Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pelajari Makna dan Filosofi dari 7 Kain Indonesia
13 Agustus 2018 19:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Beragam makna dan filosofi yang terkandung dalam kain Indonesia menjadikan kain-kain daerah tersebut menjadi warisan budaya yang tidak ternilai harganya.
ADVERTISEMENT
Melalui kain, masyarakat Indonesia mampu memberikan warisan yang berarti bagi generasi-generasi penerus mereka. Mulai dari kain batik, tenun, songket, sulaman, hingga sarung, masing-masing memiliki nilai sejarah yang mampu menarik perhatian dari dalam maupun luar negeri.
Berikut kumparanSTYLE telah merangkum 7 kain dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki motif dan filosofi yang berbeda. Apa saja?
1. Ulos - Sumatera Utara
Ulos merupakan kain tenun khas Batak, Sumatera Utara, yang berbentuk selendang. Kain Indonesia ini dianggap sebagai salah satu benda sakral karena menjadi simbol restu, kasih sayang, dan persatuan bagi Suku Batak. Ulos sendiri memiliki arti kata selimut yang berfungsi menghangatkan tubuh. Dulu Ulos dipakai oleh nenek moyang orang Batak untuk melawan rasa dingin ketika mereka tinggal dan berladang di dataran tinggi.
ADVERTISEMENT
Kain Ulos dibuat dengan menggunakan alat tenun. Salah satu kain khas Indonesia ini didominasi dengan warna merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh beragam tenunan dari benang emas atau perak. Ulos dipakai dalam dua bentuk, yaitu sebagai selendang atau sarung. Biasanya dikenakan dalam acara upacara adat atau acara resmi lainnya, kini Ulos kerap menjadi aksen dalam berbagai jenis suvenir khas Sumatera Utara, seperti dompet, tas, pakaian, hingga taplak meja.
2. Tenun Sumba - Nusa Tenggara Timur
Kain Indonesia asal Sumba, Nusa Tenggara Timur atau lebih dikenal dengan tenun Sumba terbuat dari benang kapas yang dikerjakan langsung oleh para ibu dan remaja perempuan asli Sumba. Kain ini terbuat dari bahan dan pewarna alami. Proses pembentukan motifnya dengan cara mengikat benang-benang yang sudah jadi menggunakan daun gewang atau sejenis daun palem agar warna pada motif dan warna dasar kain bisa berbeda.
ADVERTISEMENT
Untuk pewarnaan, para perempuan Sumba memanfaatkan akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah, warna cokelat dari lumpur, biru dari nila, dan kuning dari kayu. Kain tenun Sumba terkenal mahal karena proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu cukup lama, yaitu mulai 6 bulan sampai 3 tahun.
Motif yang terdapat pada kain cantik ini didominasi dengan motif hewan yang masing-masing memiliki arti khusus. Dalam kain ini, motif kuda memiliki arti kejantanan dan motif ayam menggambarkan kehidupan perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Kain tenun ikat ini telah menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat Sumba sejak dulu dan seiring dengan berjalannya waktu, kain Indonesia ini menjadi sangat populer, serta mulai diangkat oleh beberapa desainer ternama Indonesia seperti Biyan dan Didiet Maulana.
ADVERTISEMENT
3. Tenun Koffo - Sulawesi Utara
Tenun Koffo dibedakan berdasarkan fungsinya, mulai dari tikar, tirai, hingga dijadikan sapu tangan dan selendang. Proses pengolahannya dilakukan secara bertahap. Pertama batang pohon pisang dipotong sesuai kebutuhan, kemudian dipisahkan bagian dalam dan luarnya, lalu dijadikan benang-benang halus dengan menggunakan garpu dari bambu.
Pada November 2017, Cindy Wowor, pendiri dari Cofo, lembaga pengembangan dan pelestarian kain Koffo, mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sangihe untuk merevitalisasi kain Koffo agar tidak lagi dianggap punah. Nantinya kain tenun Koffo akan dibuat dengan menggunakan kapas dan bahan modern lainnya, serta dilengkapi dengan modifikasi desain yang tidak akan berbeda dengan bentuk aslinya di masa lalu.
ADVERTISEMENT
4. Batik Papua - Papua
Kain batik ini memiliki motif dengan nilai sejarah dan filosofi yang tinggi. Salah satu motif kain batik Papua adalah burung Cendrawasih yang juga menjadi hewan khas Papua yang terkenal sangat eksotis dan cantik.
Motif dari kain khas Indonesia ini memiliki nuansa alam yang sangat kental. Warna-warna yang digunakan adalah hijau, merah, dan kuning keemasan. Motif burung Cendrawasih itu sendiri memberikan kesan tegas dan anggun pada siapapun yang memakainya. Harga jual kain batik Papua ini tergantung dengan besarnya motif burung Cendrawasih yang terdapat pada kain. Semakin besar gambar burungnya, maka semakin mahal juga harga permeter kain batik ini.
5. Kain Karawo - Gorontalo
Karawo merupakan kain tradisional khas Gorontalo. Karawo sendiri memiliki arti kata sulaman dengan tangan, maka sudah jelas jika kain Karawo ini tidak diproduksi menggunakan mesin.
ADVERTISEMENT
Seni membuat Karawo disebut Makarawo. Seni ini telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa Kerajaan Gorontalo. Keindahan motif, keunikan cara pengerjaan, dan kualitas yang bagus membuat Karawo bernilai sangat tinggi. Pembuatan sulaman Karawo terdiri dari tiga tahap, yaitu iris-cabut, menyulam, dan proses finishing. Dalam proses iris-cabut benang ini, batas dan luas bidang yang akan dibentuk berdasarkan pola yang sudah ditentukan. Ketajaman dan kecermatan menghitung benang-benang yang akan diiris dan dicabut sangat menentukan kehalusan sulaman. Tahapan menyulam dilakukan dengan cara menelusurkan benang mengikuti arah jalur benang.
Proses pembuatan yang cukup menyita waktu itu membuat popularitas kain Karawo sempat pudar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Gorontalo adalah dengan memamerkan kain Karawo di Festival Karawo yang diadakan setiap satu tahun sekali.
ADVERTISEMENT
6. Sarung Bugis - Sulawesi Selatan
Sarung ini dikenal dengan Sarung Sutera Bugis karena dibuat dari bahan sutra dengan perpaduan rangkaian benang emas dan perak. Proses pembuatan sarung yang menjadi salah satu kain Indonesia ini memakan waktu satu bulan untuk satu helai kain sarung.
Kain ini memiliki beberapa motif, yaitu motif Balo Lobang, motif Tettong dan Makkalu, motif Bombang, motif Cobo', dan motif Moppang yang masing-masing memiliki filosofi dan warna yang berbeda-beda. Seperti motif Cobo’ misalnya, motif ini memiliki bentuk segitiga yang ramping. Dalam tradisi masyarakat Bugis, kain sarung dengan motif Cobo' banyak digunakan oleh mereka yang sedang masa pendekatan atau pacaran hingga pada proses melamar.
7. Tenun Tanimbar - Maluku Tenggara Barat
Kain Indonesia khas Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat ini memiliki motif yang didominasi oleh motif garis-garis, yang juga diselingi dengan motif bunga, hewan, dan bentuk manusia.
ADVERTISEMENT
Kain tenun Tanimbar tidak hanya digunakan sebagai pakaian, tetapi juga dapat digunakan sebagai kain pelengkap dalam berbagai macam upacara adat, mulai dari kelahiran, kematian, pembuatan rumah, serta pernikahan.
Salah satu motif dari kain tenun ini adalah motif Tunis atau anak panah yang merefleksikan kesigapan masyarakat Tanimbar dalam menghadapi ancaman. Bagi perempuan Tanimbar, motif ini memiliki makna khusus, yaitu bermakna kesiapan dan kekuatan mental untuk menghadapi tantangan hidup.
Apakah Anda sudah memiliki salah satu dari kain Indonesia ini?