Kita Perlu Bicara soal Ruben Loftus-Cheek

13 November 2017 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Loftus-Cheek dibayangi Emre Can. (Foto: Reuters/Hannah McKay)
zoom-in-whitePerbesar
Loftus-Cheek dibayangi Emre Can. (Foto: Reuters/Hannah McKay)
ADVERTISEMENT
"Ketika Anda melihat ukuran fisiknya, Anda akan berasumsi bahwa dia adalah pemain dengan tipe tertentu. Lalu kemudian saya melihat Anda semua melihat aksinya saat melawan Jerman. (Dia) adalah pemain dengan teknik yang sangat bagus," kata Gareth Southgate usai uji tanding antara Inggris dan Jerman yang berakhir imbang tanpa gol, Sabtu (11/11/2017) lalu.
ADVERTISEMENT
Sosok yang dibicarakan Southgate itu, tak lain dan tak bukan, adalah sosok debutan yang meraih penghargaan pemain terbaik pada laga itu: Ruben Loftus-Cheek.
Southgate benar. Mudah sekali untuk berasumsi bahwa Loftus-Cheek adalah sosok yang "seperti itu". Dengan tubuh tinggi besarnya, sulit untuk membayangkan teknik yang sempurna dari sang pemain.
Tetapi nyatanya, Loftus-Cheek membuat mata orang terbelalak. Pembawaannya begitu tenang dan dia pun mampu menjadi tumpuan lini tengah Inggris, setidaknya pada pertandingan tersebut.
"Kemampuan terbaiknya adalah ketika dia menerima bola di belakang lini tengah lawan, menggiring bola menuju gawang lawan, dan mengirimkan umpan kepada rekan-rekannya. Dia mampu menguasai bola di bawah tekanan dan itu adalah kemampuan yang sangat berharga," lanjut Southgate.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan itu, Loftus-Cheek memang begitu dominan. Menurut catatan WhoScored, dia mampu membuat 67 sentuhan. Selain itu, dia pun mampu mencatatkan akurasi umpan 96,2% di mana 33 umpan di antaranya dia lepaskan di area permainan lawan. Dari sana, ada dua yang berhasil menjadi umpan kunci. Plus, dirinya pun sanggup membukukan empat dribel berhasil. Di laga itu, Loftus-Cheek mengenakan kostum nomor 10 dan rasanya, dia memang sudah cocok diberi beban seberat itu.
Pertanyaannya kini, mengapa baru sekarang nama Loftus-Cheek mengemuka?
Well, untuk pertanyaan satu ini, jawabannya mudah saja, yakni karena Chelsea, klub pemiliknya, selama ini memang tak pernah memberi banyak kepercayaan untuknya. Sejak merangsek ke tim utama The Blues pada 2014, pemain bertinggi 191 cm ini hanya bermain di 22 pertandingan.
ADVERTISEMENT
Melihat tak banyak kesempatan di Chelsea, Loftus-Cheek pun memilih untuk hengkang ke Crystal Palace untuk sementara. Bersama The Eagles, dirinya dipercaya tampil tujuh kali di Premier League dan telah mengemas satu assist.
Catatan statistiknya bersama tim asuhan Roy Hodgson itu pun kurang lebih mirip dengan catatan statistiknya saat bersua Jerman. Kemampuan mengumpan (akurasi rata-rata 83,8% dan 1,4 umpan kunci per laga) serta dribel (3,1 per pertandingan) menjadi senjata utama pemuda 21 tahun ini. Tak cuma itu, kemampuan bertahannya pun cukup apik dengan 1,4 tekel, 1,1 intersep, dan 1,3 sapuan per pertandingan.
Dari sini, terlihat bahwa Loftus-Cheek memang memiliki potensi besar dan Southgate tak salah untuk mempercayainya. Hal ini pun tak mengherankan karena eks-bek Timnas Inggris itu juga sudah lama mengenal Loftus-Cheek.
ADVERTISEMENT
"Saya pertama kali melihatnya ketika dia masih memperkuat Timnas Inggris U-16," aku Southgate.
Meski begitu, Southgate pun mengakui kalau Loftus-Cheek masih jauh dari sempurna. Menurut mantan bek Aston Villa itu, aksi-aksi pemuda kelahiran Lewisham itu di sepertiga lapangan akhir harus ditingkatkan lagi.
"Dengan kemampuan yang dia miliki, dia seharusnya bisa mencetak lebih banyak gol," kata Southgate.
Namun, di usianya yang masih muda, Loftus-Cheek tentunya masih punya banyak kesempatan untuk berkembang. Kapten Inggris di laga kontra Jerman itu, Eric Dier, pun mengakuinya.
"Semua orang sudah tahu potensi Ruben sejak lama. Bagus lah sekarang dia bisa memainkan sepak bola secara reguler di Crystal Palace. Dengan begitu, dia bisa lebih mudah dalam memenuhi potensinya," ujar Dier.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Dier juga mengingatkan publik Inggris agar tidak terlalu larut dalam euforia. Menurut pemain Tottenham Hotspur itu, Loftus-Cheek adalah "anak baik dan dia masih harus bekerja keras, seperti halnya pemain-pemain lain".
Hmm, kalau begini, siapa, ya, yang kira-kira bakal sangat harus berhati-hati? Alex Oxlade-Chamberlain? Adam Lallana? Atau siapa?