Peneliti ITB Temukan Fosil Stegodon Raksasa di Majalengka

10 Desember 2018 20:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti ITB temukan Fosil Stegodon raksasa di Majalengka. (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti ITB temukan Fosil Stegodon raksasa di Majalengka. (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
ADVERTISEMENT
Tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menemukan fosil raksasa berupa sepasang gading Stegodon atau gajah purba di Majalengka, Jawa Barat. Fosil hewan yang diperkirakan hidup di masa Pleistosen Awal atau berusia sekitar 1,5 juta tahun lalu ini merupakan fosil terbesar yang berhasil ditemukan dan diekskavasi di Indonesia sepanjang tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Fosil gading ini memiliki panjang lurus dari ujung ke ujung 3,3 meter. Sedangkan panjang lengkungnya adalah 3,6 meter.
Kepala Laboratorium Paleontologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB Prof. Jahdi Zaim selaku pemimpin riset penemuan fosil gading Stegodon ini menjelaskan bahwa fosil ini didapatkan dengan proses yang cukup panjang dan proses pengangkatan yang juga tidak mudah. Cuaca buruk dan banjir bandang sempat menjadi halangan. Sebab, lokasi penemuan berada di dekat aliran sungai.
Akibat sempat lama tergenang banjir, fosil ini jadi rapuh sehingga perlu teknik khusus untuk mengangkat fosil yang sudah lapuk dan hancur terfragmentasi ini. Sebelum diangkat, gading ini dicetak terlebih dahulu memakai gipsum dan ditempel pakai serat-serat kain halus agar terdapat cetakan. Cetakan tersebut sangat berfungsi karena gading ini tak didapat secara utuh.
Proses pengangkatan fosil gading Stegodon di Majalengka (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pengangkatan fosil gading Stegodon di Majalengka (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
Jahdi menerangkan bahwa keberadaan gading ini sebenarnya sudah diketahui sejak lebih dari lima tahun lalu. Namun mulanya para peneliti menduga fosil ini tidaklah sebesar ini.
ADVERTISEMENT
“Awalnya fosil itu terlihat hanya kecil yang terus terang sempat kecewa karena sudah jauh-jauh datang akan tetapi temuannya terlihat rusak dan kecil. Akan tetapi setelah tekun melakukan ekskavasi ternyata gading tersebut luar biasa," ungkap Jahdi, dikutip dari laman ITB.
Jahdi menuturkan, lokasi pasti ditemukan fosil Stegodon ini masih belum bisa diungkapkan secara detail kepada publik karena masih dalam tahap penelitian. Kemungkinan, di sekitar lokasi tersebut juga masih ada fosil-fosil lain termasuk tengkorak Stegodon tersebut.
"Temuan ini sangat spektakuler untuk ITB, untuk Geologi, dan Lab kami, dan ini merupakan temuan gading di tahun 2018 terbesar di Indonesia," ujarnya.
Di sekitar lokasi juga masih ada fosil-fosil lain termasuk tengkorak Stegodon tersebut. (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Di sekitar lokasi juga masih ada fosil-fosil lain termasuk tengkorak Stegodon tersebut. (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
Stegodon jantan yang sudah tua
Dosen dari Kelompok Keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter FITB ITB Dr. Mika R. Puspaningrum menjelaskan, jika dilihat ukuran gadingnya ini, Stegodon ini berjenis kelamin jantan yang memiliki tinggi tubuh lebih dari 3 meter.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang ikut terlibat dalam riset penemuan fosil ini menambahkan bahwa gading ini termasuk gading milik Stegodon dewasa dan bahkan sudah sangat tua. Hal itu terlihat dari ujung gading yang sudah aus atau berbentuk pipih.
"Spesies ini kemungkinan (Stegodon) trigonocephalus yang ada di Jawa. Kemungkinan saat Pulau Jawa ini baru menjadi daratan. Dari makanan juga lebih banyak daun dan rumput-rumputan," ujar Mika, masih dikutip dari laman ITB.
Stegodon trigonocephalus adalah sejenis gajah purba dari suku Stegodontidae. Karena fosil gadingnya ini ditemukan di sedimen yang berupa lempung, menurut Mika, ada kemungkinan Stegodon ini mati karena terperosok.
Sepasang fosil gading Stegodon dipajang di lobi Gedung Teknik Geologi FITB ITB (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)
zoom-in-whitePerbesar
Sepasang fosil gading Stegodon dipajang di lobi Gedung Teknik Geologi FITB ITB (Foto: Dok. Tim peneliti ITB)