Penyakit Paru Misterius Akibat Vape Akhirnya Diberi Nama EVALI

17 Oktober 2019 18:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaping. Foto: REUTERS/Mike Blake/Illustration
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaping. Foto: REUTERS/Mike Blake/Illustration
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyakit terkait penggunaan vape yang menewaskan puluhan orang di Amerika Serikat, dan membuat ribuan lainnya dirawat di rumah sakit, kini memiliki nama. Penyakit itu mendapat sebutan EVALI, yang merupakan singkatan dari e-cigarette or vaping product use-associated lung injury.
ADVERTISEMENT
Nama ini pertama kali diumumkan kepada publik oleh para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) pada Jumat 11 Oktober 2019.
Berdasarkan data terakhir, sejak April 2019, setidaknya ada 1.299 kasus terkait EVALI di 46 negara bagian AS, di mana 26 di antaranya dilaporkan meninggal.
Adapun gejala EVALI biasa dimulai dengan batuk, mengi, sesak napas, nyeri dada, dan mual. Gejala itu diikuti dengan demam, kelelahan, dan penurunan berat badan. Pasien dengan penyakit ini biasanya mengalami peningkatan jumlah sel darah putih, ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh mereka sedang bekerja.
Ilustrasi vape. Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Sekitar 76 persen pasien yang terserang EVALI, diduga menggunakan vape THC (Tetrahydrocannabinol), bahan psikoaktif dalam ganja. Sementara sekitar 58 persen pasien dilaporkan menggunakan produk yang mengandung nikotin dan juga THC. Hanya 13 persen pasien yang mengaku hanya menggunakan vape nikotin tanpa THC.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine pada awal September 2019, mencatat bahwa sebagian besar orang yang terkena dampak adalah mereka yang menggunakan vape produk THC dengan kandungan vitamin E asetat yang dilabeli “Dank Vapes”.
Meski telah ada beberapa kemajuan ihwal pemahaman penyakit EVALI ini, namun hingga sekarang penyebab utama penyakit EVALI masih belum diketahui. Ironisnya, kasus penyakit terkait vape ini justru terus meningkat dan otoritas kesehatan setempat tetap kebingungan menghadapinya. Mereka juga terkesan ragu untuk menyalahkan satu bahan sebagai penyebab utama EVALI.
“Mungkin tidak ada satu penyebab, tidak ada satu faktor penyebab utama, banyak faktor yang bisa jadi penyebabnya,” ujar Mitch Zeller, direktur Center for Tobacco Products di US Food and Drug Administration (FDA) dalam jumpa persnya seperti dilansir IFL Science.
Ilustrasi Tanaman Ganja Foto: Pixabay
“Ini adalah investigasi yang sangat rumit terhadap beragam produk dan tindakan atau pelaku yang memodifikasi produk ini. Itu terutama ditemukan pada sebagian besar kasus yang melibatkan penggunaan THC, minyak dan senyawa lainnya yang pada vape.”
ADVERTISEMENT
Penyakit ini semakin mengkhawatirkan. Sebab, dalam beberapa minggu terakhir, setidaknya telah ada lima pasien yang sempat pulih dan diizinkan kembali ke rumah kembali harus dirawat di rumah sakit.
Belum jelas kenapa mereka bisa harus dirawat kembali. Tapi, otoritas kesehatan terus berusaha untuk mencari tahu dengan menindaklanjuti beberapa teori atau pemahaman yang sudah didapat, seperti temuan cedera yang melemahkan paru-paru pasien, hingga membuatnya rentan terhadap penyakit atau terpapar kembali produk yang membuat mereka mengalami gejala awal, seperti mual.
"Masalah pasien dirawat kembali di rumah sakit adalah pertimbangan yang relatif baru dalam suatu wabah," tambah Dr Ann Schuchat, wakil direktur utama CDC.
Kini, CDC merekomendasikan orang-orang di AS untuk tidak menggunakan jenis e-rokok atau produk vape, terutama yang mengandung THC atau produk yang dibeli dari pasar gelap.
ADVERTISEMENT