PBB: 62 Juta Orang Terdampak Cuaca Ekstrem di 2018

30 Maret 2019 16:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuaca ekstrem Foto: Zabur Karuru/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca ekstrem Foto: Zabur Karuru/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Dampak perubahan iklim terus mengintai umat manusia. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melaporkan ada 62 juta orang di dunia yang terdampak cuaca ekstrem.
ADVERTISEMENT
Sementara 2 juta orang terpaksa mengungsi dari rumahnya karena dampak perubahan iklim akibat ulah manusia semakin memburuk. Dalam laporan tahunannya, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/MWO), melaporkan bahwa Bumi semakin memanas. MWO menemukan Bumi satu derajat Celcius lebih hangat dibanding awal era industri.
Menurut MWO, hal ini disebabkan oleh emisi dari penggunaan bahan bakar, seperti batu bara, bensin, serta solar untuk listrik dan transportasi. Emisi tersebut turut berkontribusi bagi pemanasan global atau perubahan iklim, yang kemudian menyebabkan badai yang lebih intens, banjir, dan kekeringan.
"Kita telah melihat adanya peningkatan jumlah bencana alam akibat perubahan iklim," ungkap Sekjen WMO, Petteri Taalas, dilansir Associated Press.
Suasana wilayah Beira di Mozambik. Foto: Reuters
Taalas menambahkan bahwa sejak 1998, sekitar 4,5 miliar orang di seluruh dunia telah mengalami dampak negatif dari cuaca ekstrem. Ia menjelaskan bahwa badai siklon Idai yang menghantam Mozambik adalah salah satu contoh nyata kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
WMO memaparkan temperatur selama empat tahun terakhir selalu memecahkan rekor suhu tinggi. Bahkan, Taalas mengatakan, pada 2018 lalu tercatat sebagai tahun La Nina terpanas yang pernah terjadi. La Nina adalah fenomena turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik. Biasanya fenomena ini bisa sedikit menurunkan temperatur global.
Pemanasan global. Foto: Pixabay
September 2018 lalu, sekertaris jendral PBB, Antonio Guterres, mengatakan kepada para pemimpin dunia agar mempersiapkan rencana mengurangi emisi.
"Saya bilang kepada para pemimpin dunia agar tidak datang dengan pidato saja, datanglah dengan suatu rencana," ujar Guterres.
Menurut Guterres, perubahan iklim serta cuaca adalah masalah keamanan dan kesehatan dunia. "Dampak perubahan iklim pada kesehatan publik semakin meningkat," kata Guterres.
"Kombinasi dari panas ekstrem dan polusi udara juga terbukti semakin berbahaya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Laporan MWO juga mengungkap bahwa kejadian banjir memberi dampak negatif kepada 35 juta orang di seluruh dunia. 9 juta orang mengalami masalah kekeringan. Kemudian lautan menjadi semakin asam dan kehilangan oksigen.
MWO juga menemukan bahwa tingkat karbon dioksida mencapai rekor tertinggi. Taalas mengungkap karbon dioksida adalah masalah besar yang akan kita hadapi. Ia menambahkan karbon dioksida bisa bertahan sampai ratusan tahun di udara.