Peneliti Buat Alat Pendeteksi Wilayah Rentan Terdampak Asap Karhutla

12 September 2019 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran hutan dan lahan akibat musim panas yang semakin meluas dan mendekati pemukiman warga di kecamatan Dumai Barat kota Dumai, Dumai, Riau. Foto: ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran hutan dan lahan akibat musim panas yang semakin meluas dan mendekati pemukiman warga di kecamatan Dumai Barat kota Dumai, Dumai, Riau. Foto: ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kabut asap akibat dari kebakaran ini bisa mengancam nyawa manusia karena dapat menyebabkan penyakit jantung dan pernapasan, hingga menimbulkan kematian dini.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah riset, para peneliti dari dua kampus besar di Amerika Serikat mempelajari dampak karhutla dan polusi udara akibat karhutla di dua pulau besar di Indonesia itu. Hasilnya, seperti yang diterbitkan di jurnal Advancing Earth and Space Science, paparan asap akibat karhutla ini dapat menyebabkan sekitar 36.000 kematian dini per tahun, yang rata-rata terjadi Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Kondisi akan terjadi selama beberapa dekade ke depan jika tren kerusakan dan kebakaran hutan terus terjadi serta tidak ada strategi pengelolaan lahan yang komprehensif.
Selain itu, mereka juga memperkirakan bahwa level PM2,5 (partikel kecil yang berukuran di bawah 2,5 mikron) dalam asap yang berasal dari karhutla di Sumatera dan Kalimantan akan mencapai 18-20 μg/m3 pada periode Juli hingga Oktober di Singapura dan Indonesia. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari ambang batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Masjid Raya An-Nur tampak samar-samar ketika kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9). Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro
Untuk mencegah dampak buruk dari asap karhutla ini, sekelompok peneliti dari Columbia University dan Harvard University itu kemudian mengembangkan aplikasi daring baru yang memberikan informasi kepada pemangku kebijakan guna melindungi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang rentan dilewati kabut asap karhutla.
ADVERTISEMENT
Nama alat yang mereka buat adalah SMOKE Policy Tool. Seperti yang mereka tulis di The Conversation, alat ini adalah aplikasi daring yang mampu melacak keberadaan asap karhutla dan wilayah-wilayah mana saja yang rentan terdampak karhutla. Pengguna dapat mengetahui kondisi kerentanan dampak karhutla di wilayah atau area tertentu yang mereka pilih, misalnya di area konsesi kelapa sawit, area penebangan, kawasan konservasi, lahan gambut, dan/atau provinsi tertentu dalam aplikasi tersebut.
Alat ini juga dapat memperkirakan jumlah kematian dini akibat paparan kabut asap. Dalam kondisi karhutla di Sumatera dan Kalimantan yang seperti ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, para peneliti memperkirakan selama beberapa dekade mendatang bakal ada sekitar 36.000 kematian dini per tahun di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari pengembangan SMOKE Policy Tool, para peneliti juga telah bekerja sama dengan Badan Restorasi Lahan Gambut Indonesia (BRG), selaku lembaga yang diberikan mandat untuk merestorasi dua juta hektare lahan gambut yang terdegradasi di dua pulau itu. Dengan sumber daya yang terbatas, badan tersebut harus memprioritaskan restorasi lahan gambut.
Hingga kini, BRG menentukan prioritas berdasarkan jumlah titik api. Tetapi, dengan adanya SMOKE Policy Tool, BRG dapat mendefinisikan kembali area-area prioritas mereka dengan mengacu pada dampak kesehatan di wilayah Asia Tenggara.
Alat ini menunjukkan bahwa memprioritaskan kegiatan restorasi di sepanjang pantai timur Sumatera Selatan akan menghasilkan manfaat kesehatan terbesar bagi ketiga negara. Adapun prioritas sekunder adalah pantai selatan Kalimantan Barat, Tengah, dan Selatan. Hal ini dikarenakan api di lahan gambut tersebut berada pada arah angin yang berlawanan dengan posisi di mana populasi berada.
ADVERTISEMENT
Menetapkan daerah prioritas dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan adalah hal yang penting bagi pemerintah agar dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas sebaik-baiknya. Upaya di masa depan juga dapat diterapkan untuk kebakaran hutan di lokasi lain, seperti hutan Amazon.