Memahami Racun yang Terdapat di Tubuh ‘Semut Charlie’ atau Tomcat

25 Juni 2019 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ''semut charlie" atau tomcat. Foto: wikimmedia.commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ''semut charlie" atau tomcat. Foto: wikimmedia.commons
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2012 lalu, serangan tomcat pernah melanda kota Surabaya. Orang-orang yang terkena serangan tersebut kemudian mengalami beberapa gejala iritasi pada kulit mereka. Kini, kekhawatiran itu muncul kembali tatkala beberapa foto yang menunjukkan anak-anak dan orang dewasa dengan kulit tampak melepuh terbesar melalui pesan instan. Mereka diduga terkena racun yang dikeluarkan tomcat atau yang di Malaysia kerap disebut sebagai “semut charlie”.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya bagaimana tomcat bisa membuat kulit manusia iritasi? Hewan yang memiliki nama ilmiah Paederus fuscipes ini merupakan kelompok utama dari hewan berbuku-buku (Arthropoda) dan termasuk dalam keluarga besar kumbang (Staphylinidae). Jadi, meski di Malaysia disebut sebagai “semut charlie”, serangga ini sebenarnya bukanlah semut, melainkan kumbang.
Sebuah laporan di jurnal PNAS menyebut, tomcat memiliki racun yang cukup kuat bernama pederin. Racun itu terdapat di dalam tubuhnya dan biasanya digunakan sebagai senjata kimia ketika tomcat merasa terancam. Tomcat betina dewasa memiliki jumlah pederin yang lebih banyak ketimbang tomcat jantan.
Tomcat sebenarnya tidak akan menggigit ataupun menyengat saat berada di tubuh manusia. Namun, ketika tomcat tidak sengaja dibunuh dengan cara menghancurkan tubuhnya seperti membunuh nyamuk, maka tomcat akan mengeluarkan racun pederin tersebut.
Ilustrasi tomcat atau kumbang rove. Foto: Juddi Gallager via flickr
Saat racun pederin itu terkena kulit manusia, maka manusia akan mengalami dermatitis, yakni iritasi kulit yang meliputi beberapa gejala tertentu, seperti timbulnya rasa gatal, ruam kulit, dan sensasi panas pada kulit yang terpapar.
ADVERTISEMENT
Pada 2012 lalu Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui situs resminya, pernah menjelaskan bahwa setelah 24-48 jam terpapar racun pederin, biasanya akan muncul gelembung pada kulit yang menyerupai lesi akibat air panas atau luka bakar. Lesi pada mata akan menyebabkan periorbital conjunctivitis atau keratoconjunctivitis dan kondisi dikenal juga sebagai Naerobis Eye.
“Dermatitis terjadi bila bersentuhan secara langsung dengan serangga ini, atau secara tidak langsung, misalkan melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun pederin,” ujar Tjandra Yoga Aditama yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes.
Wabah dermatitis akibat racun pederin ini pernah menyerang beberapa negara di dunia, di antaranya adalah Australia, Malaysia, Sri Lanka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brasil, Prancis, Venezuela, dan India.
Kondisi kulit yang terkena psoriasis. Foto: Shutter Stock
Dermatitis kerap kali tidak dikenali karena riwayat kontak dengan serangga sering tidak diketahui. Kemenkes mengimbau, langkah pertama dermatitis contact irritant adalah dengan segera beri air dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga tomcat tersebut. Setelah itu, pastikan serangga itu telah lenyap dari sekitar kita untuk mencegah bertambahnya lesi di kulit.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kompreslah kulit dengan cairan antiseptik dingin seperti kalium permanganat. Bila lesi sudah timbul gelembung, bisa diberi cream antibiotik dengan kombinasi steroid ringan. Jangan digaruk atau ditaburi bedak agar tidak terjadi infeksi.
Saat kamu menemui tomcat, kamu disarankan agar tidak membunuhnya dengan cara memencet tubuhnya hingga hancur. Hal ini dimaksudkan agar racun tidak mengenai kulit.
Adapun jika kamu mengalami kontak langsung dengan tomcat, jangan menggosok tangan bagian tubuhmu yang bersentuhan dengan kumbang itu ke kulit atau matamu. Segeralah cuci tangan atau bagian tubuhmu yang bersentuhan dengan serangga itu dengan menggunakan air bersih.