Riset Ungkap Bagaimana Debu Asteroid Picu Kehidupan Baru di Bumi

16 Oktober 2019 12:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ledakan asteroid. Foto: NASA.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ledakan asteroid. Foto: NASA.
ADVERTISEMENT
Jutaan tahun lalu, Bumi pernah diselimuti oleh debu yang berasal dari hantaman dua asteroid raksasa di luar angkasa. Kondisi itu memicu terjadinya zaman es di Bumi yang diikuti dengan peningkatan besar jumlah spesies hewan.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkap sebuah riset yang dipimpin oleh Birger Schmitz dari Lund University, Swedia. Hasil detail riset tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science Advances pada Oktober 2019. Riset ini memberikan pandangan baru atas bagaimana kejadian di luar angkasa mempengaruhi evolusi Bumi.
"Kita mengetahui kejadian hantaman asteroid 67 juta tahun lalu yang membunuh dinosaurus. Kejadian ini jauh berbeda dengan hal itu," kata Schmitz, dilansir The Guardian.
"Hantaman yang kami pelajari terjadi sekitar 470 juta tahun lalu. Kala itu, ada sebuah asteroid 3.000 kali lebih besar daripada asteroid yang membunuh para dinosaurus yang bertabrakan dengan asteroid lain di dekat Mars. Tabrakan itu membuat tata surya kita dipenuhi oleh debu dan menyebabkan meredupnya cahaya Matahari yang sampai ke permukaan Bumi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Menurunnya cahaya Matahari yang sampai ke permukaan Bumi turut membuat menurunnya radiasi dan mendinginkan Bumi. Akibatnya terjadi sebuah zaman es di mana air membeku, balok es menyebar, dan keberadaan lautan jadi menurun.
Menurunnya keberadaan lautan menciptakan sebuah lingkungan yang terisolasi yang ideal bagi pertumbuhan spesies baru. Di samping itu, air dingin memiliki kandungan oksigen yang lebih banyak.
Sebelum riset ini, para peneliti sebenarnya telah mengetahui bahwa telah ada zaman es yang terjadi kala itu. Hal itu disebut sebagai kejadian meluasnya keanekaragaman makhluk era Ordovisium atau biasa disingkat Gobe (Great Ordovician biodiversification event).
Ilustrasi zaman es. Foto: euphro via Wikimedia Commons
Para peneliti telah lama berdebat mengenai penyebab Gobe. Riset Schmitz bisa memberi petunjuk atas hal itu. Dalam risetnya, Schmitz mempelajari partikel debu yang tersimpan di sedimen dasar lautan dari era Ordovisium.
ADVERTISEMENT
"Sedimen dari era itu kaya atas isotop helium-3, ini hanya bisa mereka dapatkan saat debu melewati luar angkasa. Ini adalah petunjuk yang sangat krusial," kata Schmitz.
Rebecca Freeman, peneliti dari University of Kentucky yang tidak terlibat dalam riset ini, mendukung apa yang riset ini paparkan. Menurutnya, meski riset ini tidak menjawab semua pertanyaan mengenai Gobe, tapi ada penjelasan atas sejumlah pengamatan yang telah dilakukan.
Uniknya, riset Schmitz mengenai debu asteroid ini seakan memperkuat sebuah rencana unik dan kontroversial dalam mengatasi perubahan iklim akibat pemanasan global. Cara itu adalah untuk menyebarkan debu yang akan menyelimuti Bumi dan mencegah sinar Matahari membuat Bumi terlalu panas.
Ide itu dianggap kontroversial karena ada banyak efek samping berbahaya yang bisa disebabkan.
ADVERTISEMENT