Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Para ahli memprediksi, tahun ini Greenland akan mengalami pencairan es yang sangatekstrem, bahkan bisa memecahkan rekor pencairan tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan CNN, Kamis lalu (13/6) Greenland telah kehilangan sekitar 2 miliar ton es hanya dalam waktu satu hari. Angka ini beratnya setara dengan 340 Piramida Giza di Mesir atau 80.000 Patung Liberty di Amerika Serikat.
Musim lelehan di Kutub Utara adalah peristiwa alamiah yang sering terjadi setiap tahun. Biasanya musim ini dimulai pada bulan Juni hingga Agustus. Namun skala kehilangan es yang terjadi di tahun ini terbilang sangat luar biasa.
Pada tahun 2012, Greenland juga pernah kehilangan es dengan jumlah yang sangat besar. Pada tahun itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, hampir semua lapisan es di Greenland mengalami pencairan.
Namun di tahun 2019 ini kejadiannya akan lebih luar biasa lagi. Sebab, pencairan es di tahun ini dimulai lebih awal daripada tahun 2012, dan bahkan tiga minggu lebih awal dari biasanya. Terlebih lagi, kehilangan es “prematur” ini dapat memperburuk kehilangan es di masa mendatang dan memicu perubahan pada efek albedo.
ADVERTISEMENT
Efek albedo adalah proses saat salju putih dan es memantulkan kembali energi matahari ke luar angkasa, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi jumlah panas yang diserap dan membantu menjaga lapisan es agar tetap dingin. Berkurangnya salju dan lapisan es berarti akan memperbanyak jumlah energi matahari yang diserap, dan memicu kenaikan suhu sehingga menimbulkan lebih banyak es yang mencair.
Selain karena semakin berkurangnya efek albedo pada es Greenland, kondisi lain yang turut memicu terjadinya pencairan es adalah udara lembab dan suhu tinggi yang bergerak konsisten dari Atlantik Tengah menuju ke daerah-daerah Greenland.
Selain kondisi es di Greenland , kondisi es di Gunung Everest juga patut dikhawatirkan. Sebab, baru-baru ini para ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2100 es di Gunung Everest akan menghilang akibat perubahan iklim. Mereka menyebut kondisi ini bisa mengancam kelangsungan hidup ratusan juta orang yang hidup di Himalaya dan wilayah sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:36 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini