikut didaftarkan di Museum Gajah di Jakarta.
Para guru besar itu kemudian bersepakat untuk mengembangkan lambang ITB dari patung Ganesha tersebut. Maka ditugaskanlah Srihadi S., pelukis dari Seni Rupa ITB, untuk mendesain lambang ITB dengan dibantu oleh beberapa asisten. Hasilnya, terciptalah lambang ITB yang bentuknya masih lestari sampai sekarang.
Sayangnya, tidak terdapat literatur rujukan mengenai kapan persisnya lambang tersebut berhasil diselesaikan. Yang jelas, terdapat masa transisi penggunaan lambang yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Pada masa transisi tersebut, ITB sempat mencetak beberapa dokumen –termasuk KTM– tanpa lambang Ganesha.
Patung Ganesha di ITB (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Ganesha di ITB (Foto: Dok. ITB)
KTM ITB Bukan Lagi Sekadar Kartu Pembayaran
ADVERTISEMENT
Tak hanya ayahnya, Novriana sendiri juga ikut menjadi saksi dari evolusi KTM ITB Mahasiswa ini dari masa ke masa sebab ia juga merupakan alumni ITB angkatan 1990.
“(Ketika zaman saya) dulu, kartu mahasiswa sudah menjadi seukuran KTP,” ungkap Novriana. Bentuk ini tentu telah jauh berbeda dengan bentuk KTM ITB di zaman ayahnya yang masih berupa dua lembar kertas karton dilipat di tengah dan ditulis tangan.
“Kartu mahasiswa yang saya punya juga sudah berisi keterangan tentang data-data mahasiswa dan bukan sekadar kartu pembayaran (biaya studi),” imbuh peraih gelar Ph.D dari University of London ini.
Novriana Sumarti Ph.D (kiri berjilbab) (Foto: Dok. Novriana Sumarti)
zoom-in-whitePerbesar
Novriana Sumarti Ph.D (kiri berjilbab) (Foto: Dok. Novriana Sumarti)
KTM ITB untuk Beasiswa Voucher Makan
Di tahun 2018 ini, KTM ITB sudah memiliki bentuk yang semakin dinamis seiring dengan perkembangan zaman. Ukuran dan material penyusunnya sudah sangat mirip dengan e-KTP.
ADVERTISEMENT
Selain itu, KTM ITB saat ini juga sudah dilengkapi dengan fitur RFID (Radio Frequency Identification) yang memungkinkan identifikasi nirkabel untuk keperluan pengambilan data.
Fitur RFID ini sudah umum digunakan di kampus ITB untuk beasiswa voucher makan. Mahasiswa yang mendapatkan beasiswa ini cukup menyerahkan KTM miliknya ke petugas kantin yang tersedia untuk di-scan dan ia kemudian bisa menikmati makan siang gratis hingga besaran tertentu dalam periode yang ditentukan.
KTM ITB 2018 (Foto: Dok. ITB)
zoom-in-whitePerbesar
KTM ITB 2018 (Foto: Dok. ITB)
Novriana sendiri turut menyaksikan KTM ITB yang terbaru ini karena saat ini ia menjadi dosen pengampu beberapa mata kuliah di kampus almamaternya tersebut. Terkait perubahan KTM ini, Novriana punya saran tersendiri.
“Baiknya KTM juga bisa dipakai untuk daftar hadir mahasiswa karena tentu akan lebih praktis dan memudahkan,” ucap dosen yang sedang sibuk mengembangkan Signature Algorithm untuk Cryptocurrency Bitcoin ini.
ADVERTISEMENT