Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Infografik: Konsep Sustainable Fashion di Industri Mode
6 Juni 2018 13:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Di balik glamornya industri mode, tahukah Anda bahwa industri fashion ternyata adalah industri yang paling mencemari lingkungan kedua setelah minyak?
ADVERTISEMENT
Pakaian yang dikenakan Anda saat ini melewati berbagai proses yang panjang. Sebagai akibat dari proses tersebut, lingkungan turut menjadi korban dan taruhan.
Terutama, ketergantungan Fast Fashion terhadap air. Menurut sebuah survey dari WWF, untuk memproduksi 1 kg katun, dibutuhkan setidaknya 20,000 liter air. Tak heran, fashion menjadi Industri yang ‘Kehausan’ .
Tak hanya pada lingkungan, Fast Fashion juga ‘menyiksa’ para pekerjanya. Kebutuhan untuk memenuhi pasar dalam waktu yang cepat, para pemimpin industri mencari pekerja yang dapat dibayar mudah dari negara seperti Kamboja, India, Bangladesh, dan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Atas masalah lingkungan yang diakibatkan oleh fashion ini, hadirlah antitesis dari Fast Fashion, yaitu Slow Fashion. Istilah yang diperkenalkan oleh Kate Fletcher.
Sebuah konsep yang mengedepankan kualitas, ketahanan produk, dan tentunya produksi yang ramah lingkungan. Sehingga, kecepatan produksi bukanlah menjadi prioritas utama.
Kabar baiknya, pada 2017 silam, terbentuklah suatu agenda yang mengajak merek fashion di dunia untuk mengubah sistemnya menjadi circular fashion system.
Slow Fashion sendiri sangat erat hubungannya dengan Sustainable Fashion, alias berkelanjutan. Para brand yang terlibat wajib untuk menggunakan bahan dan proses yang ramah lingkungan.
Hingga kini, tercatat terdapat 142 lini fashion dunia yang ikut bergabung dalam program yang bertajuk ‘2020 Circular Fashion System Commitment’.
Anda setuju dengan konsep sustainable fashion?
ADVERTISEMENT