Perempuan 76 Tahun Raih Penghargaan Matematika Berhadiah Rp 9,9 Miliar

20 Maret 2019 7:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karen Keskulla Uhlenbeck, profesor dari University of Texas at Austin. Foto: Andrea Kane/Institute for Advanced Study
zoom-in-whitePerbesar
Karen Keskulla Uhlenbeck, profesor dari University of Texas at Austin. Foto: Andrea Kane/Institute for Advanced Study
ADVERTISEMENT
Karen Keskulla Uhlenbeck, profesor dari University of Texas at Austin, Amerika Serikat, jadi perempuan pertama yang memenangkan Abel Prize. Abel Prize adalah salah satu penghargaan bidang matematika paling bergengsi di dunia.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa (19/3) The Norwegian Academy of Science and Letters mengumumkan nama Uhlenbeck sebagai pemenang Abel Prize 2019. Banyak orang melihat penghargaan ini sebagai Hadiah Nobelnya Matematika.
Sebagai pemenang, Uhlenbeck berhak atas hadiah sejumlah uang. Dia mendapat hadiah sebesar enam juta kroner Norwegia. Jumlahnya setara dengan 704 ribu dolar AS atau sekitar Rp 9,9 miliar.
"Karya fundamental Uhlenbeck dalam analisis geometri dan teori pengukuran (Gauge Theory) telah secara dramatis mengubah lanskap matematika," papar tim juri sebagaimana dilansir Associated Press.
"Uhlenbeck juga menjadi pembela kuat bagi kesetaraan gender dalam sains dan matematika," tambah mereka.
Uhlenbeck sendiri tidak menyangka memenangkan Abel Prize. Perempuan berusia 76 tahun itu mengaku baru tahu kemenangannya melalui seorang temannya.
ADVERTISEMENT
"Saya benar-benar terkejut," ujarnya kepada Nature. "Kabar ini benar-benar datang tiba-tiba."
Karen Keskulla Uhlenbeck, profesor dari University of Texas at Austin. Foto: Andrea Kane/Institute for Advanced Study
Perempuan kelahiran Ohio, AS, itu terkenal atas kemampuannya di bidang persamaan diferensial, yang merupakan "jantung" dari banyak hukum fisika. Tapi kariernya tak terbatas pada bidang itu saja. Uhlenbeck banyak menggunakan persamaan diferensial itu untuk bidang geometri dan topologi.
Uhlenbeck adalah pemegang gelar PhD matematika University in Waltham. Ia adalah salah satu dari sedikit perempuan di fakultasnya.
Banyak akademisi yang mengakui bakatnya, tapi ada juga yang berusaha mematahkan semangatnya.
"Kami diberi tahu bahwa kami tidak bisa melakukan matematika karena kami adalah perempuan," tulis Uhlenbeck dalam sebuah esai. "Saya suka melakukan hal yang seharusnya tidak saya lakukan, rasanya seperti melakukan pemberontakan yang benar," tambahnya di esai yang terbit pada 1996 itu.
ADVERTISEMENT
Di banyak universitas, Uhlenbeck mengatakan bahwa dirinya sering diacuhkan atau dipinggirkan oleh kolega laki-lakinya. Tapi akhirnya ia menemukan tempatnya di University of Texas at Austin. Di situ ia mengabdi sampai pensiun pada 2014.
Simbol Matematika Foto: Pixabay/Pixapopz
Uhlenbeck adalah salah satu pembela kuat kaum perempuan untuk masuk ke bidang matematika. Dia adalah salah satu pendiri Women and Mathematics programme di Institute for Advanced Study in Princeton.
"Dia telah menjadi panutan dan mentor bagi banyak generasi perempuan," ujar Caroline Series, ahli matematika di University of Warwick, Inggris.
Uhlenbeck memberi pidato plano di International Congress of Mathematicians. Ia merupakan satu dari dua perempuan yang pernah melakukannya. Perempuan lainnya adalah Emmy Noether, penemu aljabar modern, yang memberi pidato pleno di acara yang sama pada 1932.
ADVERTISEMENT
Sebelum meraih Abel Prize, Uhlenbeck juga pernah mendapat beberapa penghargaan top lain di bidang ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah US National Medal of Science yang ia dapatkan pada 2000.
Uhlenbeck berharap penghargaan Abel Prize yang berhasil ia dapatkan bisa menginspirasi generasi baru kaum hawa di bidang matematika. Sebagaimana Noether menginspirasinya.