Seorang Pria ODHA Terbebas dari HIV Setelah Jalani Transplantasi Sel

6 Maret 2019 10:30 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
HIV AIDS (Ilustrasi) Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
HIV AIDS (Ilustrasi) Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Seorang pria di London, Inggris, menjadi pasien kedua yang diketahui bisa terbebas dari HIV, virus penyebab AIDS. Pria itu telah positif bebas dari HIV setelah menerima transplantasi sel-sel punca sumsum tulang dari donor yang kebal virus, begitulah kata tim dokter yang menanganinya.
ADVERTISEMENT
Dalam 3 tahun terakhir pria ini telah menerima sel-sel punca sumsum tulang dari donor dengan mutasi genetik langka yang tahan infeksi HIV. Selain itu, ia juga telah berhenti mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) selama lebih dari 18 bulan.
ARV adalah obat yang biasanya harus dikonsumsi tiap hari secara rutin oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk menekan perkembangan HIV dalam tubuhnya.
ilustrasi obat antivirus HIV. Foto: Thinkstock
Setelah 18 bulan berhenti minum obat ARV dan tiga tahun menerima transplantasi sel-sel punca tersebut, hasil tes sangat sensitif yang ia jalani menunjukkan tidak ada lagi jejak infeksi HIV pada tubuh pria tersebut.
“Tidak ada virus di sana yang bisa kita ukur. Kami tidak dapat mendeteksi apa pun,” kata Ravindra Gupta, profesor dan ahli biologi HIV yang memimpin perawatan pria itu, seperti dilansir Reuters.
ADVERTISEMENT
Gupta menuturkan, pasiennya telah "sembuh secara fungsional", tetapi ia juga memperingati bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan pria itu sudah sembuh total dari infeksi virus penyebab AIDS itu.
Sebelum pria London ini, pria ODHA dari Amerika Serikat bernama Timothy Brown juga pernah menjalani pengobatan semacam ini di Jerman pada 2007. Dan hasilnya, Brown dinyatakan telah terbebas dari HIV dan menjadikannya sebagai pasien pertama yang bisa terbebas dari HIV.
Ilustrasi operasi medis. Foto: Vidal Balielo Jr. via Pexels
Masa kritis yang dilewati
Menurut Gupta, pria London yang ditanganinya itu tertular HIV pada tahun 2003. Lalu pada tahun 2012, ia didiagnosis menderita kanker darah yang disebut limfoma Hodgkin. Kemudian, pada tahun 2016, para dokter memutuskan untuk mencarikan donor yang tepat untuknya.
ADVERTISEMENT
"Ini benar-benar kesempatan terakhirnya untuk bertahan hidup," kata Gupta.
Untuk menjalani prosedur pengobatan semacam ini, pasien harus menemukan donor yang memiliki mutasi CCR5, yang kebanyakan dimiliki oleh keturunan Eropa Utara. Para spesialis masih meragukan pengobatan ini karena prosedurnya rumit, mahal, dan berisiko tinggi.
Terkait prosedur pengobatan ini, para ahli belum bisa memastikan apakah resistansi CCR5 adalah satu-satunya kunci dalam pemusnahan HIV di tubuh pasien. Atau apakah penyakit graft-versus-host sebagai efek samping yang sama-sama dialami oleh kedua pasien setelah menjalani transplantasi menjadi indikator utamanya.
Ilustrasi virus Foto: Pixabay
Penyakit graft-versus-host adalah kondisi ketika sel-sel kekebalan donor menyerang sel-sel kekebalan penerima. Efek dari penyakit ini memainkan peranan penting dalam pembersihan sel-sel yang terinfeksi HIV di tubuh kedua pasien.
ADVERTISEMENT
Gupta mengatakan, timnya berencana menggunakan temuan ini untuk mengeksplorasi potensi strategi pengobatan HIV. Pasalnya, wabah HIV/AIDS telah menewaskan sekitar 35 juta orang di seluruh dunia sejak tahun 1980-an.
Hasil pengobatan pada pria London ini tentunya menjadi kabar baik bagi para ilmuwan. Sebab, sudah bertahun-tahun para ilmuwan di seluruh dunia telah berusaha mengembangkan obat maupun terapi pengobatan untuk bisa mencegah maupun menghilangkan infeksi HIV, virus penyebab AIDS yang sangat mematikan itu.