Rumah Adalah Tempat Paling Berbahaya bagi Perempuan

29 November 2018 10:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Badan PBB untuk pencegahan obat-obatan terlarang dan tindak kriminal, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), mengatakan bahwa tempat paling berbahaya bagi perempuan adalah di rumah.
ADVERTISEMENT
Hasil riset terbarunya menunjukkan, dari 87.000 kasus pembunuhan yang memakan korban perempuan pada 2017 lalu, sekitar 50.000 atau 58 persen di antaranya dilakukan oleh orang terdekat, seperti pasangan atau keluarganya sendiri.
Pada pembunuhan dengan korban perempuan, 34 persen pelaku biasanya adalah pasangan, 24 persen oleh anggota keluarga, dan 42 persen dilakukan oleh orang lain.
Dalam studi bertajuk ‘Global Study on Homicide – Gender-Related Killing of Women and Girls', UNODC memperlihatkan bahwa secara global memang pembunuhan pada pria jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan pada perempuan, yaitu 80 persen pada pria dan 20 persen pada wanita. Namun, pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekat justru lebih banyak memakan korban perempuan.
Pembunuhan yang dilakukan oleh pasangan atau keluarga sendiri 64 persen korbannya adalah perempuan, sementara dalam kasus yang sama dengan korban pria hanya 36 persen.
ADVERTISEMENT
UNODC juga mengatakan pembunuhan terhadap perempuan oleh orang yang dikenal biasanya ada hubungan dengan peran mereka sebagai perempuan, misalnya karena kekerasan yang dilakukan oleh pasangan. Penelitian lain menunjukkan, pria yang dibesarkan dengan pandangan kaku mengenai peran gender dan maskulinitas cenderung akan mencoba menguasai pasangan perempuannya dengan kekerasan.
Ilustrasi kekerasan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan (Foto: Pixabay)
Selain kekerasan oleh pasangan, perempuan di beberapa negara di Asia masih menjadi korban honor killing atau pembunuhan atas dasar melindungi kehormatan keluarga atau pasangan. Di Asia Selatan, perempuan bisa menjadi korban pembunuhan atau didorong untuk melakukan bunuh diri karena masalah mahar.
Peristiwa ini biasanya terjadi di negara yang mengharuskan pihak perempuan memberikan mahar pada calon pengantin pria atau keluarganya agar dapat menikah. Kekerasan atau pelecehan dilakukan pada perempuan demi meningkatkan mahar yang harus mereka bayar.
ADVERTISEMENT
Pembunuhan pada perempuan karena gender atau disebut dengan istilah femicide, juga dapat terjadi karena perempuan lebih rentan menjadi korban perdagangan manusia atau eksploitasi seksual, pembunuhan karena orientasi seksualnya, tuduhan melakukan ilmu sihir, dan karena profesinya sebagai PSK.
"Meskipun sebagian besar korban pembunuhan adalah pria, perempuan tetap menjadi korban pembunuhan akibat dari ketidaksetaraan gender, diskriminasi, dan stereotip negatif. Mereka juga yang paling mungkin dibunuh oleh pasangan dan keluarga," kata Direktur Eksekutif UNODC. Yury Fedotov dalam pernyataan resminya.