Sehari Bersama Pacar Bayaran

22 Februari 2017 11:39 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi lelaki menggenggam sekuntum bunga. (Foto: Pixabay)
Memadu kasih dengan pasangan yang kita cintai adalah hal lumrah. Berjalan bersama, makan berdua, atau menikmati liburan di akhir pekan.
ADVERTISEMENT
Tapi... bagaimana rasanya jika bersama dengan pacar bayaran ya?
Fenomena pacar bayaran sempat menjadi perbincangan hangat di jagat maya. Ini gara-gara postingan seorang perempuan yang mencari pasangan untuk pendamping wisuda.
Sontak status Facebook perempuan muda itu jadi viral. (Baca juga: )
kumparan yang ingin membuktikan apakah pacar bayaran benar-benar ada, mencoba menghubungi salah seorang yang menawarkan jasa pacar sewaan di Facebook.
Jasa itu ia tawarkan lewat akun Pacar Sewaan Online. Akun itu diikuti 5.000 lebih pengguna. Meski akun tersebut terlihat terakhir aktif tahun 2015, komentar di postingan yang dulu diunggah, masih terus mengalir deras hingga kini, termasuk dari penjaja jasa pacar sewaan.
Setelah memilah kandidat yang cocok untuk dijadikan pacar bayaran, kami menghubungi seorang laki-laki, sebut saja namanya Embriel.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan kami dengan Embriel diawali oleh negosiasi harga dan waktu serta lokasi pertemuan.
Harga awal dibuka oleh pemberi jasa, sebesar Rp 200 ribu per jam. Tapi kami menawar, minta harga diturunkan. Embriel lalu menurunkan harga menjadi Rp 120 ribu.
Tapi kami menawar bagai emak-emak di pasar, hingga Embriel akhirnya mengalah dan kami sampai di angka Rp 75 ribu per jam. Not bad.
Kami lantas memberi down payment sebesar Rp 25 ribu sebagai tanda jadi. Sisanya akan diberikan ketika kami telah rampung jalan bersama.
Nah, soal waktu “pacaran”, kamu putuskan untuk jalan saat Pilkada Serentak digelar --15 Februari. Ini sempurna, memanfaatkan hari libur --yang hanya selang sehari sesudah hari yang katanya “Valentine”-- untuk bersenang-senang ketimbang pening lihat riuh politik pilkada.
Sosok Embriel, pemberi jasa pacar bayaran. (Foto: Deanda Dewindaru/kumparan)
Oke, sampai di sini, kata ganti orang pertama jamak --kami-- dalam bercerita, akan berganti jadi “saya” karena akan aneh jika menggunakan jasa pacar bayaran beramai-ramai.
ADVERTISEMENT
Saya bertemu Embriel di ruang publik terbuka: Stasiun Manggarai, peron 3, siang terang.
Oh tenang saja, terik matahari tak jadi halangan untuk berkenalan dengan si pacar bayaran.
Hal pertama yang saya lakukan adalah berjabat tangan dengan Embriel, lalu berkenalan satu sama lain.
Selanjutnya, kami menuju Pasaraya Manggarai, Jakarta Selatan, untuk sekadar makan siang di food court. Tentu saja sambil bercerita satu sama lain.
Ilustrasi seorang laki-laki memberikan bunga. (Foto: Pixabay)
Embriel ialah pria asal Indramayu. Ia berprofesi sebagai asisten chef di restoran daerah Mangga Besar, Jakarta Barat.
Tentu saja ini bukan kali pertama Embriel menjadi “pacar-pacaran”.Sebelumnya, seorang perempuan di daerah Grogol, Jakarta Barat, pernah menggunakan jasanya.
“Waktu itu dia mau dijodohin sama orang tuanya, jadi dia hubungin gue buat jadi pacarnya,” kata lelaki muda 25 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Tapi, misi si perempuan gagal, dan hal itu melekat di benak Embriel.
Walau Embriel sudah memegang tangan dan merangkul perempuan itu seperti yang diminta si perempuan, orang tua perempuan tersebut tetap memaksa putri mereka bersama laki-laki pilihan mereka.
Air mata berderai di wajah si perempuan penyewa jasa Embriel, dan Embriel tidak bisa melakukan apa-apa.
Itu lebih sulit dari yang diduga.
“Gue cuma bisa liatin aja, nggak tega,” ucap Embriel.
Sosok Embriel, pemberi jasa pacar bayaran. (Foto: Deanda Dewindaru/kumparan)
Setelah menyantap Mie Aceh dan es teh tarik selama sejam lebih, Embriel bertanya apa yang akan kami lakukan selanjutnya.
Embriel punya ide berjalan-jalan sore di Kota Tua. Lokasi klasik bagi pemuda-pemudi untuk menghabiskan waktu senggang sembari bersantai.
Kami lantas naik kereta commuter line menuju Kota Tua dari Stasiun Manggarai. Percakapan kami lanjutkan di kereta. Random. Dari pilkada sampai selera musik masing-masing.
ADVERTISEMENT
Embriel ternyata seorang Oi alias penggemar Iwan Fals. Ia juga Slanker serta Jamrud Fans Club.
Perbincangan tentang profesi pacar bayaran Embriel diungkit kembali.
Soal harga yang diberikan Embriel kepada konsumennya, Embriel mematok Rp 200 ribu, dan biasanya langsung disetuju si pengguna jasa. (Baca: )
Sebenarnya Embriel tak menyangka bakal ada yang menghubunginya untuk menjadi pacar bayaran.
“Awalnya cuma iseng nulis doang, eh ada yang hubungi. Ya lumayan sih, gue terima aja,” kata dia, enteng.
Embriel menulis di akun Facebook tersebut 8 Februari 2017. Sehari sesudahnya, “mantan” pengguna jasanya menghubungi dia.
Sepeda dan atribut yang disewakan di Kota Tua (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
Kereta tiba di Jakarta Kota pukul empat sore. Kami bergegas menuju Kota Tua. Hanya lima menit jalan kaki dari Stasiun Jakarta Kota. Amat mudah menuju ke sini.
ADVERTISEMENT
Rencananya, saya dan Embriel ingin menyambangi Museum Bank Indonesia --museum bagus, sejuk, dan murah meriah karena gratis.
Tapi apa daya, museum ternyata tak buka karena libur pilkada. Ya sudahlah.
Kami akhirnya mengitari lapangan di depan Museum Fatahillah. Di sini kami kembali berbagi cerita.
Baru patah hati? Hati-hati lho ... (Foto: ThinkStock)
Embriel mengatakan baru putus dengan pacarnya bulan lalu, Januari. Alasannya, karena sang pacar --yang kini mantan-- pindah ke Lampung.
“Karena jauh, gue nggak bisa lanjutin sama dia, males LDR (long distance relationship),” kata pria penyuka motor Honda CBR itu.
Ketika ditanya apakah dia sesungguhnya sudah punya tambatan hati yang lain, Embriel hanya tersenyum.
Setelah berbincang selama dua jam, saya akhiri sesi setengah hari bersama si pacar bayaran.
ADVERTISEMENT
Sesuai perjanjian awal, saya melunasi sisa pembayaran, lalu kami kembali ke Stasiun Jakarta Kota.
Embriel turun lebih dulu di Stasiun Mangga Besar.
Jabat tangan jadi salam perpisahan saya dan Embriel. Entah akan bertemu lagi atau tidak.
Salam perpisahan dengan Embriel. (Foto: Deanda Dewindaru/kumparan)