Manu Ginobili, Legenda San Antonio Spurs, Pensiun dari Bola Basket

28 Agustus 2018 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manu Ginobili pensiun dari bola basket. (Foto: Getty Images/Doug Pensinger)
zoom-in-whitePerbesar
Manu Ginobili pensiun dari bola basket. (Foto: Getty Images/Doug Pensinger)
ADVERTISEMENT
"Hari ini, dengan perasaan campur aduk, aku mengumumkan pensiun dari bola basket. Kuucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang (keluarga, sahabat, rekan setim, pelatih, staf, fans) yang sudah terlibat dalam hidupku selama 23 tahun terakhir. Perjalananku luar biasa menyenangkan; jauh lebih menyenangkan dari mimpi terliarku sekalipun."
ADVERTISEMENT
Tidak akan ada lagi aksi Emanuel 'Manu' Ginobili di NBA mulai musim 2018/19. Pria Argentina itu, pada 27 Agustus 2018 waktu Amerika Serikat, sudah mengumumkan bahwa dirinya akan mundur dari dunia yang telah membesarkan namanya. Dengan pensiunnya Ginobili, resmi berakhir pula era kebesaran San Antonio Spurs yang sudah dibangun Gregg Popovich sejak 1996.
Enam belas tahun dihabiskan Ginobili bersama Spurs di NBA. Namun, sebenarnya pria kelahiran Bahia Blanca ini bisa saja tiba di San Antonio lebih awal. Pada 1999, saat berusia 22 tahun, Ginobili sudah masuk dalam draft NBA. Saat itu, dia mendapat urutan 57 dalam draft yang juga berisikan para legenda lain macam Andrei Kirilenko, Baron Davis, Lamar Odom, Shawn Marion, serta Elton Brand.
ADVERTISEMENT
Ketika masuk draft NBA 1999 itu, Ginobili masih bermain untuk Viola Reggio Calabria. Namun, alih-alih langsung pindah ke Amerika Serikat, pemain yang berposisi sebagai shooting guard ini lebih memilih untuk bertahan dulu di Italia. Bahkan, pada 2000, Ginobili memutuskan untuk hijrah ke tim Italia yang lebih besar, Virtus Bologna.
Bersama Virtus Bologna, Ginobili menjadi pemain besar di Eropa daratan. Dia memang gagal membawa Virtus Bologna jadi juara di Italia, tetapi itu bukan berarti sinar Ginobili tak benderang. Selama tiga musim memperkuat tim Italia utara itu, Ginobili menjadi MVP Liga Italia sebanyak dua kali serta MVP Piala Italia satu kali.
Puncak penampilan Ginobili untuk Virtus Bologna terjadi pada musim 2000/01. Ketika itu, Virtus Bologna berhasil dibawanya menjadi juara. Di laga final, Ginobili menjadi pencatat poin terbanyak sekaligus MVP. Setahun berikutnya, Ginobili memantapkan langkah untuk mengejar kejayaan di Negeri Paman Sam dan pada akhirnya dia berhasil.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemain, Ginobili dikenal lewat gaya bermainnya yang mirip pesepak bola. Sebelum mencetak angka lewat lay-up atau dunk, Ginobili akan terlebih dahulu menggocek lawan lewat gerakan yang dikenal dengan sebutan Euro Step. Ginobili adalah sosok yang bertanggung jawab memopulerkan gerak tipu ini sampai akhirnya jadi gerakan andalan para shooting guard, termasuk James 'The Beard' Harden.
Tak cuma itu, Ginobili juga dikenal lewat akurasi tembakannya. Total, Ginobili sudah menyumbangkan 1.495 poin lewat tembakan tiga angka (tertinggi nomor 29 dalam sejarah NBA) dalam 1.057 penampilan untuk Spurs. Persentasenya pun cukup tinggi, yakni mencapai 36,9%.
Tim Duncan, Tony Parker, dan Manu Ginobili. (Foto: Getty Images/Jed Jacobsohn)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Duncan, Tony Parker, dan Manu Ginobili. (Foto: Getty Images/Jed Jacobsohn)
Sesaat setelah Spurs disingkirkan Golden State Warriors pada babak pertama Play-Off NBA, April lalu, Ginobili sebenarnya sudah memikirkan rencana pensiun. Akan tetapi, seperti dikutip dari Washington Post, saat itu dia belum benar-benar yakin. "Beri aku waktu satu, dua bulan. Setelah itu, mari kita lihat seperti apa. Aku akan benar-benar meresapinya dulu sebelum membuat keputusan," ujar Ginobili.
ADVERTISEMENT
Nyatanya, Ginobili butuh waktu lebih dari satu atau dua bulan. Dan kini, kepingan terakhir triumvirat agung Spurs itu telah pergi.
Ginobili adalah pemain asing tersukses di NBA dengan empat cincin juara yang melingkar di jemarinya. Semua gelar itu dia raih bersama dua rekannnya yang kini juga sudah meninggalkan Spurs: Tim Duncan dan Tony Parker. Duncan sudah pensiun dua tahun silam. Sedangkan, Parker yang juga berstatus pemain asing tersukses itu memutuskan untuk pindah ke Charlotte Hornets, Juli lalu, demi mendapat menit bermain yang lebih banyak.
Bersama Duncan dan Parker, Ginobili bermain dalam 575 pertandingan. Ini adalah jumlah pertandingan terbanyak yang dilakoni sebuah trio dalam sejarah NBA.
Manu Ginobili pada Olimpiade Athena 2004. (Foto: Reuters/Marcos Brindicci)
zoom-in-whitePerbesar
Manu Ginobili pada Olimpiade Athena 2004. (Foto: Reuters/Marcos Brindicci)
Dengan kemampuan yang dia miliki, Ginobili seharusnya bisa selalu menjadi pilihan utama Popovich di Spurs. Akan tetapi, sebagai sosok yang selalu mengedepankan kepentingan tim, mantan pemain Estudiantes de Bahia Blanca ini rela menjadi pemain cadangan di musim-musim terakhirnya. Sebagai pemain cadangan pun dia tak pernah mengecewakan, terbukti dengan gelar Sixth Man of the Year yang dia rengkuh pada 2008.
ADVERTISEMENT
Kehebatan Ginobili sendiri tidak terbatas pada kompetisi NBA saja. Pada kompetisi antarnegara, pemain yang akrab dengan nomor punggung 20 ini juga pernah meraih sebuah gelar bergengsi. Pada 2004, Ginobili mengantarkan Argentina jadi juara Olimpiade di Athena. Argentina pun jadi satu-satunya negara, sejak 1992, yang berhasil meraih emas Olimpiade selain Amerika Serikat.
Gelar Olimpiade milik Ginobili itu membuatnya jadi pencatat sejarah. Saat ini, bersama Bill Bradley, Ginobili adalah satu-satunya pemain yang pernah menjadi juara NBA, EuroLeague, serta Olimpiade. Bahkan, pemain-pemain eks-Yugoslavia macam Toni Kukoc, Drazen Petrovic, Vlade Divac, dan Peja Stojakovic itu tak bisa meraih prestasi semacam ini.
Ya, sehebat itulah Ginobili dan kini NBA serta Spurs harus melepas salah satu pemain yang pernah mereka punya dalam sejarah. Di usia 41 tahun, Emanuel David Ginobili telah paripurna. Gracias por todo, Manu!
ADVERTISEMENT