Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Laura Aurelia Dinda, Atlet Difabel Peraih Emas Pertama untuk Indonesia
31 Juli 2018 12:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Dunia serasa runtuh saat dokter menjatuhkan vonis lumpuh pada kedua kaki Laura Aurelia Dinda. Bagaimana tidak, Laura merupakan atlet renang yang cukup berprestasi di bidangnya.
ADVERTISEMENT
Perkenalannya dengan olahraga renang berlangsung sejak kelas tiga SD. Mulanya, renang hanya dijadikan sebagai terapi asma yang dideritanya sejak kecil.

Namun lama-kelamaan, Laura jatuh cinta sungguhan dan memutuskan ingin menjadi atlet renang dan rajin latihan setiap hari. Keputusan inipun didukung penuh oleh kedua orangtuanya.
Hingga pada suatu hari, Laura terjatuh di kamar mandi. Tepat satu hari sebelum Pekan Olah Raga Pelajar Daerah (POPDA) 2015 dimulai. Sebulan berlalu, Laura sama sekali tak merasakan ada yang salah dengan tulangnya.
Hingga pada suatu hari, rasa sakit yang sangat dahsyat menyerang saat Laura membungkuk untuk mengambil smartphonenya yang tergeletak di lantai. Malang, penanganan yang terlambat membuat syarafnya tak tertolong lagi. Dokter pun menyatakan Laura tak lagi bisa berjalan normal dan harus duduk di kursi roda.
ADVERTISEMENT
Mendadak kehilangan kemampuan berjalan tentunya menghancurkan semangat Laura. Rasa sedih membuat gadis kelahiran 22 September ini merasa tertekan dan depresi, hingga nyaris bunuh diri.
Namun dukungan tanpa henti yang diterima Laura dari keluarga, sahabat, pelatih, dan orang terdekatnya sukses menumbuhkan kembali semangatnya. Perlahan, Laura pun memberanikan diri untuk kembali ke air.
Laura kembali ke titik nol. Dengan sekuat tenaga, ia coba berlatih berenang tanpa kaki.
Meski tak mudah dan sempat berurai air mata, Laura akhirnya mampu menguasai medan. Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 jadi perlombaan pertamanya sebagai atlet difabel.
Medali perak pun sukses dibawa pulang. Prestasi ini sontak mendongkrak rasa percaya diri dan semangat Laura. Setelah itu, gadis asal Pekanbaru ini terus mencetak medali kebanggaan untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Laura pun sukses jadi atlet difabel perempuan pertama yang berhasil menggondol dua medali emas di ajang ASEAN Para Games 2017.

Bertanding di Kuala Lumpur, Malaysia, Laura mengalahkan pesaingnya Pada nomor renang gaya bebas putri 100 meter kategori S6 dan 50 m kategori S5. Ia berhasil finish dengan catatan waktu 01:30.77 dan 40.48 detik saja. Sungguh membanggakan, bukan?
Tak hanya berprestasi sebagai atlet renang difabel, Laura pun baru-baru ini dipercaya untuk berjalan di panggung runway Jakarta Modest Fashion Week 2018 untuk mewakili kaum difabel.

Anda yang masih penasaran dengan kisah inspiratif Laura, simak perbicangan kumparanSTYLE dengan atlet difabel berprestasi ini:
Halo Laura. Bisa ceritakan sedikit soal latar belakang karier Anda sebagai atlet difabel?
ADVERTISEMENT
Jadi, dulu saya atlet normal. Sering ikut kejuaraan daerah dan provinsi. Waktu itu saya terjatuh di kamar mandi, H-1 POPDA. Ternyata, tulang belakangnya patah, karena jatuhnya duduk. Mulanya enggak sadar karena besoknya saya masih bisa tanding, masih bisa aktifitas normal.
Nah, sebulan kemudian baru berasa. Waktu itu saya membungkuk ke posisi cium lutut, tiba-tiba ‘krek’, tulangnya bergeser. Sebenarnya udah patah, tapi patahannya masih in-line. Karena saya melakukan hal itu, tulangnya akhirnya kepisah.
Setelahnya, saya enggak bisa gerak lagi. Sudah coba dioperasi segala macam, tapi karena faktor syarafnya sudah kena dan penanganannya terlambat karena harus menunggu MRI, jadi syarafnya rusak dan enggak bisa ditolong lagi.
Bagaimana perasaan Anda saat itu?
ADVERTISEMENT
Sedih banget, saya kan enggak bisa jalan lagi. Sempat depresi, saya bahkan sempat comitting suicide. Karena saya dulunya aktif, atlet, sekarang enggak bisa ke mana-mana. Saya tiba-tiba harus diam di kamar dan itu stressful banget.
Saat berada di titik terendah hidup, apa yang membuat Anda kembali bangkit dan kembali melanjutkan hidup?
Teman-teman saya selalu support. Lihat mama saya selalu dukung saya, lama-lama saya sadar bahwa semua orang di sekitar saya tuh sayang sama saya. Dan kalau mereka mau membantu saya, tapi kalau saya enggak membantu diri saya sendiri, kan sama saja itu enggak berguna. Punya hidup tapi membiarkan hidup sia-sia.
Pada masa awal menggunakan kursi roda, sempat merasa minder atau rendah diri? Pernah risih akibat mendapat perlakukan berbeda dari orang lain?
ADVERTISEMENT
Awalnya terasa orang-orang ngeremehin difabel karena dianggap lemah. Tapi sekarang saya melihat dari sisi yang berbeda. Kami kaum difabel bisa melakukan apa yang kalian lakukan, hanya saja caranya berbeda. Jadi saya tidak pernah rendah diri, karena saya tahu bahwa saya bisa membanggakan nama Indonesia, itu sudah cukup bagi saya.

Tentunya tak mudah untuk kembali menjadi atlet dengan kondisi fisik yang tak lagi sempurna. Sebenarnya, apa yang jadi motivasi terbesar Anda?
Jadi karena saya punya talenta di renang dan masih ingin berenang, saya memutuskan terima ajakan pelatih saya untuk coba lagi. Setelah itu, saya baru tahu kalau ada yang namanya olahraga untuk difabel.
Pertamanya tentu skeptik. Tapi setelahnya, saya lihat bahwa (perlombaan) ini serius. Mulanya saya ikut skala nasional, ketika dapat medali emas langsung semangat lagi.
ADVERTISEMENT
Sulitkah berenang tanpa kaki?
Pertama kali belajar renang tanpa kaki itu berat banget. Karena saat kamu berenang dengan tangan saja, butuh tenaga dua kali lipat. Dan saya sampai nangis-nangis segala macam. Tapi kembali lagi karena dukungan dari teman, keluarga, dan mimpi masih ingin berenang.

Lewat prestasi dan pencapaian yang berhasil Anda torehkan, adakah pesan ingin Anda sampaikan ke orang lain?
Sebenarnya ini lebih ke pembuktian diri sendiri. Walau saya istilahnya sudah enggak punya kaki, saya masih bisa. Setelah itu muncul keinginan untuk mempersuasi orang lain bahwa ‘kalau difabel saja bisa, seharusnya Anda jauh lebih hebat dibanding difabel’, karena Anda punya segala yang dibutuhkan.
Ada pesan khusus untuk orang lain yang sedang mengalami hal serupa dengan Anda?
ADVERTISEMENT
Buat yang masih transisi, jangan menyerah. Karena Tuhan itu punya rencana. Saya dibikin seperti ini karena Tuhan ingin saya membawa nama Indonesia ke dunia internasional. Kalau misalnya saya enggak seperti ini, mungkin saya enggak akan ada di posisi seperti sekarang, mengharumkan nama bangsa.