Angka Bunuh Diri di Indonesia dan Cara Mencegahnya

19 Maret 2017 9:07 WIB
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi gantung diri. (Foto: Pixabay/Bykst)
Seorang pria di Jagakarsa, Jakarta Selatan, bunuh diri pada Jumat (17/3) pagi. Peristiwa itu merupakan kejadian bunuh diri live streaming pertama di Indonesia itu, sesuatu yang sama sekali tak patut dibanggakan apalagi ditiru.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan rata-rata statistik, dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian. Angka riil di lapangan bisa jadi lebih tinggi..
World Health Organization (WHO), badan di bawah PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional, memiliki data tersendiri. Berdasarkan data perkiraan WHO, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012 adalah 10.000. Tren angka tersebut meningkat dibanding jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2010 yang hanya setengahnya, yakni sebesar 5.000.
Secara global, WHO menyatakan ada 800.000 orang lebih di wilayah seluruh dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya, dan ada lebih banyak orang lainnya yang melakukan percobaan bunuh diri. Ada indikasi, sebenarnya ada lebih dari 20 orang lain yang mencoba untuk bunuh diri untuk setiap orang dewasa yang telah meninggal akibat bunuh diri.
ADVERTISEMENT
WHO menambahkan, sebanyak 75% kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara yang berpendapatan ekonomi rendah dan menengah. Namun di negara maju seperti Amerika Serikat pun kasus bunuh diri marak dijumpai.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyebut setiap tahunnya 10.000 orang Amerika Serikat meninggal akibat bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar ketiga bagi anak-anak muda yang berusia antara 10 hingga 24 tahun di sana. Kurang lebih ada serkitar 4.600 anak muda yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya.
Ilustrasi bunuh diri (Foto: Pixabay)
Mengapa orang bunuh diri?
Dr. John Campo, ketua bidang psikiatri dan perilaku kesehatan di The Ohio State University Wexner Medical Center, mengatakan: ”Untuk alasan-alasan yang tak sepenuhnya kita pahami, beberapa orang mencapai keputusasaan dan rasa sakit yang dalam sehingga mereka mulai mempercayai bahwa mereka lebih baik mati saja.”
ADVERTISEMENT
Keyakinan atau waham atau pemikiran lebih baik mati saja itulah yang memicu orang-orang melakukan upaya bunuh diri. Faktor penyebab utama bunuh diri di mancanegara antara lain adalah akibat depresi, pelecehan, kekerasan, dan kondisi latar belakang sosial.
Ronny T. Wirasto, psikiater lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, dalam makalahnya yang berjudul Suicide Prevention in Indonesia: Providing Public Advocacy menyebut peristiwa bunuh diri di Indonesia banyak terkait dengan gangguan kesehatan mental, permasalahan keluarga, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, sikap tak menghormati agama, serta hubungan sosial yang buruk.
Khusus di Jakarta, Ronny mengatakan ada sebanyak 100.000 orang yang pernah mencoba untuk bunuh diri pada tahun 2006. Jika dirata-ratakan, setiap harinya ada sekitar 274 orang di ibu kota yang mencoba untuk bunuh diri pada tahun itu. Kebanyakan, kata Ronny, disebabkan masalah sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Menurut Yayasan Amerika untuk Pencegahan Bunuh Diri, antara 50 hingga 75 persen orang yang mencoba bunuh diri membicarakan pikiran, perasaan dan rencana bunuh dirinya terlebih dahulu sebelum melakukan aksi nekat tersebut.
Menurut Dr. John Campo sebagaimana dilansir Live Science, banyak orang yang ingin bunuh diri sebenarnya berjuang secara intensif dengan ambivalensi pemikirannya dan itu penting bagi kita untuk membimbing dan menolong mereka.
Pria di Jagakarsa yang tewas bunuh diri secara live di Facebok pun sempat membicarakan kebimbangannya sebelum melakukan aksi gantung diri di rumahnya. “Sekarang gua enggak tahu apa, gua bimbang. Ya kita lihat saja, gua berani apa enggak. Kalaupun gua berani melakukan hal yang sebenarnya gua enggak berani, kita lihat saja,” ujarnya sebelum bunuh diri.
ADVERTISEMENT
"Mereka ingin hidup, mereka ingin mati," kata Campo. "Orang-orang itu dalam kebingungan. Mereka dalam kesakitan.”
Mereka yang ingin bunuh diri berpikir masalah dan kesakitan mereka akan hilang dengan melakukan aksi nekat tersebut.
Ilustrasi gantung diri. (Foto: Pixabay)
Bagaimana mencegah bunuh diri?
Akses ke sarana mematikan selama masa krisis seseorang hendak bunuh diri merupakan faktor penyebab utama bunuh diri. Oleh sebab itu, janganlah meninggalkan orang yang ingin bunuh diri sendirian dengan obat-obatan berbahaya, benda tajam, senjata api, tali tambang dan semacamnya.
Yayasan Amerika untuk Pencegahan Bunuh Diri menganjurkan agar semua orang segera mengajak orang-orang di sekitar mereka yang menunjukkan gelagat ingin bunuh diri, bicara secara terbuka.
Banyak orang berpikir bunuh diri adalah hal tabu dan tak perlu diperbincangkan. Namun sesungguhnya orang-orang yang ingin bunuh diri itu justru perlu teman bicara yang bisa menolong dan menghindarkan mereka dari aksi nekat tersebut.
ADVERTISEMENT
Tentu tak semua orang mengerti tentang psikologi, psikiatri ataupun ilmu kesehatan mental. Namun begitu, setiap orang perlu untuk tetap bicara dengan orang-orang di sekitar mereka yang ingin bunuh diri.
"Tujuan Anda berbicara dengan mereka bukanlah agar mereka keluar dari rencana bunuh diri itu," kata Campo. "Tujuan Anda adalah membantu melibatkan mereka dan membuat mereka terlibat dengan sejumlah bantuan agar mereka bisa mendapatkan pengobatan yang mereka butuhkan."
Untuk mencegah terjadinya bunuh diri, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah membuka saluran telepon pelayanan konseling khusus terkait berbagai masalah kejiwaan selama 24 jam.
Siapapun yang merasa ingin bunuh diri diharapkan dapat menceritakan keluhannya terlebih dulu ke hotline bernomor kontak 021-500-454 tersebut.
ADVERTISEMENT