Seperti Narkoba, Berhenti Makan Junk Food Sama Sulitnya

29 September 2018 14:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Junk Food (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Junk Food (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Berhenti makan junk Food ternyata bukanlah hal mudah bagi penggemar beratnya. Bahkan, reaksi tubuh yang timbul saat mencoba berhenti konsumsi makanan cepat saji akan sama seperti pecandu narkoba yang berusaha lepas dari obat-obatan terlarang.
ADVERTISEMENT
Hal ini dibuktikan oleh riset baru yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari University of Michigan. Studi ini menunjukkan, orang yang mencoba berhenti makan junk food sepenuhnya akan mengalami gejala seperti sakit kepala, mudah tersinggung, kecemasan, dan bahkan depresi.
Gejala tersebut juga akan muncul saat seseorang berhenti mengonsumsi zat-zat adiktif seperti tembakau, narkoba, dan alkohol, menurut laporan Medical Daily.
Sekelompok peneliti UM melakukan riset terhadap 231 orang dewasa. Peserta penelitian diminta untuk melaporkan efek setelah berhenti mengonsumsi makanan seperti kue pastry, pizza, dan kentang goreng.
Penulis studi, Erica Schulte dan timnya, membuat sebuah alat agar peserta dapat melaporkan perkembangan mereka. Dengan data yang terkumpul dari alat tersebut, peneliti dapat mengukur gejala fisik dan psikologis yang terjadi saat berhenti makan junk food.
Ilustrasi anak makan junk food. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak makan junk food. (Foto: Thinkstock)
Hasil riset menunjukkan, ternyata gejala yang muncul saat berhenti mengonsumsi makanan cepat saji sangat mirip dengan tanda-tanda pecandu berhenti memakai zat adiktif. Gejala tersebut meliputi rasa sedih, mudah tersinggung, kelelahan, dan keinginan untuk mengonsumsi junk food.
ADVERTISEMENT
Simtom tersebut memuncak selama dua hingga lima hari pertama pasca seseorang berhenti mengonsumsi junk food hingga akhirnya mereda.
Penelitian Lebih Lanjut Masih Dibutuhkan
Tim peneliti tidak mengamati secara pasti bagaimana setiap peserta berhenti makan junk food, dan ini menjadi kelemahan risetnya. Ini berarti mereka tidak dapat mencari perbedaan potensial antara mereka yang langsung berhenti makan kalkun dingin dan mereka yang mengurangi asupan makanan cepat saji secara bertahap.
Ilmuwan UM telah merencanakan penelitian lebih lanjut untuk memperhitungkan hal itu, dengan menganalisis perilaku peserta secara langsung. Studi tipe ini pertama dilakukan untuk mengevaluasi gejala penarikan makanan junk food pada peserta manusia.
Ilustrasi McDonalds (Foto: Instagram @mcdonalds)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi McDonalds (Foto: Instagram @mcdonalds)
Sebelumnya ilmuwan dari Universoty of Montreal pernah melakukan riset serupa, dengan tikus menjadi subjek penelitian. Studi ini menemukan bahwa tikus yang dipaksa untuk berhenti konsumsi makanan tinggi lemak akan mengalami gejala kecemasan dan depresi.
ADVERTISEMENT
Studi dari UM merupakan bukti bahwa berhenti makan junk food bukanlah perkara mudah. Gejala-gejala yang ditimbulkan membuat mereka yang ingin berhenti akan semakin sulit terlaksana, dan akhirnya mendorong mereka kembali mengonsumsinya.