Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Riset: Bibit Skizofrenia Dapat Dideteksi Sejak dalam Kandungan
30 November 2017 8:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Sebuah hasil penelitian terbaru menunjukkan bibit skizofrenia pada seseorang dapat dideteksi sejak ia di dalam kandungan. Bibit skizofrenia itu dapat dideteksi sejak minggu ke-12 atau trimester pertama masa kehamilan.
ADVERTISEMENT
Dilansir Science Alert pekan lalu, sekelompok tim peneliti telah memelihara organoid serebral, organ miniatur menyerupai otak, menggunakan sel kulit yang diprogram ulang dari tiga orang penderita skizofrenia dan empat orang yang bukan penderita skizofrenia.
Otak mini itu kemudian diberi makan dengan nutrisi, asam, dan glukosa yang tepat. Setelah diberi makan, organ itu dapat menciptakan neuroectoderm, jaringan yang membentuk otak manusia.
Akhirnya, ventrikel otak, korteks, dan daerah yang mirip dengan batang otak pun muncul.
"Tujuannya adalah, sedikit-banyak, merekapitulasi tahapan-tahapan penting dalam pembentukan otak yang terjadi di rahim," kata Michal K. Stachowiak dari University at Buffalo yang menjadi salah satu peneliti dalam riset tersebut.
Ketika model otak kecil itu mulai terbentuk, para ilmuwan melihat kelainan pada organoids yang dikembangkan dari para penderita skizofrenia: sel-sel induk saraf yang kemudian membentuk neuron-neuron tidak terdistribusi dengan baik, dan sangat sedikit neuron dewasa yang akhirnya muncul di korteks.
ADVERTISEMENT
Hal itu sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengaitkan skizofrenia dengan kerusakan fungsi korteks, bagian otak yang menangani hal-hal penting seperti memori, perhatian, dan pemrosesan bahasa.
"Penelitian kami menunjukkan penyakit ini kemungkinan dimulai pada trimester pertama dan mengakibatkan pembelahan sel-sel lebih cepat, migrasi berlebihan dan diferensiasi dini sel neuroectodermal ke neuron-neuron," kata Stachowiak.
Pada korteks penderiza skizofrenia, neuron-neuron yang menghubungkan daerah-daerah korteks itu bergerak ke arah yang salah sehingga menyebabkan daerah-daerah korteks tersebut menjadi tidak terhubung. Ibaratnya adalah seperti kabel-kabel komputer yang terhubung dengan tidak semestinya.
Dengan bisa dideteksinya bibit-bibit skizofrenia ini sejak di dalam kandungan, diharapkan penanganan dan pencegahan terhadap penyakit skizofrenia dapat dilakukan sejak sebelum anak itu lahir.
Para peneliti menyarankan, mungkin obat-obatan atau suplemen diet dapat diberikan kepada wanita hamil yang bayi dalam kandungannya teridentifikasi memiliki risiko skizofrenia tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, mereka mengatakan saat ini masih sangatlah dini untuk mengetahui bagaimana memanfaatkan data baru hasil riset tersebut.
Ke depan, patutlah kita berharap, semoga hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal kedokteran Translational Psychiatry itu dapat menjadi gerbang pembuka untuk mengurangi jumlah skizofrenia di dunia.
Pasalnya, penyakit gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau dan perubahan perilaku itu merupakan masalah kesehatan yang signifikan di dunia.
Menurut data WHO pada 2016, ada sekitar 21 juta orang terkena skizofrenia. Di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada 2013 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang.
Dengan kata lain, hampir 2 dari 1.000 penduduk di Indonesia diketahui menderita penyakit gangguan jiwa berat.
ADVERTISEMENT