Seberapa Bahaya Gas Air Mata yang Digunakan untuk Bubarkan Demonstran?

25 September 2019 20:47 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Reaksi para demonstran di Hong Kong saat ditembak gas air mata. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Reaksi para demonstran di Hong Kong saat ditembak gas air mata. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Tembakan gas air mata selalu lekat dengan aksi unjuk rasa. Zat kimia itu hampir selalu menjadi senjata ampuh untuk memukul mundur massa yang dianggap mulai merusuh dan melanggar ketertiban.
ADVERTISEMENT
Saat demonstrasi pecah di Kairo, Mesir, pada 2011 lalu, para pengunjuk rasa yang turun ke jalan menentang kekuasaan Presiden Hosni Mubarak selama tiga dekade diserang dengan tembakan gas air mata oleh petugas kepolisian.
Peristiwa ini berbuntut panjang setelah para dokter dan aktivis mengklaim bahwa jenis gas air mata yang digunakan oleh polisi tergolong baru sehingga menimbulkan reaksi ekstrem pada para demonstran.
BBC melaporkan, kala itu ada seorang sukarelawan medis yang mengaku menyaksikan begitu banyak pengunjuk rasa yang menjadi korban gas air mata yang ditembakkan petugas ke arah para demonstran. Menurut sukarelawan itu, banyak pengunjuk rasa yang kemudian mengalami gangguan pada sistem saraf mereka. Ada pula yang sampai mengalami batuk darah hingga tak sadarkan diri setelah terpapar gas air mata.
Salah satu anggota polisi menembakkan gas air mata di depan Gedung DPR, Selasa (24/9/2019). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Seberapa bahaya gas air mata?
ADVERTISEMENT
O-chlorobenzylidene malononitrile (CS) merupakan senyawa kimia yang dapat ditemukan dalam sebagian besar tabung gas air mata. Selain itu, ada senyawa CN yang disebut lebih kuat. Selanjutnya ada CR yang dikenal sebagai versi senyawa kimia terbaik pada gas air mata karena memiliki kemampuan enam kali lebih kuat dibandingkan CS. Di Amerika Serikat, CR dilarang untuk digunakan karena dapat menyebabkan kanker.
Dalam kasus demonstrasi di Kairo, salah seorang wartawan BBC, Jon Leyne, berani memastikan bahwa tak ada bukti yang menunjukkan bahwa petugas telah menyerang para demonstran dengan tembakan gas air mata yang mengandung senyawa kimia berbahaya. Tembakan gas air mata yang digunakan hanya mengandung senyawa CS.
Namun begitu para ahli telah sepakat bahwa pada umumnya gas air mata dapat menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kesehatan, seperti mata menjadi terasa panas dan berair, kesulitan bernapas, nyeri dada, air liur berlebihan hingga iritasi kulit dan muntah-muntah.
ADVERTISEMENT
Gejala-gejala itu mulai terasa setelah seseorang terpapar gas air mata selama 20 hingga 30 detik dan akan mereda setelah 10 menit kemudian. Itupun jika mereka buru-buru menghirup udara segar, demikian menurut Neil Gibson, seorang analis IHS Janes’s, perusahaan publikasi mengenai intelijen dan keamanan.
Aparat Kepolisian menembakkan gas air mata untuk menghalau mahasiswa yang memaksa masuk ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Solo. Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Menurut Gibson, berbagai jenis gas air mata memiliki senyawa dengan efek dan tingkat toksikologis yang berbeda-beda. “Efeknya sebagian besar berbeda dalam dosis tinggi, tetapi dalam konsentrasi yang lebih rendah, efeknya bisa sama saja,” terang Gibson.
Alastair Hay, profesor bidang toksikologi dari Leeds University mengungkapkan bahwa gas air mata versi CS merupakan yang paling umum digunakan oleh pihak berwenang. Mereka memanfaatkannya sebagai pengganti amunisi.
Gas air mata memang jarang mengakibatkan kematian. Namun menurut Alastair, bukan tidak mungkin efek bahayanya bisa menghilangkan nyawa seseorang. Kemungkinan tersebut bisa terjadi karena sejumlah faktor, misalnya ketika para demonstran yang sudah terpapar gas air mata mengalami kesulitan bernapas di tengah-tengah kerumunan.
Mahasiswa menyelamatkan diri dari gas air mata saat betrok unjuk rasa di depan gedung DPRD Provinsi Bengkulu, Selasa (24/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/David Muharmansyah
Alastair menambahkan, penggunaan gas air mata di ruang terbuka yang sempit bisa menyebabkan persoalan yang lebih serius. Terlebih jika orang-orang itu terpapar gas air mata dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Parahnya lagi, gas air mata lebih rentan menimbulkan efek yang lebih berbahaya ketika orang yang sudah terpapar melakukan aktivitas fisik yang berat seperti berlari. Padahal, para demonstran biasanya akan berlarian ketika diserang tembakan gas air mata. Paparan gas air mata yang dibarengi aktivitas fisik yang berat bisa menyebabkan seseorang mengalami batuk darah.