Seberapa Mematikan Bisa Ular Welang yang Gigit Satpam di Tangsel?

23 Agustus 2019 19:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ular Welang. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ular Welang. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nyawa Iskandar tak berhasil diselamatkan. Pria yang bekerja sebagai satpam Cluster Michelia, Gading Serpong, Tangerang Selatan, itu meninggal dunia pada Rabu (21/8) lalu akibat digigit seekor ular sehari sebelumnya, Selasa (20/8). Padahal, Iskandar sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dan diberikan serum antibisa.
ADVERTISEMENT
Sebelum dilarikan ke rumah sakit, Iskandar sudah berusaha menghisap keluar bisa dari telunjuk kirinya yang tergigit ular. Namun upaya tersebut sia-sia, tubuhnya malah kian lemah sehingga membuatnya terjatuh. Iskandar juga mengalami sesak napas sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Ular yang menewaskan Iskandar itu kabarnya berjenis welang atau Bungarus fasciatus. Ular jenis ini banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Menurut Caca Riza Marlon, fotografer alam liar yang pernah menerbitkan buku tentang jenis-jenis ular di Indonesia, bisa dari welang itu tergolong mematikan. “Ular welang dan weling adalah jenis ular berbisa tinggi. Memiliki jenis bisa neurotoksin kuat,” papar Riza saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (23/8).
Ilustrasi Ular Welang. Foto: Shutter Stock
Ular welang, menurut penjelasan Riza, termasuk golongan ular dari keluarga Elapidae di mana ular kobra juga termasuk di dalamnya. Ular welang yang biasanya dijumpai di air ini biasa aktif pada malam hari. Dalam situasi tidak terancam, kata Riza, ular welang tidak akan menyerang atau menggigit.
ADVERTISEMENT
Secara terpisah, Tri Maharani, dokter spesialis pengobatan emergensi yang biasa menangani pasien dengan kasus gigitan hewan berbisa terutama ular, menjelaskan bagaimana bisa neurotoksin dari ular welang yang masuk ke tubuh bisa mengancam nyawa manusia.
“Ketika venom masuk ke tubuh manusia, ia tidak lewat pembuluh darah melainkan kelenjar getah bening. Venom melakukan blokade untuk asetilkolin yang keluar dari bokol saraf. Padahal, asetilkolin seharusnya membuat otot-otot kita kontraksi. Tapi karena tidak keluar, maka otot-ototnya menjadi lumpuh. Kalau itu terjadi di otot pernapasan, maka bisa mengalami kegagalan napas, kegagalan jantung, hingga meninggal dunia,” papar Tri yang saat ini juga sedang menjabat sebagai Presiden Toxinology Society of Indonesia, saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (23/8).
ADVERTISEMENT
Tri sendiri sebenarnya cukup menyayangkan gigitan ular welang dalam kasus yang menimpa Iskandar sampai harus membuat nyawa satpam malang itu melayang. Berkaca dari kasus Iskandar, Kepala Departemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daha Husada, Kediri, Jawa Timur, itu menganalisis ada beberapa penyebab nyawa seseorang yang terkena gigitan ular welang bisa sampai tak tertolong.
Pertama, kata Tri, seseorang tersebut tidak tahu spesies ular yang tengah ia hadapi berbisa atau tidak. Ketidaktahuan ini kerap membuat seseorang berlaku sembrono, misalnya melakukan kontak dengan ular tanpa pelindung apa pun.
Selanjutnya, ketika seseorang tersebut terkena gigitan ular, ia mendapatkan first aid atau penanganan pertama yang keliru. Beberapa orang kemudian memilih untuk tidak langsung ke tempat pelayanan kesehatan demi mendapatkan pertolongan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Terakhir, seseorang tersebut sudah mendapat pertolongan medis tetapi tidak dari tenaga medis yang ahli atau benar-benar paham cara penanganan gigitan ular yang paling tepat.