Premier League yang Kosmopolitan

24 Februari 2017 1:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Romelu Lukaku, pesepak bola multilingual. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
Bahwa Premier League adalah kompetisi sepak bola paling diminati sejagat raya, itu bukan lagi cerita. Peminatnya pun tak hanya dari kalangan penikmat, tetapi juga pelaku.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika kini, Premier League menjadi kompetisi sepak bola yang sangat kosmopolitan. Hal ini terlihat jelas dari jumlah pemain asing yang mencapai 69,2%. Persentase ini adalah yang tertinggi di antara liga-liga Eropa lainnya.
Dari situ kemudian muncul sebuah tuntutan tersendiri bagi para pemain maupun pelatih untuk bisa berkomunikasi dengan baik terlepas dari apa latar belakang mereka. Mau tak mau, para pelaku itu kemudian harus belajar bahasa yang baru.
Para pesepak bola modern pun kini menjelma jadi sosok-sosok multilingual. Pasalnya, bermain sepak bola tanpa komunikasi yang apik sudah pasti hasilnya akan buruk.
Di Inggris, tentu bahasa Inggris masih menjadi bahasa pokok yang mau tidak mau harus dikuasai baik oleh pemain maupun pelatih. Di tengah kosmopolitannya kompetisi itu, tentu harus ada titik temu yang membuat komunikasi -- khususnya komunikasi satu arah seperti dari pelatih ke para pemainnya -- menjadi lebih mudah.
ADVERTISEMENT
Namun, komunikasi jelas tidak berhenti di situ. Dalam pergaulan antarpemain, bahasa yang lain tentu dibutuhkan.
Tanya saja Romelu Lukaku, kalau tidak percaya. Penyerang Everton berkebangsaan Belgia ini bisa berbicara enam bahasa: Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, Inggris, dan bahasa dari negara asal orang tuanya, Kongo. Tak hanya itu, dia juga bisa mengerti bahasa Jerman, meski pasif. Ini tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa di Everton, ada enam bahasa yang diucapkan di ruang ganti.
Lukaku tidak sendirian. Di Watford, misalnya, ada Valon Behrami. Mantan pemain Lazio ini juga menguasai enam bahasa: Italia, Prancis, Swedia, Spanyol, Yunani, dan Rumania. Latar belakang Behrami sebagai imigran Albania di Swiss secara tidak langsung membuat dia terbiasa dengan banyak pertemuan kultur.
ADVERTISEMENT
Musim ini, ada 65 negara yang memiliki wakil di Premier League. Selain Inggris yang memang merupakan tuan rumah, Spanyol (13,5%) dan Prancis (10,7%) menjadi negara dengan perwakilan terbanyak.
Sementara itu, kebisaan Behrami berbicara banyak bahasa pun tidak sia-sia karena Watford merupakan tim Premier League yang kewarganegaraan pemainnya paling variatif. Menurut BBC, ada 22 negara yang terwakili di skuat berjumlah 31 orang milik Watford.
Kayanya kultur di Premier League ini berpengaruh pula ke cara bermain klub-klub yang ada. Kini, kick 'n rush yang merupakan identitas asli persepakbolaan Inggris sudah nyaris punah di Premier League. Mereka sekarang lebih suka memainkan gaya Eropa daratan yang banyak mengandalkan umpan-umpan pendek.