Riset Ungkap Kenapa Orang Tunanetra Punya Pendengaran Lebih Tajam

25 April 2019 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah tunanetra dari Himpunan Disabilitas Netra Indonesia saat tiba di kantor Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, Senin (4/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah tunanetra dari Himpunan Disabilitas Netra Indonesia saat tiba di kantor Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, Senin (4/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia memiliki tingkat pendengaran yang berbeda dengan berbagai macam hewan. Tak cuma dengan hewan, masing-masing manusia juga punya tingkat pendengaran yang berbeda satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Hal yang selama ini diyakini, orang-orang tunanetra memiliki tingkat pendengaran lebih tajam ketimbang orang-orang yang bisa melihat. Sejumlah hasil penelitian telah menunjukkan, orang yang buta sejak lahir bisa mengalami peningkatan kekuatan pendengaran lebih besar dibandingkan dengan orang yang bisa melihat.
Jadi, anggapan bahwa orang tunanetra memiliki pendengaran yang superior bukanlah asumsi belaka. Akan tetapi, belum pernah diketahui kenapa orang tunanetra bisa memiliki pendengaran yang lebih tajam, sebelum adanya hasil riset terbaru yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience pada 22 April ini.
"Ada pendapat bahwa orang-orang buta bagus dalam pendengaran, karena mereka harus membuat jalan mereka di dunia tanpa informasi visual," kata ilmuwan saraf Ione Fine dari University of Washington yang menggarap riset ini, sebagaimana dilansir Science Alert. "Kami ingin mengeksplorasi bagaimana hal ini terjadi di dalam otak (mereka).”
Catur tunanetra Foto: Antara Foto/Agus Bebeng
Dalam riset ini Fine dan timnya melakukan pemindaian fMRI terhadap otak orang-orang tunanetra dan orang-orang yang bisa melihat untuk mengetahui perbedaan aktivitas di korteks auditori mereka. Korteks auditori sendiri adalah bagian otak yang memproses informasi pendengaran.
ADVERTISEMENT
Dari sembilan peserta tunanetra dalam riset, empat orang tak bisa melihat karena mengalami kebutaan onset dini dan lima peserta lainnya mengalami kondisi anophthalmia atau menjadi tunanetra karena cacat bawaan lahir.
Dalam percobaan, para peserta tunanetra maupun yang bisa melihat diperdengarkan dengan sejumlah nada murni yang beresonansi pada frekuensi-frekuensi yang berbeda. Saat mendengarkan nada-nada itu, perangkat fMRI merekam aktivitas di otak mereka.
Saat para peneliti menganalisis hasil rekaman otak ini, mereka menemukan bahwa orang-orang tunanetra cenderung memproses nada dalam bandwidth yang lebih sempit dan lebih akurat daripada orang-orang yang bisa melihat. Hal ini menunjukkan bahwa korteks auditori mereka tersetel lebih sempurna dalam menangkap frekuensi-frekuensi nada tersebut.
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
"Riset kami menunjukkan bahwa otak orang-orang yang buta lebih mampu merepresentasikan frekuensi," kata Kelly Chang, peneliti lainnya dalam riset ini.
ADVERTISEMENT
"Untuk orang yang memiliki penglihatan, memiliki representasi suara yang akurat tidak begitu penting karena mereka memiliki penglihatan untuk membantu mereka mengenali objek, sementara individu yang buta hanya memiliki informasi pendengaran. Ini memberi kita gambaran tentang perubahan apa di otak yang menjelaskan mengapa orang buta lebih baik dalam memilih dan mengidentifikasi suara di lingkungan," paparnya.
Hasil riset terhadap kondisi otak ini menunjukkan bukti pertama adanya perubahan sistematis terkait penyetelan saraf dalam korteks auditori manusia sebagai akibat dari kebutaan.
Empat pelajar tunanetra SLB Negeri 1 Denpasar mengikuti Ujian Nasional Berbasis Kertas (UNBK), Senin (22/4). Foto: Denita Matondang/kumparan
Bagaimana korteks pendengaran mengembangkan bentuk neuroplastisitas ini masih belum diketahui. Namun dalam makalah hasil riset mereka, tim berspekulasi itu bisa karena "adaptasi perkembangan terhadap kebutaan dini, efek berkelanjutan dari kekurangan visual, dan/atau tuntutan pendengaran diferensial akibat menjadi buta."
ADVERTISEMENT
Para peneliti menyatakan perlu adanya riset lebih lanjut untuk mencari tahu bagaimana adaptasi pada kondisi tanpa informasi visual membuat bagian otak orang-orang tunanetra berubah. Serta bagaimana perubahan itu membuat mereka bisa memiliki pendengaran lebih tajam daripada orang-orang biasa.